Selasa, 21 Mei 2019

Teknologi Pembesaran Udang Windu dengan Sistem Semi-Intensif


Teknologi Pembesaran Udang Windu dengan Sistem Semi-Intensif


Pembesaran udang dilakukan dengan menerapkan teknologi yang terdiri dari teknologi sederhana, semi intensif, intensif, dan super intensif. Proses pembesaran   udang   harus   memenuhi   persyaratan   jaminan   mutu   dan keamanan  pangan  dan  menerapkan  cara pembesaran ikan yang baik  dari tahap pra produksi, proses produksi, dan panen.
Pelaksanaan suatu kegiatan budidaya udang di tambak memerlukan syarat khusus yang sesuai dengan sifat dan kebiasaan udang windu. Jenis kegiatan budidaya udang windu di tambak antara lain persiapan atau pengolahan tanah dasar, penebaran benur, pemeliharaan, dan panen serta pascapanen (Buwono, 1993).
Langkah langkah dalam persiapan tambak antara lain: a) Remediasi; b) Pemberantasan hama; c) Pengapuran; d) Pemupukan; e) Pengisian air.

Teknologi Semi Intensif

Teknologi   semi   intensif   dilakukan   pada  pembesaran   udang  windu (Penaeus Monodon) dan udang vaname (Litopenaeus Vannamei) dengan tahapan dan ketentuan sebagai berikut:
1.    Persiapan

a.    Tambak Tanah

1)    konstruksi  tambak  harus  mampu  menahan  volume  air

(tidak bocor) dan bentuk tambak tidak memiliki sudut mati

<45° (kurang dari empat puluh lima derajat);

2)    luasan maksimum 1 (satu) hektare per petak;

3)    kedalaman air minimal 80 (delapan puluh) sampai dengan

100  (seratus)  cm  untuk  dapat  menciptakan  kualitas  air yang baik untuk kehidupan udang, dan kemiringan dasar





tambak  0,2%  (nol  koma  dua  persen)  ke  arah  saluran pembuangan (outlet);
4)      petak tandon berkapasitas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari volume air pemeliharaan baik secara individu maupun kolektif;
5)    apabila kandungan zat besi pada lahan tambak lebih dari

0,02 (nol koma nol dua) ppm perlu dilakukan perlakuan tanah dasar tambak;
6)      desain  dan  tata  letak  dibangun  untuk  mendapatkan  air dengan kualitas baik dan mencegah penularan penyakit yang terdiri dari petak saluran pengendapan/tandon, petak pembesaran          dan     petak/saluran     pengolah     limbah, sebagaimana tercantum pada Gambar 2;
7)    sistem pembuangan air dibuat ke arah saluran buang;

8)      tambak   dengan   dasar   tanah   dilakukan   pengeringan, pembalikan      tanah,   pengapuran,   pemasukan   air,   dan sterilisasi air;
9)      sarana  dan  prasarana  yang  digunakan  meliputi  benih, pakan, obat ikan, gudang untuk pakan dan obat ikan, peralatan kualitas air, bengkel kerja, genset/PLN, sarana laboratorium, sarana biosekuriti, perumahan dan gedung administrasi,        rumah   jaga   tambak,   instalasi   pengolah limbah, dan sarana panen;
10) pengukuran kualitas air berupa suhu, salinitas, pH, alkalinitas,  dan  DO  dilakukan  sebelum  dilakukan penebaran benih udang;
11)  pintu air masuk (inlet) dan pintu air buang (outlet) harus terpisah  atau  dalam  hal  hanya  terdapat  satu  pintu  air harus memiliki fungsi spesifik air masuk atau air buang;
12) pemasukan air, sterilisasi air, dan pemberian probiotik dilakukan         pada     awal     pemeliharaan,     selanjutnya penambahan air melalui tandon;
13)  pengaturan sistem filtrasi dilaksanakan mulai dari tahapan air  masuk  dengan  bahan  filter  kasar  dan  filter  halus, sampai dengan air pembuangan; dan





14) memiliki   sarana pengelolaan limbah padat/cair sesuai kebutuhan     dan    ditempatkan    di    lokasi   yang   tidak menyebabkan      risiko     kontaminasi/pencemaran     pada lingkungan, wadah budidaya, maupun fasilitas lain.
b.    Tambak Lining

1)    konstruksi  tambak  harus  mampu  menahan  volume  air

(tidak bocor) dan bentuk tambak tidak memiliki sudut mati

<45° (kurang dari empat puluh lima derajat);

2)    luasan maksimum 1 (satu) hektare per petak;

3)    kedalaman air minimal 80 (delapan puluh) sampai dengan

100  (seratus)  cm  untuk  dapat  menciptakan  kualitas  air yang baik untuk kehidupan udang, dan kemiringan dasar tambak 0,2% (nol koma dua persen) ke arah saluran pembuangan (outlet);
4)     petak tandon berkapasitas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari volume air pemeliharaan baik secara individu maupun kolektif;
5)      desain  dan  tata  letak  dibangun  untuk  mendapatkan  air dengan kualitas baik dan mencegah penularan penyakit yang terdiri dari petak saluran pengendapan/tandon, petak pembesaran          dan     petak/saluran     pengolah     limbah, dilengkapi dengan saluran pasok dan saluran buang secara terpisah;
6)    sistem pembuangan air dibuat ke arah saluran buang;

7)      sarana  dan  prasarana  yang  digunakan  meliputi  benih, pakan, obat ikan, gudang untuk pakan dan obat ikan, peralatan kualitas air, bengkel kerja, genset/PLN, sarana laboratorium, sarana biosekuriti, perumahan dan gedung administrasi,        rumah   jaga   tambak,   instalasi   pengolah limbah, dan sarana panen;
8)      tambak    dengan    dasar    lining    langsung    dilakukan pemasukan air, sterilisasi air, dan pemberian probiotik, selanjutnya penambahan air melalui tandon;
9)      pengukuran   kualitas   air   berupa   suhu,   salinitas,   pH, alkalinitas,  dan  DO  dilakukan  sebelum  dilakukan penebaran benih udang;

10)  pintu air masuk (inlet) dan pintu air buang (outlet) harus terpisah  atau  dalam  hal  hanya  terdapat  satu  pintu  air harus memiliki fungsi spesifik air masuk atau air buang;
11)  pengaturan sistem filtrasi dilaksanakan mulai dari tahapan air  masuk  dengan  bahan  filter  kasar  dan  filter  halus, sampai dengan air pembuangan; dan
12) memiliki   sarana pengelolaan limbah padat/cair sesuai kebutuhan     dan    ditempatkan    di    lokasi   yang   tidak menyebabkan      risiko     kontaminasi/pencemaran     pada lingkungan, wadah budidaya, maupun fasilitas lain.




Gambar 2. Desain Tambak Semi Intensif





2.    Pemeliharaan

a.      sebelum    pemeliharaan,    air    dimasukan    kedalam    petak pemeliharaan   dan    dilakukan    sterilisasi    air    di    petak pemeliharaan, selanjutnya air dimasukkan ke petak tandon dan dilakukan sterilisasi di petak tandon untuk penambahan air di petak pemeliharaan;
b.      pakan   yang   diberikan   berdasarkan   jumlah,   ukuran,   dan frekwensi pemberian pakan yang disesuaikan dengan berat biomas dan nafsu makan udang;
c.    padat penebaran untuk:

1)    udang  windu  (Penaeus  Monodon)  100.000  (seratus  ribu)

sampai  dengan  300.000  (tiga  ratus  ribu)  ekor/hektare

menggunakan  kincir  minimal  8  (delapan)  kincir/hektare dan pompa air sesuai kebutuhan; atau
2)      udang  vaname  (Litopenaeus  Vannamei)  300.000  (seratus ribu) sampai dengan 500.000 (lima ratus ribu) ekor/hektare menggunakan   kincir     minimal     16     (enam     belas) kincir/hektare dan pompa air sesuai kebutuhan.
d.      pengelolaan  pakan  alami  diperlukan  pada  awal  pemeliharan untuk mempertahankan plankton sebagai pakan alami melalui pemupukan bertahap dan pemberian probiotik;
e.      pemantauan udang dilakukan secara visual yang meliputi nafsu makan dan pertumbuhan, melalui pengambilan sampling secara periodik;
f.       pengelolaan kualitas air tambak dilakukan melalui penambahan air, pergantian air, pengaturan kedalaman air, aplikasi probiotik dan sumber karbon, penggunaan kapur, dan aerasi   untuk memperbaiki kualitas air;
g.      pemantauan  dan  pengamatan  kualitas  air  dilakukan  secara visual setiap hari;
h.      pengukuran  kualitas  air  dilakukan  secara  laboratoris  secara berkala; dan
i.       hasil      pemantauan      dan      pengukuran      dicatat      dan didokumentasikan.
3.    Pemanenan

a.    panen dilakukan setelah udang mencapai umur pemeliharaan

120 (seratus dua puluh) hari (ukuran 20 (dua puluh) sampai dengan  40 (empat puluh) g/ekor atau marketable size;
b.       panen sebaiknya pagi atau sore hari dan dilakukan secara hati- hati dan cepat;
c.       produktivitas  udang  windu  (Penaeus  Monodon)  berkisar  600 (enam ratus) sampai dengan 3000 (tiga ribu) kg/hektare/musim tanam; dan
d.    produktivitas  udang  vaname  (Litopenaeus  Vannamei)  berkisar

6.000   (enam   ribu)   sampai   dengan   10.000   (sepuluh   ribu)
kg/hektare/musim tanam.

Sumber :

Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 75 /Permen-KP/2016

Ratnawati, erna, 2008. Budidaya Udang Windu (Penaeus monodon) Sistem Semi-Intensif pada tambak tanah sulfat. Maros.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar