Rabu, 20 Februari 2019

IKAN GABUS HARUAN (Channastriata Bloch 1793) HASIL DOMESTIKASI


IKAN GABUS HARUAN (Channastriata Bloch 1793) HASIL DOMESTIKASI


Ikan gabus (Channa striata Bloch 1793) adalah salah satu ikan spesifik lokal perairan Indonesia yang habitatnya di rawa-rawa, sawah, genangan dan daerah aliran sungai arus tenang yang membawa emulsi lumpur, dan bisa juga di perairan payau. Ikan gabus tersebar di seluruh Indonesia, terutama di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan (Courtenay et al., 2004). Ikan gabus dikenal dengan berbagai nama daerah, di antaranya: ikan kutuk (Jawa), ikan gabus (Betawi dan Sunda), ikan haruan (Kalimantan Selatan), ikan behau (Kalimantan Tengah), ikan deleg (Sumatra), bale salo (Sulawesi), dan ikan gastor (Papua). Untuk selanjutnya penyebutan dan penamaan ikan gabus dalam makalah ini menggunakan nama GABUS HARUAN. Di dunia sebaran ikan gabus haruan meliputi India, Myanmar, Banglades,  Laos, Vietnam, Thailand,  Kamboja, dan Malaysia.  Ikan gabus pascaintroduksi terdapat di Madagaskar, Filipina, Indonesia bagian timur, Caledonia baru, dan Fuji.
Ikan gabus haruan sangat disukai masyarakat Kalimantan karena rasanya gurih,  permintaan  pasar  tinggi  dan  kontinyu,  bernilai  ekonomis  tinggi  dan harganya meningkat drastis pada saat musim tertentu. Harga ikan gabus haruan di pasar Kalimantan Selatan mencapai kisaran Rp. 30.000,- sampai Rp. 60.000,- per kilogram,  sedangkan  di  Kalimantan  Tengah  dapat  mencapai  harga  lebih  dari Rp. 60.000,- per kilogram. Selain itu, tingginya kandungan albumin dalam daging ikan gabus haruan bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan luka pasien pascaoperasi membuat ikan gabus haruan semakin dicari. Berdasarkan data BPS Provinsi Kalsel tahun 2012, peningkatan inflasi volatile food pada triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh komoditas ikan gabus. Komoditas ini mengalami  inflasi  tertinggi  dibandingkan  komoditas  lainnya  yakni  sebesar
91,94% (yoy) jauh lebih tinggi dari inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,21% (yoy). Berdasarkan data SPH, harga ikan gabus telah menembus Rp. 54.000/kg. Berkurangnya areal rawa di Kalsel menyebabkan komoditas ini makin langka khususnya di musim penghujan (Bank Indonesia, 2012).




Menurut data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012, jumlah produksi perikanan budidaya kolam di wilayah Kalimantan untuk ikan gabus haruan sebesar 420 ton dan budidaya karamba sebesar 5.895 ton, sedangkan produksi perikanan tangkap sebesar 18.269 ton. Jumlah penangkapan ikan gabus haruan di alam yang tinggi mendorong dilakukannya upaya pelestarian ikan gabus haruan melalui usaha budidaya ikan gabus haruan. Sebagai tanggung jawab terhadap pelestarian ikan spesifik lokal, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin telah melakukan kegiatan domestikasi melalui pengembangan teknologi budidaya ikan gabus haruan sejak tahun 2011. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan ikan gabus haruan yang lebih adaptif daripada ikan gabus haruan alam, lebih mudah dibudidayakan, mendapatkan teknologi budidaya ikan gabus haruan yang bisa diadopsi dan diterapkan oleh masyarakat, serta meningkatkan jumlah komoditas budidaya dan pelestarian sumberdaya hayati perikanan Indonesia.
Tahap awal kegiatan domestikasi dimulai pada tahun 2011 dengan mengoleksi benih ikan gabus haruan dari alam yang dikumpulkan secara berulang dengan ukuran panjang 1-3 cm sebanyak 3.000 ekor pada 3 titik lokasi pengumpulan benih ikan (rawa, saluran, kanal) dengan habitat rawa gambut di Desa Garung Kec. Jabiren Raya Kab. Pulang Pisau Kalteng. Selanjutnya benih ikan gabus haruan tersebut diadaptasikan pada lingkungan budidaya dengan cara dipelihara dalam hapa yang dipasang di kolam dan diberi pakan buatan berupa pelet apung dengan kadar protein 30-40% sampai menjadi induk pada tahun 2012. Induk  ikan  gabus  haruan  hasil  koleksi  ini  disebut  sebagai  induk  awal  (G0). Selama kegiatan koleksi juga dilakukan uji coba pembenihan. Hingga tahun 2012 diperoleh teknologi pembenihan ikan gabus haruan secara alami dan semi-buatan, dan  menghasilkan  benih  ikan  gabus  haruan  ukuran  1-3  cm,  umur  30  hari. Distribusi hasil uji coba pemijahan induk awal (G0) pada tahun 2012 adalah
10.000 ekor benih. Pada tahun 2013 telah diperoleh induk ikan gabus haruan generasi satu (G1) hasil pembesaran selama 10 bulan di Instalasi Budidaya Ikan Lahan Gambut (IBILAGA) Pulang Pisau. Pada tahun 2014 telah dihasilkan benih ikan gabus haruan generasi dua (G2). Sampai saat ini benih ikan gabus haruan G2




telah  dibesarkan  hingga  menjadi  calon  induk  dengan  bobot  rerata  sebesar

86,60±19,39 g/ekor.

Kelebihan dari benih ikan gabus haruan hasil domestikasi ini adalah lebih mudah  diproduksi  secara  alami  dan  semi-buatan,  dapat  diproduksi  sepanjang tahun, adaptif terhadap pakan buatan (pelet apung, kadar protein 32-40%) dan adaptif terhadap lingkungan budidaya khususnya kondisi pH asam (>4) dan oksigen terlarut (DO) rendah (>0,2 mg/L). Berdasarkan hasil kegiatan domestikasi diketahui bahwa ikan gabus haruan dapat bertoleransi dengan baik pada kisaran pH 4-7, suhu 26,8-32,5 oC, dan oksigen terlarut (DO) 0,2-8,6 mg/L. Pemeliharaan benih ikan gabus haruan ukuran 5-8 cm pada salinitas 0-10 g/L tidak mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup secara signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa ikan gabus haruan memiliki toleransi sampai dengan salinitas 10 g/L. Pemeliharaan pada salinitas menjadi 12 g/L menunjukkan kematian ikan gabus haruan sangat tinggi dengan kelangsungan hidup rerata sebesar 8,89±15,39%.
Hasil  uji  tantang  menunjukkan  bahwa  kelangsungan  hidup  rerata  ikan gabus haruan yang tidak diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophila mempunyai kelangsungan hidup 100%, sedangkan  kelangsungan hidup ikan gabus haruan yang diinjeksi bakteri A. hydrophila bervariasi antara 5-100% tergantung pada kepadatan bakteri Aeromonas hydrophila yang dinjeksikan sebanyak 0,2 ml/ekor. Pada perlakuan injeksi dengan kepadatan bakteri  105, 106, 107 sel/ml dihasilkan kelangsungan hidup ikan gabus haruan sebesar 100%. Kelangsungan hidup ikan gabus  haruan  menurun  menjadi  90%  bila  disuntik  A.  hydrophila     dengan kepadatan 108  sel/ml, menjadi 40% bila disuntik A. hydrophila 109  sel/ml, dan menjadi 5% bila disuntik A. hydrophila  1010 sel/ml.
Pada bulan Januari hingga Agustus 2012 dilakukan pembesaran ikan gabus haruan induk awal (G0) selama 7 bulan pada hapa yang dipasang dalam kolam tanah di IBILAGA Pulang Pisau. Hapa yang digunakan berukuran 3x2x1,5 m3 sebanyak  enam  buah  dengan  jumlah  tebar  masing-masing  jaring  120  ekor (3 hapa), dan 180 ekor (3 hapa) benih ikan gabus haruan G0. Bobot rerata benih yang ditebar 6,83±1,92 g dengan panjang rerata 7,94±0,80 cm. Ikan diberi pakan




pelet apung (protein minimal 30%, lemak minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari bobot bimassa dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Setelah dipelihara selama
7 bulan, bobot rerata ikan gabus haruan adalah 152,78±30,03 g, panjang total

20,98±1,62  cm,  laju  pertumbuhan  spesifik  bobot  1,48±0,09%,  kelangsungan hidup rerata 77,76±5,08 %, dan konversi pakan rerata 2,20±0,12. Biomassa pembesaran ikan gabus haruan G0 ini adalah 98,96 kg.
Pada bulan Mei hingga Desember 2013 dilakukan pembesaran ikan gabus haruan G1 selama 7 bulan di IBILAGA Pulang Pisau dengan dua wadah pemeliharaan berupa kolam dan hapa. Pembesaran yang dilakukan di kolam tanah berukuran 8x4x1,5 m3  sebanyak 3 unit kolam. Setiap kolam ditebar ikan gabus haruan sebanyak 1.000 ekor. Bobot rerata benih yang ditebar 7,18±3,14 g dengan panjang rerata 7,03±1,22 cm. Ikan diberi pakan pelet apung (protein minimal
30%,  lemak  minimal  6%)  dengan  dosis  3-5%  dari  bobot  biomassa  dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Bobot tubuh akhir adalah 190,52±6,61 g, panjang akhir 0,75 ± 0,66 cm/ekor, laju pertumbuhan spesifik bobot 1,56±0,22%, kelangsungan hidup 80,93±2,21%, dan konversi pakan 1,91±0,17. Biomassa hasil pembesaran benih ikan gabus haruan G1 adalah 461,3 kg.
Pembesaran ikan gabus haruan di hapa dengan kepadatan 120 ekor dan

180 ekor masing-masing sebanyak 3 hapa. Hapa yang dipasang dalam kolam sebanyak  6  buah  berukuran  3x2x1,5  m3.  Bobot  rerata  benih  yang  ditebar
6,64±1,18 g dengan panjang rerata 7,73±0,93 cm. Jenis dan metode pemberian pakan seperti pada percobaan sebelumnya. Hasil pembesaran ikan gabus haruan (G1) selama 7 bulan yang dipelihara pada hapa di kolam tanah lahan gambut diperoleh bobot rerata akhir  166,54±16,35 g, panjang akhir 20,82±1,16 cm, laju pertumbuhan spesifik bobot 1,53±0,19%, kelangsungan hidup 79,81±3,16%, dan konversi pakan rerata 2,06±0,15. Biomassa yang diperoleh adalah 133,5 kg.
Pada bulan April 2014 dilakukan pembesaran benih ikan gabus haruan G2 untuk mendapatkan calon induk G2. Pembesaran dilakukan di kolam tanah berukuran 8x4x1,5 m3  sebanyak 2 unit di IBILAGA Pulang Pisau. Setiap kolam ditebar sebanyak 1.000 ekor ikan, dengan bobot rerata 1,70±1,25 g dan panjang rerata 4,76±1,00 cm. Ikan diberi pakan pelet apung (protein minimal 30%, lemak




minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari bobot bimassa dengan frekuensi pemberian

2 kali/hari. Hasil pembesaran  ikan gabus haruan G2  yang sudah berlangsung selama 5 bulan adalah bobot rerata 86,60±19,39 g, panjang rerata 17,52±1,12 cm, dan laju pertumbuhan spesifik bobot 2,62±0,10%.
Kegiatan domestikasi ikan gabus haruan telah memberikan manfaat bagi masyarakat dalam berbagai aspek teknologi, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Aspek teknologi dari pembenihan ikan gabus haruan secara alami dan semi-buatan, ditambah dengan keberhasilan adaptasi ikan gabus haruan untuk memakan pelet apung telah memicu maraknya pembudidayaan ikan gabus haruan   karena   teknologinya   mudah   untuk   diadopsi   dan   diterapkan   oleh masyarakat. Aspek ekonomi dari harga jual ikan gabus haruan yang tinggi sebagai makanan kesukaan masyarakat memberikan peluang usaha budidaya yang menguntungkan bagi masyarakat. Berdasarkan harga jual tersebut, teknologi pembenihan maupun pembesaran ikan gabus haruan dapat diatur sedemikian rupa sehingga nilai biaya produksi dapat disesuaikan untuk mencapai keuntungan semaksimal    mungkin.    Aspek    sosial    dari    usaha    budidaya    ikan    gabus haruan dapat menjadi sebuah lapangan kerja baru dan memberikan peluang usaha bagi masyarakat. Usaha budidaya ikan gabus haruan juga ikut berperan dalam mendukung ketahanan pangan di daerah, karena ketersediaan ikan gabus haruan hasil budidaya tidak tergantung dari musim seperti halnya ikan gabus haruan hasil tangkapan di alam. Selain itu, kandungan protein ikan gabus memberikan kecukupan gizi bagi masyarakat dan kandungan albumin pada ikan gabus haruan bermanfaat untuk kesehatan manusia. Aspek lingkungan dari teknologi budidaya ikan gabus haruan yang dikenalkan pada masyarakat diharapkan akan mengurangi kebiasaan masyarakat untuk menangkap ikan gabus haruan di alam dan beralih untuk melakukan usaha budidaya ikan gabus haruan. Hal ini akan mengurangi terjadinya penangkapan ikan gabus haruan di alam dan dapat menjaga kelestarian populasi ikan gabus haruan di habitatnya sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga


DAFTAR PUSTAKA

BPBAT Mandiangin, 2014. Naskah Akademik Ikan Gabus (Channa StriataBloch 1793) Hasil Demostikasi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar