Senin, 20 Mei 2019

Teknologi Sederhana pada Pembesaran Udang Windu (Penaeus Monodon)


Pembesaran udang dilakukan dengan menerapkan teknologi yang terdiri dari teknologi sederhana, semi intensif, intensif, dan super intensif. Proses pembesaran   udang   harus   memenuhi   persyaratan   jaminan   mutu   dan keamanan  pangan  dan  menerapkan  cara pembesaran ikan yang baik  dari tahap pra produksi, proses produksi, dan panen.



 Teknologi Sederhana (Tambak Tanah)

Teknologi sederhana dilakukan pada pembesaran udang windu (Penaeus Monodon) dengan sistem monokultur dan polikultur dengan ikan bandeng dan rumput laut, serta pembesaran udang vaname (Litopenaeus Vannamei)  dengan  sistem  monokultur  dan  polikultur  dengan  ikan bandeng, dengan tahapan dan ketentuan sebagai berikut:
1.    Persiapan

a.     konstruksi  tambak  dengan  tanah  kedap,  mampu  menahan volume  air  (tidak  bocor),  dan  bentuk  tambak  tidak  memiliki sudut mati <45° (kurang dari empat puluh lima derajat);
b.     luasan  petakan  pemeliharaan  0,5  (nol  koma  lima)  hektare sampai dengan 2 (dua) hektare per petak;
c.     kedalaman air paling tinggi 80 (delapan puluh) cm untuk dapat menciptakan kualitas air yang baik untuk kehidupan udang, dan kemiringan dasar tambak 0,2%  (nol koma dua persen) ke arah saluran pembuangan (outlet);
d.     petak tandon berkapasitas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari volume air pemeliharaan baik secara individu maupun kolektif;
e.     apabila kandungan zat besi pada lahan tambak lebih dari 0,02 (nol koma nol dua) ppm perlu dilakukan perlakuan tanah dasar tambak;
f.      desain    dan    tata    letak    diatur    dan    diupayakan    untuk mendapatkan air dengan kualitas baik dan mencegah penularan penyakit yang terdiri dari petak saluran pengendapan/tandon, petak pembesaran, dan petak/saluran pengolah limbah kolektif, sebagaimana tercantum pada Gambar 1;





g.    sistem pembuangan air dibuat ke arah saluran buang;

h.    lahan  tambak  pada  kegiatan  pembesaran  udang  dilakukan dengan tahapan pengeringan, pengapuran, dan pemupukan tanah dasar tambak untuk memperbaiki kualitas tanah dasar tambak          untuk  mendukung  pertumbuhan  pakan  alami  dan kualitas air;
i.      sarana dan prasarana yang digunakan meliputi benih, pakan alami, pupuk, obat ikan, pompa, timbangan, jala sampling, sarana  biosekuriti   sederhana,   sarana   panen,   rumah   jaga tambak, dan instalasi pengolah limbah kolektif;
j.      pengukuran kualitas air berupa suhu dan salinitas, sebelum dilakukan penebaran benih udang;
k.     pintu  air  masuk  (inlet)  dan  pintu  air  buang  (outlet)  harus terpisah atau dalam hal hanya terdapat satu pintu air harus memiliki fungsi spesifik air masuk atau air buang;
l.      sumber   air   yang   berasal   dari   air   laut   dialirkan   dengan mekanisme pasang surut air laut dan/atau pemompaan tanpa perlakuan probiotik;
m.    pengaturan  sistem  filtrasi  dilaksanakan  hanya  di  air  masuk dengan bahan filter kasar dan filter halus ke bak pemeliharaan; dan
n.    tidak  memiliki  sarana  pengelolaan  limbah  padat/cair  secara khusus, pengelolaan limbah dilaksanakan secara kolektif.


Gambar 1. Desain Tambak Sederhana









2.    Pemeliharaan

a.     air  laut  dialirkan  dengan  mekanisme  pasang  surut  air  laut dan/atau  pemompaan,  dan  dilakukan  filtrasi  dengan  screen pada saluran air masuk;
b.    pengaturan  sistem  filtrasi  dilaksanakan  hanya  di  air  masuk dengan bahan filter kasar dan filter halus ke bak pemeliharaan;
c.    monokultur udang windu (Penaeus Monodon):

1)    tanpa input pakan buatan; dan

2)    padat tebar udang windu (Penaeus Monodon) kurang dari

50.000 (lima puluh ribu) ekor/hektare.

d.    polikultur  udang  windu  (Penaeus  Monodon),  bandeng,  dan rumput laut:
1)    tanpa input pakan buatan;

2)     padat tebar benih  udang windu (Penaeus Monodon) 10.000 (sepuluh ribu) ekor/hektare;
3)    benih bandeng 1.500 (seribu lima ratus) ekor/hektare; dan

4)    bibit rumput laut Gracilaria sp 1 (satu) ton/hektare.

e.    polikultur udang vaname (Litopenaeus Vannamei) dan bandeng:

1)    menggunakan input pupuk dan pakan alami;

2)    padat tebar benih udang vaname (Litopenaeus Vannamei)

20.000 (dua puluh ribu) sampai dengan 30.000 (tiga puluh ribu) ekor/hektare; dan
3)    padat tebar benih bandeng 2.000 (dua ribu) ekor/hektare.

f.     penumbuhan  pakan  alami  dengan  cara  pemupukan  secara bertahap;
g.     dilakukan  pengamatan  visual  terhadap  kondisi  pertumbuhan udang;
h.    pengelolaan kualitas air tambak dilakukan melalui penambahan air,  pergantian  air,  pengaturan  kedalaman  air,  pemupukan untuk menumbuhkan plankton, dan penggunaan kapur untuk memperbaiki kualitas air;
i.     pemantauan kualitas air dilakukan secara visual berdasarkan warna dan kecerahan air secara periodik; dan
j.     hasil pemantauan dicatat dan didokumentasikan.





3.    Pemanenan

a.     panen  dilakukan  untuk  pembesaran  udang  windu  (Penaeus Monodon) monokultur dengan masa pemeliharaan sekitar 120 (seratus dua puluh) hari dengan ukuran udang 20 (dua puluh) sampai dengan 40 (empat puluh)  g/ekor atau marketable size, dengan produktivitas 100 (seratus) sampai dengan 300 (tiga ratus) kg/hektare;
b.     panen sebaiknya pagi atau sore hari dan dilakukan secara hati- hati dan cepat;
c.     panen  dilakukan  untuk  budidaya  polikultur  udang  windu (Penaeus  Monodon),  bandeng,  dan  rumput laut dengan  masa pemeliharaan 120 (seratus dua puluh) hari   dengan ukuran udang 20 (dua puluh) sampai dengan 40 (empat puluh)  g/ekor atau marketable size, dengan produktivitas udang 100 (seratus) sampai dengan 300 (tiga ratus) kg/hektare, bandeng 300 (tiga ratus)       kg/hektare,   rumput   laut   basah   2.000   (dua   ribu) kg/hekare; dan
d.     panen  dilakukan  untuk  budidaya  polikultur  udang  vaname (Litopenaeus  Vannamei)  dan  bandeng  dengan  produktivitas udang             200   (dua   ratus)   sampai   dengan   300   (tiga   ratus) kg/hektare  dan  bandeng  150  (seratus  lima  puluh)  sampai dengan 200 (dua ratus) kg/hektare.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar