PENDAHULUAN
Menurut Ayodhyoa
(1981), kapal rawai tuna (tuna long liner)
adalah kapal penangkap ikan yang ditujukan untuk menangkap ikan
pelagis besar terutama
untuk ikan tuna. Kapal rawai tuna yang baik harus memiliki beberapa persyaratan, antara lain:
1.
Kemampuan mengarungi untuk
mengarungi samudera
2.
Kemampuan olah gerak dan kecepatan yang cukup sehingga dapat diolah gerak cukup
lincah
3.
Tangki bahan bahan dan air
tawar yang besar yang dapat dipergunakan untuk pelayaran yang lama
4.
Palkah ikan
yang dilengkapi dengan
pendingin (referigration)
5.
Tempat kerja yang luas untuk
memberikan kebebasan gerak bagi anak buah kapal
Kapal rawai tuna (tuna
long liner) dapat dikelompokkan menurut cara menyimpan tali
utama yaitu: sistem basket, sistem box, sistem drum, dan sistem blong
RAWAI TUNA
Rawai tuna adalah alat tangkap tuna yang paling
efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan
sekaligus, yang terdiri dari rangkaian tali utama, tali pelampung yang dimana
pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek
dan lebih kecil diameternya. Di ujung tali cabang, diikat pancing yang berumpan.
Longline memiliki
beberapa jenis, salah satunya adalah :
1. Rawai tetap/bottom long
line adalah alat tangkap rawai yang dipasang didasar perairan serta tetap dalam
jangka waktu tertentu, dan biasanya digunakan untuk menangkap ikan-ikan
demersal.
2.
Rawai hanyut/dript
long line adalah alat tangkap rawai yang mengikuti arah arus air, dan biasanya
untuk menangkap ikan-ikan pelagis.
Rawai tuna merupakan alat
penangkap ikan yang terdiri dari: pelampung (buoy), tali pelampung (buoy
line), tali utama
(main
line),
tali cabang (branch line) dan pancing (hook), susunan satu unit
rawai tuna disebut dengan “satu
basket”. Rawai tuna atau biasa disebut tuna long line adalah alat penangkap ikan yang termasuk
golongan line fishing yang
ditujukan untuk menangkap
ikan khususnya jenis-jenis ikan tuna.
Rawai tuna biasanya
menggunakan bahan untuk tali utama dari jenis PVA multifilament (kuralon),
dan PA monofilament. Dalam
satu kali operasi penangkapan ikan (setting)
dipergunakan sebanyak 2.000 – 3000
mata pancing.
OPERASI PENANGKAPAN
Penurunan rawai tuna (setting) dilaksanakan di buritan kapal, waktu setting
dapat dilakukan pagi hari yaitu antara pukul
02.00 – 06.00 dan pada waktu siang hari antara pukul
18.00 – 24.00. Hal ini ditujukan untuk
menghindari umpan dimakan burung laut. Pada
siang hari ikan umpan
yang
belum tengelam terlalu dalam dapat terlihat oleh burung laut. Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2012, Pasal 41 menyatakan bahwa kapal
rawai tuna yang beroperasi di lintang
250 ke
arah selatan wajib
melakukan tindakan mitigasi yang
tepat untuk mencegah tertangkapnya burung
laut. Lama waktu setting berkisar antara 4 – 6 jam tergantung dari banyaknya pancing yang
digunakan.
Diperlukan persiapan sebelum
setting, adapun persiapan itu
terdiri dari :
1.
Dua jam menjelang setting sebaiknya umpan sudah dikeluarkan dari palkah supaya mencair,
kemudian meletakan di dekat meja setting;
2.
Siapkan pelampung,
radio buoy, tali pelampung dan tali cabang di dekat tempat setting;
3.
Siapkan umpan, radio buoy, basket
alat tangkap dan kesiapan anak buah kapal;
4.
Tentukan haluan setting, diusahakan angin
berasal dari buritan sebelah kiri. Hal ini dimaksudkan supaya pada saat hauling angin
berasal dari depan sebelah anan,sehingga kapal mudah
dikendalikan. Hauling dilakukan ± 4 - 6 jam setelah alat tangkap berada di dalam air, hauling dapat
dilakukan dari alat terakhir
yang diturunkan ataupun yang
pertama kali diturunkan ;
5.
Dua jam menjelang setting sebaiknya umpan
sudah dikeluarkan dari palkah supaya mencair, kemudian meletakan di
dekat meja setting;
6.
Siapkan pelampung, radio
buoy, tali pelampung dan tali cabang di dekat tempat setting;
7.
Siapkan umpan, radio buoy, basket
alat tangkap dan kesiapan anak buah kapal;
8.
Tentukan haluan setting,
diusahakan angin berasal dari buritan sebelah kiri. Hal ini dimaksudkan supaya pada saat hauling
angin berasal
dari depan sebelah
kanan,sehingga kapal mudah dikendalikan.
Kedalaman pancing dapat ditentukan dengan mengantur anatara lain : kecepatan kapal, kecepatan menurunkan alat, panjang dari bagian-bagian rawai tuna. Jika penurunan
alat tangkap sangat cepat sedangkan kecepatan kapal pelan, maka jarak antara dua buah pelampung menjadi
dekat, sehingga pancing akan
mencapai kedalaman yang
lebih dalam. Demikian juga jika kecepatan
kapal sangat cepat sementara penurunan alat tangkap lambat, maka
jarak antara dua pelampung jauh sehingga mata pancing berada pada kedalaman
yang lebih dangkal. Pada kenyataannya para awak kapal telah terampil dalam
penurunan rawai tuna, sehingga kecepatan penurunan alat penangkap ikan konstan, oleh
karena itu
untuk
mengatur kedalaman pancing yang dinginkan biasanya
dengan mengatur laju kapal. Kecepatan kapal waktu setting berkisar
antara 5 – 8 knot tergantung
Pengangkatan alat penangkap (hauling)
dilakukan setelah rawai tuna
berada di dalam air sekitar 5 – 8 jam.
Hauling dilakukaan dari geladak kapal bagian depan sebelah
kanan, tali utama ditarik dengan mesin penarik tali (line hauler). Line hauler dipasang sekitar jarak ± 1 m dari tepi
lambung kanan, sedangkan roller dipasang pada dinding kapal (bullwork) lambung kanan
sejajar line hauler. Tali utama ditarik melewati side
roller,
kemudian tali hasil tarikan
tersebut tertumpuk rapi berbentuk lingkaran
pada meja hauling di bawah roda line hauler (meja hauling).
Sudut yang terbentuk antara
tali utama dan lunas kapal sebaiknya
diusahakan berkisar antara 22,50 – 450, tetapi
sebaiknya pada sudut ± 33,50. Pada saat hauling sebaiknya
angin berasal dari arah depan, sehingga kapal mudah diolah gerak, sedangkan arus
berasal dari buritan sehingga pada waktu mendapatkan ikan hasil tangkapan
mudah untuk menariknya.
Lama waktu hauling tergantung dari banyaknya pancing yang digunakan serta hasil tangkapan yang diperoleh, semakin
banyak hasil tangkapan maka waktu hauling akan lebih lama. Kecepatan penarikan rawai tuna berkisar antara 200 – 300
mata pancing setiap jamnya. Kecepatan hauling ini tergantung dari jumlah hasil tangkapan
yang diperoleh, semakin banyak hasil tangkapan maka semakin lama waktu
hauling.
Pada waktu hauling harus
terjadi sinkronisasi dan koordinasi antara pengatur kecepatan (pengemudi) kapal
pengatur kecepatan penarikan tal, jika tidak tali akan melintir ataupun tersangkut pada baling-baling
kapal yang berakibat tali putus. Pada penarikan tali yang terlalu cepat
dibandingkan dengan kecepatan kapal, maka tali akan terlalu tegang
kemudian melintir dan akhirnya akan
putus. Demikian juga jika kapal
terlalu cepat maka tali akan berada di bawah lunas kapal, sehingga tersangkut baling-baling kapal yang akhirnya
akan putus tali tersebut.
SUMBER:
PusdikKP, 2012.
Modul Teaching Factory “Penangkapan
Ikan dengan Long Line”. Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Badan
Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Tatang, 2014. Mengenal alat tangkap rawai tuna
longline. Di donwload dari laman https://suksesmina.wordpress.com/2014/05/14/mengenal-alat-tangkap-rawai-tuna-tuna-longline/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar