Senin, 18 Februari 2019

TEKNIK PENGOPERASIAN RAWAI TUNA (Long Line)


PENDAHULUAN

Menurut Ayodhyoa (1981),   kapal rawai tuna (tuna long liner) adalah kapal penangkap ikan yang ditujukan untuk menangkap  ikan  pelagis  besar  terutama  untuk  ikan  tuna. Kapal rawai tuna   yang baik harus memiliki beberapa persyaratan,  antara lain:
1.    Kemampuan mengarungi untuk mengarungi samudera
2.    Kemampuan olah gerak   dan kecepatan yang   cukup sehingga dapat diolah gerak cukup lincah
3.    Tangki bahan bahan dan air tawar yang besar yang dapat dipergunakan untuk pelayaran yang lama
4.    Palkah    ikan    yang    dilengkapi    dengan    pendingin (referigration)
5.    Tempat kerja yang luas untuk memberikan kebebasan gerak bagi anak buah kapal
Kapal rawai tuna (tuna long liner) dapat dikelompokkan menurut cara menyimpan tali utama yaitu: sistem basket, sistem box, sistem drum, dan sistem blong





RAWAI TUNA
Rawai tuna adalah alat tangkap tuna yang paling efektif. Rawai tuna merupakan rangkaian sejumlah pancing yang dioperasikan sekaligus, yang terdiri dari rangkaian tali utama, tali pelampung yang dimana pada tali utama pada jarak tertentu terdapat beberapa tali cabang yang pendek dan lebih kecil diameternya. Di ujung tali cabang, diikat pancing yang berumpan.
Longline memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah :
1.      Rawai tetap/bottom long line adalah alat tangkap rawai yang dipasang didasar perairan serta tetap dalam jangka waktu tertentu, dan biasanya digunakan untuk menangkap ikan-ikan demersal.
2.      Rawai hanyut/dript long line adalah alat tangkap rawai yang mengikuti arah arus air, dan biasanya untuk menangkap ikan-ikan pelagis.

Rawai tuna merupakan alat penangkap ikan yang terdiri dari: pelampung (buoy), tali pelampung (buoy line), tali utama (main line), tali cabang (branch line) dan pancing (hook), susunan satu unit rawai tuna disebut dengan  “satu basket”. Rawai tuna atau biasa disebut tuna long line adalah alat penangkap ikan   yang termasuk golongan line  fishing  yang ditujukan untuk menangkap ikan khususnya  jenis-jenis ikan tuna.
Rawai tuna biasanya menggunakan bahan untuk tali utama dari jenis PVA multifilament (kuralon), dan    PA monofilament. Dalam satu kali operasi penangkapan ikan (setting) dipergunakan sebanyak 2.000 – 3000 mata pancing.


OPERASI PENANGKAPAN

Penurunan rawai tuna  (setting) dilaksanakan di buritan kapal, waktu setting dapat dilakukan pagi hari   yaitu antara pukul 02.00 06.00 dan pada waktu siang hari antara pukul 18.00 –  24.00.  Hal ini ditujukan untuk menghindari umpan dimakan  burung  laut.  Pada  siang  hari  ikan  umpan    yang belum tengelam terlalu dalam dapat terlihat oleh  burung laut. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2012, Pasal 41 menyatakan bahwa kapal rawai tuna yang beroperasi di  lintang  250 ke  arah  selatan wajib melakukan tindakan mitigasi yang tepat untuk mencegah tertangkapnya burung laut.  Lama waktu setting  berkisar antara 4 – 6 jam tergantung dari banyaknya pancing yang digunakan.
Diperlukan      persiapan  sebelum  setting,  adapun persiapan itu terdiri dari :
1.    Dua  jam  menjelang  setting  sebaiknya  umpan  sudah dikeluarkan dari palkah supaya mencair, kemudian meletakan di dekat meja setting;
2.    Siapkan   pelampung, radio buoy, tali pelampung dan tali cabang di dekat tempat setting;
3.    Siapkan umpan, radio buoy, basket alat tangkap dan kesiapan anak buah kapal;
4.    Tentukan    haluan  setting,  diusahakan  angin  berasal dari buritan sebelah kiri.  Hal ini dimaksudkan supaya pada saat hauling angin berasal dari depan sebelah anan,sehingga       kapal   mudah   dikendalikan.   Hauling dilakukan ± 4 - 6 jam setelah alat tangkap berada di dalam air, hauling dapat dilakukan dari alat terakhir yang    diturunkan    ataupun    yang    pertama    kali diturunkan ;
5.    Dua  jam  menjelang  setting  sebaiknya  umpan  sudah dikeluarkan dari palkah supaya mencair, kemudian meletakan di dekat meja setting;
6.    Siapkan pelampung, radio buoy, tali pelampung dan tali cabang di dekat tempat setting;
7.    Siapkan umpan, radio buoy, basket alat tangkap dan kesiapan anak buah kapal;
8.    Tentukan haluan setting, diusahakan angin berasal dari buritan sebelah kiri.  Hal ini dimaksudkan supaya pada saat hauling    angin   berasal   dari   depan   sebelah kanan,sehingga kapal mudah dikendalikan.

Kedalaman pancing dapat ditentukan dengan mengantur anatara lain : kecepatan kapal, kecepatan menurunkan alat, panjang dari bagian-bagian rawai tuna. Jika penurunan alat tangkap sangat cepat sedangkan kecepatan kapal pelan, maka jarak antara dua buah pelampung menjadi dekat, sehingga pancing   akan   mencapai   kedalaman   yang   lebih   dalam. Demikian juga jika kecepatan kapal sangat cepat sementara penurunan alat tangkap lambat, maka jarak antara dua pelampung jauh sehingga mata pancing berada pada kedalaman yang lebih dangkal. Pada kenyataannya para awak kapal telah terampil dalam penurunan rawai tuna, sehingga kecepatan penurunan alat penangkap ikan konstan, oleh karena   itu   untuk   mengatur   kedalaman   pancing yang dinginkan biasanya dengan mengatur laju kapal. Kecepatan kapal waktu setting berkisar antara 5 – 8 knot tergantung
Pengangkatan   alat   penangkap   (hauling)   dilakukan setelah rawai tuna berada di dalam air sekitar 5 8 jam. Hauling dilakukaan dari geladak kapal bagian depan sebelah kanan, tali utama ditarik dengan mesin penarik tali (line hauler).   Line hauler dipasang sekitar jarak ± 1 m dari tepi lambung kanan, sedangkan roller dipasang pada dinding kapal (bullwork)  lambung  kanan  sejajar  line  hauler.    Tali  utama ditarik     melewati  side  roller,  kemudian  tali  hasil  tarikan tersebut tertumpuk rapi berbentuk lingkaran   pada meja hauling di bawah roda line hauler (meja hauling).
Sudut yang terbentuk antara tali utama dan lunas kapal sebaiknya diusahakan berkisar antara 22,50 – 450, tetapi sebaiknya pada sudut ± 33,50.   Pada saat hauling sebaiknya angin berasal dari arah depan, sehingga kapal mudah diolah gerak, sedangkan arus berasal dari buritan sehingga pada waktu mendapatkan ikan hasil tangkapan mudah untuk menariknya.
Lama waktu hauling tergantung dari banyaknya pancing yang digunakan serta hasil tangkapan yang diperoleh, semakin banyak hasil tangkapan maka waktu hauling akan lebih lama. Kecepatan penarikan rawai tuna berkisar antara 200 – 300 mata pancing setiap jamnya. Kecepatan hauling ini tergantung dari jumlah hasil tangkapan yang diperoleh, semakin banyak hasil tangkapan maka semakin lama waktu hauling.
Pada waktu hauling harus terjadi sinkronisasi dan koordinasi antara pengatur kecepatan (pengemudi) kapal pengatur kecepatan penarikan tal, jika tidak tali akan  melintir ataupun tersangkut pada baling-baling kapal yang berakibat tali putus. Pada penarikan tali yang terlalu cepat dibandingkan dengan kecepatan kapal, maka tali akan terlalu tegang kemudian melintir dan akhirnya akan putus. Demikian juga jika kapal terlalu cepat maka tali akan berada di bawah lunas kapal, sehingga tersangkut baling-baling kapal yang akhirnya akan putus tali tersebut.







SUMBER:
PusdikKP, 2012. Modul Teaching Factory “Penangkapan Ikan dengan Long Line”. Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Tatang, 2014. Mengenal alat tangkap rawai tuna longline. Di donwload dari laman https://suksesmina.wordpress.com/2014/05/14/mengenal-alat-tangkap-rawai-tuna-tuna-longline/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar