Jumat, 03 Mei 2019

PEDOMAN UMUM BUDIDAYA IKAN HIAS AROWANA SUPER RED (SCLEROPAGES FORMOSUS)/SILUK


PEDOMAN UMUM BUDIDAYA IKAN HIAS AROWANA SUPER RED (SCLEROPAGES FORMOSUS)/SILUK








DESKRIPSI
IKAN HIAS AROWANA SUPER RED (SCLEROPAGES FORMOSUS)/SILUK


A.
KLASIFIKASI Filum               :
Kelas               :



Chordata

Actinopterygii


Bangsa            :

Suku               :

Osteoglossiformes

Osteoglossidae


Marga              : Spesies            :
Nama Dagang  :

Scleropages

Scleropages formosus

Super red


Nama umum   :

Siluk


B.  CIRI-CIRI MORFOLOGI

1.  Bentuk badan memanjang pipih kesamping, ukuran dapat mencapai 50 cm.
2.  Sisik amat besar dan keras berderet bagus seperti genting.

3.  Mempunyai 2 (dua) sungut pendek dan lunak di bibir bawah.

4.  Daerah penyebaran di perairan Kalimantan dan Sumatera.

5.  Ikan hias asli Indonesia dari daerah Kalimantan Barat.

6.  Bentuk punggung datar dan cenderung lurus dari mulut hingga sirip punggung.
7.  Sirip dorsal dan sirip dorsal dan sirip anal jauh kebelakang mendekati sirip ekor.
8.  Sirip punggung, sirip ekor dan sirip anal berwarna merah.


C.  KARAKTERISTIK BIOLOGI

1.   Induk jantan memelihara anaknya di dalam mulut sampai anaknya dapat berenang mencari makan


2.  Dapat dibudidayakan di kolam kolam dengan kondisi air netral dan suhu sekitar 270 C.
3.  Pakan berupa karnivora, ikan kecil sampai serangga dan anak katak

(percil).

4.  Panjang induk total minimal 40 cm.

5.  Umur induk minimal 3 tahun.

6.  Bobot ukuran dewasa 3 – 4 kg.

7.  Tinggi badan 15 20 cm.

8.  Jumlah sisik gurat sisi 20 – 25.

9.  Jumlah telur per kg induk 40 – 50 buah.

10. Diameter panjang telur 8 – 12 mm.
11. Diameter pendek telur 8 – 10 mm.



Ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk secara endemik berasal dari kawasan Taman Nasional Danau Sentarum seluas
132.000 Ha dan kawasan Daerah Aliran Sungai Kapuas, Kabupaten Kapuas Hulu. Ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk, sejak tahun 1972 telah dilakukan penangkapan secara terus menerus, sehingga populasi induknya semakin menurun.   Sehubungan dengan hal tersebut, perlu ada perubahan orientasi dari penangkapan ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk di alam menjadi pembudidayaan  ikan  hias  arowana  super  red  (Scleropages formosus)/siluk.   Perubahan orientasi tersebut penting karena potensi ikan  hias  arowana  super  red  (Scleropages  formosus)/siluk  di  alam memiliki keterbatasan dan memerlukan waktu untuk pemulihan kembali dalam keadaan semula.
Selain  peningkatan  produksi,  pengembangan  budidaya  arowana super red (Scleropages formosus)/siluk, perlu dilakukan melalui peningkatan  mutu  dan  keamanan  lingkungan  (enviromental  safety). Untuk menjamin ketersediaan arowana super red (Scleropages formosus)/siluk             agar             dapat             memenuhi             ke butuhan pasar domestik maupun ekspor, maka kegiatan pembudidayaan ikan   hias   arowana   super   red   (Scleropages   formosus)/siluk   harus diperkuat melalui penerapan teknologi budidaya anjuran sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) sehingga mampu menjamin peningkatan produksi, mutu, daya saing, dan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya.
Potensi pengembangan budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk di Indonesia masih besar dan perlu dikembangkan dengan penerapan teknologi yang inovatif dan adaptif.
Pengembangan usaha budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk yang bernilai ekonomis tinggi diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pembudidaya dan devisa negara, serta menciptakan lapangan kerja dan kesempatan usaha yang cukup luas.


LOKASI, PRASARANA, DAN SARANA


A.    Lokasi

Lokasi    budidaya    ikan    hias    arowana    super    red    (Scleropages formosus)/siluk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.   sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, provinsi, atau kabupaten/kota;

b.   berada pada kawasan yang bebas banjir dan bebas dari pengaruh pencemaran;

c.   berada pada ketinggian lahan 0 m sampai dengan 200 m di atas permukaan laut;
d.  memiliki jenis tanah liat bergambut atau tanah latosol merah; dan

e.   memiliki sumber air berasal dari air tanah atau dari aliran sungai yang tidak tercemar dan memenuhi kualitas yang dipersyaratkan.



B.    Prasarana
1.   Wadah Pembudidayaa Ikan
 a.  Tata letak
Tata letak dan desain wadah budidaya ikan dibuat untuk mendapatkan air dengan kualitas baik, memudahkan pengelolaan, dan mencegah penularan penyakit.

b.  Wadah induk

1)  jenis:  kolam tanah;

2)  ukuran:  paling kecil 200 m2;

3)  dasar kolam:  berupa tanah;

4)  kedalaman wadah 1,5 – 3 m; dan

5)   tersedia naungan/tempat berlindung:  paling sedikit 10% dari luas kolam.
c.  Wadah larva

1)   jenis: akuarium larva dan akuarium besar, yang merupakan satu kesatuan;
2)  ukuran akuarium larva: paling kecil 30 cm x 30 cm;

3)  ukuran akuarium besar: paling kecil 120 cm x 60 cm; dan

4)  ketinggian: paling rendah 15 cm. d.  Wadah benih
1)  jenis: akuarium;

2)  ukuran: paling kecil 120 cm x 60 cm; dan

3)  ketinggian : paling rendah 30 cm.
d. Wadah pembesaran

1)  jenis: bak fiber atau beton;

2)  ukuran: paling kecil 300 cm x 500 cm; dan

3)  ketinggian: paling rendah 100 cm.


2.   Saluran  air  masuk  (inlet)  dan  saluran  air  buang  (outlet)  harus terpisah;

3.   Memiliki unit pengelolaan limbah agar penyakit tidak menyebar ke perairan umum;

4.  Unit Penyimpanan Sarana Budidaya Ikan

a.   unit  penyimpanan  sarana  budidaya  ikan  terdiri  dari  tempat penyimpanan pakan, obat, peralatan, dan bahan bakar;

b.  tempat penyimpanan harus terpisah satu dari yang lain; dan
c.  tempat penyimpanan harus terjaga kebersihannya.
5.  Alat dan Mesin untuk Pembudidayaan Ikan, terdiri dari:

a.  pengukur kualitas air: termometer, pH meter/kertas lakmus, DO

meter, amoniak test kit, hardness test kit, nitrit test kit;

b.  peralatan lapangan: aerator, pompa air, ember, serokan, selang sifon, baskom kecil, spon pembersih, hapa, jaring, cangkul sekop;
c.   peralatan lain: penggaris, peralatan pengepakan (oksigen, plastik, karet gelang, box sterofoam), timbangan; dan
d.  mesin: genset.


C.    Sarana

1.  Induk, Larva, dan Benih

a.  Induk harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1)  sehat dan tidak cacat;

2)  berukuran panjang total paling pendek 40 cm;

3)  umur paling singkat 3 tahun; dan

4)  tidak boleh hasil satu keturunan (inbreeding).

b.  Larva harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1)  sehat dan tidak cacat;

2)  bergerak aktif; dan

3)  kantong kuning telur (yolk sack) sempurna.

c.  Benih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1)  sehat dan tidak cacat; dan

2)   berenang aktif.


2.  Pakan Ikan

Pakan ikan yang digunakan berupa pakan alami, yang terdiri dari:

a.   pakan  ikan  untuk  larva  adalah  kuning  telur  (yolk  egg)  yang menempel pada tubuh larva yang secara otomatis diserap oleh larva;
b.   pakan ikan untuk benih adalah sejenis serangga air, cacing darah (blood  worm),  anak-anak  ikan  jenis  lain  yang  bebas  penyakit dengan tidak merusak kelestariannya; dan
c.  pakan ikan untuk induk antara lain udang, cumi, anak katak

(percil), jangkrik, kecoa, kelabang yang sudah bersih.


3.  Obat ikan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a.  obat ikan harus terdaftar;

b.       penggunaan bahan kimia dan obat ikan sesuai ketentuan pada obat ikan.

PROSES BUDIDAYA
Pembudidayaan  ikan  hias  arowana  super  red  (Scleropages formosus)/siluk  harus  dilakukan  melalui  penerapan  teknologi  budidaya anjuran sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) sehingga mampu menjamin peningkatan produksi, mutu, daya saing, dan kelestarian sumber daya ikan dan lingkungannya. Proses budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk meliputi pemeliharaan induk ikan, pemijahan dan pemanenan larva, pemeliharaan larva, pemeliharaan benih, dan pembesaran.
A.    Pemeliharaan Induk Ikan

1.   Persiapan wadah  induk (kolam tanah) dilakukan melalui pengeringan tanah dasar yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas tanah dasar kolam dan mendukung pertumbuhan pakan alami serta kualitas air pemeliharaan. Pengeringan tanah dasar dilakukan paling singkat 3 (tiga) hari. Apabila diperlukan dapat dilakukan perbaikan dinding dan pematang kolam.
2.  Pengisian air bervariasi dengan kedalaman 1-2 m.

3.   Setelah air mengendap selama paling singkat 7 hari, kolam diisi induk ikan.
4.   Induk dengan ukuran paling pendek 40 cm dipelihara dengan padat tebar paling banyak 20 ekor tiap wadah.
5.   Pakan  diberikan  dengan  frekuensi  1  kali  sehari  sekenyangnya  (at satiation).
6.  Pergantian air dilakukan 10 % per minggu.

7.   Persyaratan  kualitas  air  untuk  pemeliharaan  induk,  sebagaimana tercantum pada Tabel 1.
Tabel 1. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan induk


NO

PARAMETER

SATUAN

NILAI

1.

Suhu

°C

25 – 30

2.

pH

-

5,5 – 7,5

3.

Oksigen terlarut

mg/l

minimal 4

4.

Tinggi air dalam wadah

Cm

100 – 200

5.

Amoniak total (TAN)

mg/l

maksimal 1

6.

Nitrit

mg/l

maksimal 0,1
7.
Kesadahan (hardness)
° Dh
minimal 1


B.    Pemijahan dan Pemanenan Larva

1.   Pemijahan dilakukan secara alami dan massal dengan perbandingan 1 jantan dan 1 betina.
2.  Ikan    yang    memijah    dicirikan    dengan    rahangnya    membesar

(mengeram) dan tidak mau makan.

3.  Induk dapat memijah 2 kali dalam setahun.

4.  Pemanenan larva dilakukan setelah induk mengeram paling singkat

12 hari dengan cara dibuka mulutnya dengan hati-hati untuk dapat dikeluarkan larvanya lalu dipindahkan ke akuarium larva.

C.    Pemeliharaan Larva

1.   Persiapan  wadah    larva  berupa  akuarium  yang  telah  dilengkapi dengan              penutup,     aerator,  pemanas  air  (water  heater)  dengan thermostat, dan pompa filtrasi.
2.  Pengisian air dengan ketinggian 10-15 cm.

3.   Larva dengan ukuran 0-2 cm dipelihara dengan padat tebar 20-40 ekor tiap wadah.
4.   Tidak  diberikan  pakan  tambahan  karena  pakannya  berasal  dari kantong kuning telor yang masih melekat.
5.  Pergantian air dilakukan 10-30% per hari.

6.   Persyaratan  kualitas  air  untuk  pemeliharaan  larva,  sebagaimana tercantum pada Tabel 2.


Tabel 2. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan larva


NO

PARAMETER

SATUAN

NILAI

1.

Suhu

°C

27 – 29

2.

pH

-

5,5 – 7,5

3.

Oksigen terlarut

mg/l

minimal 4

4.

Tinggi air dalam wadah

cm

10 – 15

5.

Amoniak total (TAN)

mg/l

maksimal 1

6.

Nitrit

mg/l

maksimal 0,1

7.

Kesadahan (hardness)

° Dh

minimal 1


7.  Pemanenan larva dilakukan setelah waktu pemeliharaan selama   15- 45 hari atau sampai kantong kuning telor habis dan mencapai ukuran 6 cm dengan sintasan 80-95%.



D.   Pemeliharaan Benih

1.   Persiapan  wadah  benih  berupa  akuarium  yang  telah  dilengkapi dengan penutup,   aerator, pemanas air (water heater), dan pompa filtrasi.
2.  Pengisian air dengan ketinggian 25-35 cm.

3.   Benih dengan ukuran 6 cm dipelihara dengan padat tebar 20-30 ekor tiap wadah.
4.  Pakan diberikan 3-4 kali per hari sampai sekenyangnya (at satiation).

5.  Pergantian air dilakukan 10-30% per hari.

6.   Persyaratan  kualitas  air  untuk  pemeliharaan  benih  sebagaimana tercantum pada Tabel 3.
Tabel 3. Persyaratan kualitas air untuk pemeliharaan benih


No.

Parameter

Satuan

Nilai
1.
Suhu
°C
25 – 30
2.
pH
-
5,5 – 7,5
3.
Oksigen terlarut
mg/l
minimal 4
4.
Tinggi air dalam wadah
Cm
25 – 35
5.
Amoniak total (TAN)
mg/l
maksimal 1
6.
Nitrit
mg/l
maksimal 0,1
7.
Kesadahan (hardness)
° Dh
minimal 1


7.  Pemanenan benih dilakukan setelah waktu pemeliharaan selama 30 -

45 hari atau sampai mencapai ukuran 12 cm dengan sintasan 90-

95%.


E.    Pembesaran

1.   Proses   pembesaran   ikan   hias   arowana   super   red   (Scleropages formosus)/siluk ada tiga tahap yaitu pembesaran tahap I (12-22 cm), pembesaran tahap II (22-32 cm) dan pembesaran tahap III (32-42 cm).
2.   Persyaratan   kualitas   air   untuk   pembesaran   ikan   sebagaimana tercantum pada Tabel 4.


Tabel 4.  Persyaratan kualitas air untuk pembesaran


NO

PARAMETER

SATUAN
NILAI
Pb1
Pb2
Pb3
1.
Suhu
°C
25 – 30
25 – 30
25 – 30
2.
pH
-
5,5 – 7,5
5,5 – 7,5
5,5 – 7,5
3.
Oksigen terlarut
mg/l
minimal 4
minimal 4
minimal 4
4.
Tinggi air dalam wadah
Cm
25 – 35
50 – 60
80 – 100
5.
Amoniak total (TAN)
mg/l
maksimal 1
maksimal 1
maksimal 1
6.
Nitrit
mg/l
maksimal 0,1
maksimal 0,1
maksimal 0,1
7.
Kesadahan (hardness)
° Dh
minimal 1
minimal 1
minimal 1
Catatan : -  Pb1 = pembesaran tahap I

-   Pb2 = pembesaran tahap II

-   Pb3 = pembesaran tahap III

3.   Persiapan wadah   untuk pembesaran berupa bak fiber atau beton yang telah  dilengkapi  dengan  aerator  dan  pompa  filtrasi,  yang sebelumnya dilakukan sterilisasi dengan UV/ozon/bahan desinfektan yang direkomendasikan.
4.   Tahapan pemeliharaan pada pembesaran ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk meliputi padat tebar, ukuran tebar, sintasan, waktu pemeliharaan, dosis pakan, frekuensi pemberian pakan,  ukuran  panen  dan  pergantian  air  sebagaimana  tercantum pada tabel 5.


Tabel 5. Tahapan pemeliharaan pada pembesaran




NO

PARAMETER

SATUAN
PERSYARATAN
Pb1
Pb2
Pb3
1.
Padat tebar
ekor/

wadah
15 – 20
10 – 15
8 – 10
2.
Ukuran tebar
cm
12
22
32
3.
Sintasan
%
minimal 90
minimal 90
minimal 90
4.
Waktu pemeliharaan
hari
35
60
70
5.
Dosis pakan
%
at satiation
at satiation
at satiation
6.
Frekuensi pemberian pakan
kali/

hari
2
1
1
7.
Ukuran panen
cm
22
32
42
8.
Pergantian air
%/hari
10 – 20
10 – 20
10 – 20





PENGELOLAAN KESEHATAN IKAN DAN LINGKUNGAN



Pengelolaan kesehatan ikan dan lingkungan pada budidaya ikan hias arowana super red (Scleropages formosus)/siluk dilakukan dengan cara:
a.  menerapkan cara budidaya ikan yang baik;

b.   melakukan pengamatan kesehatan (visual, sampling) secara periodik setiap minggu melalui sampling atau pengambilan contoh;
c.  melakukan penanganan kasus penyakit terhadap:

1)   serangan penyakit (bakteri dan virus), dengan mengisolasi ikan sakit dalam wadah yang steril dan air dibuang ke dalam unit pengelolaan limbah;
2)         wabah penyakit (bakteri dan virus), dengan mengisolasi wadah dan penebaran ikan omnivora untuk mencegah penularan ke wadah lain/kawasan; dan
3)  wabah/kematian masal, dengan memberikan kaporit 30 ppm.

d.   monitoring kesehatan ikan, dengan parameter kualitas air, respon pakan, pertumbuhan   ikan,   dan   penyakit   dengan   frekuensi   paling   sedikit sebagaimana tercantum pada Tabel 6;




















Tabel 6. Monitoring kesehatan ikan

NO
PARAMETER
FREKUENSI (PALING SEDIKIT)
1.
Kualitas air :

- suhu

- pH

- oksigen terlarut

- amoniak total



- nitrit





- kesadahan


setiap hari setiap hari setiap hari
sesuai kebutuhan, paling sedikit setiap minggu
sesuai kebutuhan, paling sedikit setiap minggu


sesuai kebutuhan, minimal pada awal pemeliharaan dan saat kualitas air pada kondisi ekstrim
2.
Respon pakan
setiap hari
3.
Pertumbuhan ikan
awal dan akhir tahap pemeliharaan
4.
Penya
- gejala klinis

- penyakit   spesifik (parasit, bakteri, virus, jamur)


setiap hari (visual)

disesuaikan          dengan          kebutuhan

(laboratorium)

e.   apabila terjadi perubahan kualitas air yang ekstrim, monitoring kesehatan ikan dapat dilakukan sesuai kebutuhan;
f.   mencatat dan menyimpan data hasil monitoring secara baik;

g.   menganalisis data hasil monitoring untuk digunakan sebagai dasar dalam pengendalian kualitas air, kesehatan, dan pemberian pakan serta untuk perencanaan dalam pemeliharaan selanjutnya;
h.  membuang sisa kotoran di akuarium secara rutin melalui penyiponan ke saluran pembuangan;
i.    mengendapkan  limbah  lumpur  di  kolam  sebelum  dibuang  ke  perairan umum.




Sumber :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar