PEDOMAN UMUM BUDIDAYA IKAN HIAS AROWANA
SUPER RED (SCLEROPAGES FORMOSUS)/SILUK
DESKRIPSI
IKAN HIAS AROWANA
SUPER RED (SCLEROPAGES FORMOSUS)/SILUK
A.
|
KLASIFIKASI
Filum :
Kelas :
|
Chordata
Actinopterygii
|
|
Bangsa :
Suku :
|
Osteoglossiformes
Osteoglossidae
|
|
Marga : Spesies :
Nama
Dagang :
|
Scleropages
Scleropages formosus
Super red
|
|
Nama
umum :
|
Siluk
|
B. CIRI-CIRI MORFOLOGI
1. Bentuk
badan memanjang pipih kesamping, ukuran dapat mencapai 50 cm.
2. Sisik amat besar dan keras berderet
bagus seperti genting.
3. Mempunyai
2 (dua) sungut pendek dan lunak di bibir bawah.
4. Daerah
penyebaran di perairan Kalimantan dan Sumatera.
5. Ikan hias asli Indonesia dari daerah Kalimantan Barat.
6. Bentuk
punggung datar dan cenderung lurus dari mulut hingga sirip punggung.
7. Sirip
dorsal dan sirip dorsal dan sirip anal jauh kebelakang mendekati sirip ekor.
8. Sirip punggung, sirip ekor dan sirip
anal berwarna merah.
C. KARAKTERISTIK BIOLOGI
1. Induk jantan memelihara anaknya di dalam mulut sampai anaknya dapat berenang mencari makan
2. Dapat dibudidayakan di kolam – kolam dengan kondisi air netral dan suhu sekitar 270 C.
3. Pakan
berupa karnivora, ikan kecil sampai serangga dan anak katak
(percil).
4. Panjang
induk total minimal 40 cm.
5. Umur
induk minimal 3 tahun.
6. Bobot
ukuran dewasa 3 – 4 kg.
7. Tinggi badan 15 – 20 cm.
8. Jumlah
sisik gurat sisi 20 – 25.
9. Jumlah
telur per kg induk 40 – 50 buah.
10. Diameter panjang telur 8 – 12 mm.
11. Diameter
pendek telur 8 – 10 mm.
Ikan hias arowana super red (Scleropages
formosus)/siluk secara endemik berasal dari kawasan
Taman Nasional Danau Sentarum
seluas
132.000 Ha dan kawasan Daerah
Aliran Sungai Kapuas, Kabupaten Kapuas Hulu. Ikan hias arowana super red (Scleropages
formosus)/siluk, sejak tahun 1972 telah dilakukan penangkapan secara terus menerus,
sehingga populasi induknya semakin menurun.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu
ada perubahan orientasi dari penangkapan
ikan hias arowana super red (Scleropages
formosus)/siluk di alam menjadi
pembudidayaan ikan hias arowana super
red (Scleropages
formosus)/siluk. Perubahan
orientasi tersebut penting
karena potensi ikan hias arowana
super red (Scleropages
formosus)/siluk
di alam memiliki keterbatasan dan memerlukan waktu untuk pemulihan kembali
dalam keadaan semula.
Selain peningkatan
produksi, pengembangan budidaya
arowana super red (Scleropages
formosus)/siluk, perlu dilakukan
melalui peningkatan mutu dan
keamanan lingkungan (enviromental safety). Untuk menjamin ketersediaan arowana
super red (Scleropages formosus)/siluk agar dapat memenuhi ke butuhan pasar domestik maupun
ekspor, maka kegiatan pembudidayaan
ikan hias arowana super
red (Scleropages formosus)/siluk
harus diperkuat melalui penerapan teknologi budidaya anjuran sesuai Standar Nasional Indonesia
(SNI) dan Cara Budidaya Ikan
yang Baik (CBIB) sehingga mampu menjamin peningkatan produksi, mutu, daya saing,
dan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya.
Potensi pengembangan budidaya ikan hias arowana super
red (Scleropages formosus)/siluk di Indonesia masih besar dan perlu
dikembangkan dengan penerapan teknologi yang inovatif dan adaptif.
Pengembangan usaha budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk yang bernilai ekonomis tinggi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya dan devisa
negara, serta menciptakan lapangan
kerja dan kesempatan usaha yang cukup luas.
LOKASI, PRASARANA,
DAN SARANA
A. Lokasi
Lokasi budidaya ikan
hias
arowana super
red
(Scleropages
formosus)/siluk harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, provinsi, atau
kabupaten/kota;
b. berada pada kawasan yang bebas banjir dan bebas dari pengaruh
pencemaran;
c. berada pada ketinggian lahan 0 m sampai dengan 200 m di atas
permukaan laut;
d. memiliki
jenis tanah liat bergambut atau tanah latosol merah; dan
e. memiliki sumber air berasal
dari air tanah atau dari aliran sungai yang tidak tercemar dan memenuhi
kualitas yang dipersyaratkan.
B. Prasarana
1. Wadah
Pembudidayaa Ikan
a. Tata letak
Tata letak dan desain wadah budidaya ikan dibuat untuk
mendapatkan air dengan kualitas baik,
memudahkan pengelolaan, dan mencegah penularan penyakit.
b. Wadah
induk
1)
jenis:
kolam
tanah;
2)
ukuran: paling kecil 200 m2;
3)
dasar
kolam: berupa tanah;
4)
kedalaman
wadah 1,5 – 3 m; dan
5) tersedia naungan/tempat berlindung: paling
sedikit 10% dari luas kolam.
c. Wadah
larva
1) jenis: akuarium
larva dan akuarium besar, yang merupakan
satu kesatuan;
2)
ukuran
akuarium larva: paling kecil 30 cm x
30 cm;
3)
ukuran
akuarium besar: paling kecil 120 cm x 60
cm; dan
4) ketinggian: paling rendah 15 cm. d. Wadah benih
1) jenis: akuarium;
2)
ukuran:
paling kecil 120 cm x 60 cm; dan
3) ketinggian : paling rendah 30 cm.
d. Wadah
pembesaran
1) jenis:
bak fiber atau beton;
2) ukuran:
paling kecil 300 cm x 500 cm; dan
3) ketinggian: paling rendah 100 cm.
2. Saluran air masuk (inlet) dan saluran air buang (outlet)
harus
terpisah;
3. Memiliki unit pengelolaan limbah agar penyakit
tidak menyebar ke perairan umum;
4. Unit
Penyimpanan Sarana Budidaya Ikan
a. unit penyimpanan sarana budidaya
ikan
terdiri
dari
tempat
penyimpanan pakan, obat, peralatan, dan bahan bakar;
b.
tempat
penyimpanan harus terpisah satu dari
yang lain; dan
c.
tempat
penyimpanan harus terjaga kebersihannya.
5. Alat dan Mesin untuk Pembudidayaan Ikan,
terdiri dari:
a. pengukur kualitas
air: termometer, pH meter/kertas lakmus,
DO
meter, amoniak
test kit, hardness test kit, nitrit test kit;
b. peralatan lapangan: aerator,
pompa air, ember,
serokan, selang sifon, baskom
kecil, spon pembersih, hapa, jaring,
cangkul sekop;
c. peralatan lain: penggaris, peralatan pengepakan (oksigen, plastik, karet
gelang, box sterofoam), timbangan;
dan
d. mesin: genset.
C. Sarana
1. Induk, Larva, dan Benih
a. Induk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) sehat
dan tidak cacat;
2) berukuran
panjang total paling pendek 40 cm;
3) umur paling singkat 3 tahun; dan
4) tidak
boleh hasil satu keturunan (inbreeding).
b. Larva harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) sehat
dan tidak cacat;
2) bergerak
aktif; dan
3) kantong
kuning telur (yolk sack) sempurna.
c. Benih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) sehat dan tidak cacat; dan
2) berenang aktif.
2. Pakan Ikan
Pakan ikan yang digunakan berupa pakan alami, yang terdiri dari:
a. pakan ikan untuk larva adalah kuning telur
(yolk egg)
yang
menempel pada tubuh larva yang secara otomatis diserap oleh larva;
b. pakan ikan untuk benih adalah sejenis serangga air, cacing darah
(blood worm),
anak-anak
ikan jenis lain yang
bebas penyakit
dengan tidak merusak kelestariannya;
dan
c. pakan
ikan untuk induk antara lain udang, cumi, anak katak
(percil),
jangkrik, kecoa, kelabang yang sudah
bersih.
3. Obat
ikan harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. obat
ikan harus terdaftar;
b. penggunaan bahan kimia dan obat ikan sesuai
ketentuan pada obat ikan.
PROSES BUDIDAYA
Pembudidayaan ikan hias
arowana super red
(Scleropages formosus)/siluk
harus
dilakukan melalui penerapan
teknologi budidaya anjuran sesuai
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) sehingga mampu menjamin
peningkatan produksi, mutu, daya
saing, dan kelestarian sumber daya ikan
dan lingkungannya. Proses budidaya
ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk meliputi pemeliharaan induk ikan,
pemijahan dan pemanenan larva,
pemeliharaan larva, pemeliharaan benih,
dan pembesaran.
A.
Pemeliharaan Induk Ikan
1. Persiapan wadah
induk (kolam tanah) dilakukan
melalui pengeringan tanah dasar yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas
tanah dasar kolam dan mendukung pertumbuhan pakan alami serta kualitas air pemeliharaan. Pengeringan tanah dasar dilakukan
paling singkat 3 (tiga)
hari. Apabila diperlukan dapat dilakukan perbaikan dinding dan pematang
kolam.
2. Pengisian air bervariasi dengan kedalaman 1-2 m.
3. Setelah air mengendap
selama paling singkat 7 hari, kolam diisi induk
ikan.
4. Induk dengan
ukuran paling pendek 40 cm dipelihara dengan padat tebar paling banyak 20 ekor tiap wadah.
5. Pakan diberikan dengan frekuensi
1
kali
sehari
sekenyangnya
(at satiation).
6. Pergantian air dilakukan 10 % per minggu.
7. Persyaratan kualitas air untuk
pemeliharaan induk, sebagaimana tercantum pada
Tabel
1.
Tabel 1. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan induk
NO
|
PARAMETER
|
SATUAN
|
NILAI
|
1.
|
Suhu
|
°C
|
25
– 30
|
2.
|
pH
|
-
|
5,5 – 7,5
|
3.
|
Oksigen
terlarut
|
mg/l
|
minimal 4
|
4.
|
Tinggi
air dalam wadah
|
Cm
|
100 – 200
|
5.
|
Amoniak total (TAN)
|
mg/l
|
maksimal 1
|
6.
|
Nitrit
|
mg/l
|
maksimal 0,1
|
7.
|
Kesadahan
(hardness)
|
° Dh
|
minimal
1
|
B.
Pemijahan dan Pemanenan Larva
1. Pemijahan dilakukan
secara alami dan massal dengan perbandingan 1 jantan dan 1 betina.
2. Ikan yang
memijah dicirikan dengan
rahangnya membesar
(mengeram) dan
tidak mau makan.
3. Induk dapat memijah 2 kali dalam
setahun.
4. Pemanenan larva dilakukan setelah
induk mengeram paling
singkat
12 hari dengan cara dibuka mulutnya
dengan hati-hati untuk dapat dikeluarkan larvanya lalu
dipindahkan ke akuarium larva.
C.
Pemeliharaan Larva
1. Persiapan wadah
larva berupa akuarium yang telah dilengkapi dengan penutup, aerator, pemanas air
(water
heater) dengan thermostat, dan pompa filtrasi.
2. Pengisian air dengan ketinggian 10-15 cm.
3. Larva dengan ukuran 0-2 cm dipelihara dengan padat tebar 20-40 ekor tiap wadah.
4. Tidak
diberikan
pakan tambahan karena pakannya
berasal
dari
kantong kuning telor yang masih melekat.
5. Pergantian air dilakukan 10-30% per hari.
6. Persyaratan kualitas air untuk
pemeliharaan
larva, sebagaimana tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan larva
NO
|
PARAMETER
|
SATUAN
|
NILAI
|
1.
|
Suhu
|
°C
|
27
– 29
|
2.
|
pH
|
-
|
5,5 – 7,5
|
3.
|
Oksigen
terlarut
|
mg/l
|
minimal 4
|
4.
|
Tinggi
air dalam wadah
|
cm
|
10
– 15
|
5.
|
Amoniak total (TAN)
|
mg/l
|
maksimal 1
|
6.
|
Nitrit
|
mg/l
|
maksimal 0,1
|
7.
|
Kesadahan (hardness)
|
° Dh
|
minimal 1
|
7. Pemanenan larva dilakukan
setelah waktu pemeliharaan selama 15- 45 hari atau sampai kantong kuning telor habis dan mencapai ukuran 6 cm dengan sintasan 80-95%.
D.
Pemeliharaan Benih
1. Persiapan wadah benih berupa akuarium yang
telah
dilengkapi
dengan penutup, aerator, pemanas air (water heater), dan pompa filtrasi.
2. Pengisian air dengan ketinggian 25-35 cm.
3. Benih dengan ukuran 6 cm dipelihara
dengan padat tebar 20-30 ekor
tiap wadah.
4. Pakan diberikan 3-4 kali per hari sampai sekenyangnya (at satiation).
5. Pergantian
air dilakukan 10-30% per hari.
6. Persyaratan kualitas
air
untuk
pemeliharaan benih sebagaimana
tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan benih
No.
|
Parameter
|
Satuan
|
Nilai
|
1.
|
Suhu
|
°C
|
25 – 30
|
2.
|
pH
|
-
|
5,5
– 7,5
|
3.
|
Oksigen
terlarut
|
mg/l
|
minimal
4
|
4.
|
Tinggi air dalam wadah
|
Cm
|
25 – 35
|
5.
|
Amoniak total (TAN)
|
mg/l
|
maksimal
1
|
6.
|
Nitrit
|
mg/l
|
maksimal
0,1
|
7.
|
Kesadahan
(hardness)
|
° Dh
|
minimal
1
|
7.
Pemanenan benih dilakukan
setelah waktu pemeliharaan selama 30 -
45 hari atau sampai
mencapai ukuran 12 cm dengan
sintasan 90-
95%.
E.
Pembesaran
1. Proses
pembesaran ikan
hias
arowana super
red
(Scleropages formosus)/siluk ada tiga
tahap yaitu pembesaran tahap I (12-22 cm), pembesaran tahap II (22-32 cm) dan
pembesaran tahap III (32-42
cm).
2. Persyaratan
kualitas air
untuk
pembesaran ikan
sebagaimana tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Persyaratan kualitas air untuk pembesaran
NO
|
PARAMETER
|
SATUAN
|
NILAI
|
||
Pb1
|
Pb2
|
Pb3
|
|||
1.
|
Suhu
|
°C
|
25 – 30
|
25 – 30
|
25 – 30
|
2.
|
pH
|
-
|
5,5 –
7,5
|
5,5 –
7,5
|
5,5 –
7,5
|
3.
|
Oksigen
terlarut
|
mg/l
|
minimal 4
|
minimal 4
|
minimal 4
|
4.
|
Tinggi air dalam wadah
|
Cm
|
25 – 35
|
50 – 60
|
80 – 100
|
5.
|
Amoniak
total (TAN)
|
mg/l
|
maksimal 1
|
maksimal 1
|
maksimal 1
|
6.
|
Nitrit
|
mg/l
|
maksimal 0,1
|
maksimal 0,1
|
maksimal 0,1
|
7.
|
Kesadahan (hardness)
|
° Dh
|
minimal 1
|
minimal 1
|
minimal 1
|
Catatan
: -
Pb1 = pembesaran
tahap I
- Pb2
= pembesaran tahap II
- Pb3
= pembesaran tahap III
3. Persiapan
wadah untuk pembesaran berupa bak fiber
atau beton yang telah dilengkapi dengan aerator dan pompa filtrasi,
yang
sebelumnya dilakukan sterilisasi dengan UV/ozon/bahan desinfektan yang direkomendasikan.
4. Tahapan pemeliharaan pada pembesaran ikan hias arowana
super red (Scleropages formosus)/siluk meliputi
padat tebar, ukuran tebar,
sintasan, waktu pemeliharaan, dosis pakan, frekuensi pemberian pakan, ukuran
panen
dan
pergantian
air
sebagaimana tercantum pada tabel 5.
Tabel 5. Tahapan pemeliharaan
pada pembesaran
NO
|
PARAMETER
|
SATUAN
|
PERSYARATAN
|
||
Pb1
|
Pb2
|
Pb3
|
|||
1.
|
Padat
tebar
|
ekor/
wadah
|
15 – 20
|
10 – 15
|
8
– 10
|
2.
|
Ukuran
tebar
|
cm
|
12
|
22
|
32
|
3.
|
Sintasan
|
%
|
minimal 90
|
minimal 90
|
minimal 90
|
4.
|
Waktu pemeliharaan
|
hari
|
35
|
60
|
70
|
5.
|
Dosis pakan
|
%
|
at satiation
|
at satiation
|
at satiation
|
6.
|
Frekuensi
pemberian
pakan
|
kali/
hari
|
2
|
1
|
1
|
7.
|
Ukuran
panen
|
cm
|
22
|
32
|
42
|
8.
|
Pergantian
air
|
%/hari
|
10 – 20
|
10 – 20
|
10 – 20
|
PENGELOLAAN
KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN
Pengelolaan kesehatan
ikan dan lingkungan pada budidaya ikan hias
arowana super red (Scleropages formosus)/siluk
dilakukan dengan cara:
a. menerapkan cara budidaya ikan yang
baik;
b. melakukan pengamatan
kesehatan (visual, sampling)
secara periodik setiap minggu
melalui sampling atau pengambilan contoh;
c. melakukan penanganan kasus penyakit terhadap:
1) serangan penyakit (bakteri
dan virus), dengan mengisolasi ikan sakit dalam
wadah yang steril dan air dibuang ke dalam unit pengelolaan
limbah;
2) wabah
penyakit (bakteri dan virus), dengan mengisolasi wadah dan
penebaran ikan omnivora untuk mencegah penularan ke wadah lain/kawasan; dan
3) wabah/kematian masal, dengan memberikan kaporit 30 ppm.
d. monitoring
kesehatan ikan, dengan parameter kualitas
air, respon pakan,
pertumbuhan ikan, dan
penyakit dengan frekuensi paling
sedikit sebagaimana tercantum pada Tabel 6;
Tabel 6. Monitoring kesehatan
ikan
NO
|
PARAMETER
|
FREKUENSI (PALING
SEDIKIT)
|
1.
|
Kualitas
air :
- suhu
- pH
- oksigen
terlarut
- amoniak total
- nitrit
- kesadahan
|
setiap hari setiap hari setiap hari
sesuai kebutuhan, paling sedikit setiap minggu
sesuai kebutuhan, paling sedikit setiap minggu
sesuai kebutuhan, minimal pada
awal pemeliharaan dan saat kualitas air pada kondisi ekstrim
|
2.
|
Respon
pakan
|
setiap
hari
|
3.
|
Pertumbuhan
ikan
|
awal
dan akhir tahap pemeliharaan
|
4.
|
Penya
- gejala klinis
- penyakit spesifik (parasit, bakteri, virus, jamur)
|
setiap hari
(visual)
disesuaikan dengan kebutuhan
(laboratorium)
|
e. apabila terjadi perubahan
kualitas air yang ekstrim, monitoring kesehatan ikan dapat dilakukan sesuai kebutuhan;
f.
mencatat dan menyimpan data hasil
monitoring secara baik;
g. menganalisis
data hasil monitoring untuk digunakan sebagai
dasar dalam pengendalian kualitas air, kesehatan, dan pemberian pakan serta untuk perencanaan dalam pemeliharaan
selanjutnya;
h. membuang sisa kotoran di akuarium secara rutin melalui
penyiponan ke saluran pembuangan;
i. mengendapkan limbah lumpur
di
kolam
sebelum
dibuang
ke
perairan
umum.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar