IKAN GABUS HARUAN
(Channastriata Bloch
1793)
HASIL DOMESTIKASI
Ikan gabus (Channa striata Bloch 1793) adalah salah satu ikan spesifik
lokal perairan Indonesia yang
habitatnya di rawa-rawa, sawah, genangan
dan daerah aliran sungai arus tenang yang membawa emulsi lumpur, dan bisa
juga di perairan payau. Ikan gabus tersebar di seluruh Indonesia, terutama di Sumatera,
Jawa, dan Kalimantan (Courtenay et al., 2004). Ikan gabus dikenal dengan
berbagai nama
daerah, di antaranya: ikan
kutuk (Jawa), ikan gabus (Betawi dan
Sunda), ikan haruan (Kalimantan Selatan), ikan behau (Kalimantan
Tengah), ikan deleg
(Sumatra), bale salo (Sulawesi), dan ikan gastor (Papua).
Untuk selanjutnya
penyebutan
dan penamaan ikan gabus dalam makalah
ini menggunakan nama “GABUS HARUAN”. Di dunia sebaran ikan gabus haruan meliputi India,
Myanmar, Banglades, Laos, Vietnam, Thailand,
Kamboja, dan Malaysia.
Ikan
gabus pascaintroduksi terdapat di Madagaskar, Filipina, Indonesia bagian timur,
Caledonia baru, dan
Fuji.
Ikan gabus haruan sangat disukai masyarakat Kalimantan karena
rasanya gurih,
permintaan pasar tinggi
dan
kontinyu, bernilai
ekonomis
tinggi dan
harganya meningkat drastis pada
saat musim tertentu. Harga ikan gabus haruan di pasar Kalimantan Selatan mencapai kisaran Rp. 30.000,- sampai Rp. 60.000,- per
kilogram, sedangkan
di
Kalimantan Tengah
dapat
mencapai harga
lebih dari Rp. 60.000,- per kilogram. Selain itu, tingginya kandungan albumin dalam daging ikan gabus haruan bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan luka pasien
pascaoperasi membuat ikan
gabus haruan semakin dicari. Berdasarkan data BPS Provinsi Kalsel tahun 2012, peningkatan
inflasi volatile food pada triwulan
laporan terutama
dipengaruhi oleh komoditas
ikan gabus. Komoditas ini
mengalami inflasi tertinggi dibandingkan komoditas
lainnya
yakni
sebesar
91,94% (yoy) jauh lebih tinggi dari inflasi triwulan sebelumnya
sebesar 3,21% (yoy). Berdasarkan data SPH, harga ikan
gabus telah menembus Rp. 54.000/kg. Berkurangnya areal rawa
di Kalsel menyebabkan komoditas ini
makin langka khususnya di musim penghujan (Bank Indonesia, 2012).
Menurut data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun
2012, jumlah produksi perikanan budidaya kolam di wilayah Kalimantan untuk ikan
gabus haruan sebesar 420
ton dan budidaya karamba
sebesar 5.895 ton,
sedangkan
produksi perikanan
tangkap
sebesar 18.269 ton. Jumlah penangkapan ikan
gabus haruan di alam yang tinggi mendorong dilakukannya upaya pelestarian
ikan
gabus haruan melalui usaha
budidaya ikan gabus haruan. Sebagai tanggung jawab
terhadap pelestarian ikan spesifik lokal, Balai Perikanan Budidaya
Air Tawar (BPBAT) Mandiangin
telah melakukan kegiatan
domestikasi melalui pengembangan teknologi budidaya ikan
gabus haruan sejak
tahun 2011. Kegiatan tersebut bertujuan
untuk menghasilkan ikan gabus haruan yang lebih
adaptif daripada
ikan gabus haruan alam, lebih mudah dibudidayakan, mendapatkan teknologi budidaya ikan gabus haruan yang
bisa diadopsi dan diterapkan
oleh masyarakat, serta
meningkatkan jumlah komoditas budidaya
dan pelestarian sumberdaya hayati perikanan Indonesia.
Tahap awal kegiatan domestikasi dimulai pada
tahun 2011 dengan mengoleksi benih ikan gabus haruan dari alam yang dikumpulkan
secara
berulang dengan ukuran panjang 1-3 cm sebanyak 3.000 ekor pada 3 titik
lokasi pengumpulan benih ikan (rawa, saluran, kanal) dengan habitat rawa gambut di Desa Garung Kec. Jabiren Raya Kab. Pulang Pisau Kalteng. Selanjutnya benih
ikan gabus haruan tersebut diadaptasikan pada lingkungan budidaya
dengan cara dipelihara dalam hapa yang dipasang di kolam dan diberi pakan buatan berupa
pelet apung dengan kadar protein 30-40% sampai menjadi induk pada tahun 2012.
Induk ikan gabus haruan hasil
koleksi
ini
disebut sebagai
induk
awal
(G0). Selama
kegiatan koleksi juga dilakukan uji coba pembenihan. Hingga tahun 2012
diperoleh teknologi pembenihan ikan gabus haruan secara alami dan semi-buatan, dan menghasilkan benih
ikan gabus haruan ukuran 1-3 cm, umur 30 hari. Distribusi hasil uji coba pemijahan induk
awal (G0) pada tahun 2012 adalah
10.000 ekor benih. Pada
tahun 2013 telah diperoleh
induk ikan gabus haruan generasi satu (G1) hasil pembesaran selama 10 bulan di Instalasi Budidaya Ikan
Lahan Gambut (IBILAGA) Pulang Pisau. Pada
tahun
2014 telah dihasilkan benih ikan
gabus haruan generasi dua (G2). Sampai saat ini benih ikan gabus haruan G2
telah dibesarkan hingga menjadi calon
induk
dengan
bobot
rerata sebesar
86,60±19,39
g/ekor.
Kelebihan
dari
benih ikan gabus haruan hasil domestikasi ini adalah lebih mudah
diproduksi secara alami
dan semi-buatan, dapat
diproduksi sepanjang
tahun, adaptif terhadap pakan buatan
(pelet apung, kadar protein 32-40%) dan
adaptif
terhadap lingkungan budidaya khususnya kondisi pH asam (>4)
dan oksigen terlarut (DO) rendah (>0,2
mg/L). Berdasarkan hasil kegiatan domestikasi diketahui bahwa ikan gabus haruan dapat bertoleransi dengan baik pada kisaran
pH 4-7, suhu 26,8-32,5 oC, dan oksigen terlarut (DO)
0,2-8,6 mg/L. Pemeliharaan
benih ikan gabus haruan ukuran 5-8 cm pada salinitas 0-10 g/L tidak
mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup secara signifikan, sehingga
dapat dikatakan bahwa ikan gabus haruan memiliki toleransi sampai dengan
salinitas 10 g/L. Pemeliharaan pada salinitas menjadi 12 g/L
menunjukkan kematian ikan gabus haruan sangat tinggi dengan kelangsungan hidup rerata
sebesar 8,89±15,39%.
Hasil uji tantang menunjukkan bahwa
kelangsungan hidup rerata
ikan gabus haruan yang tidak diinjeksi bakteri Aeromonas
hydrophila mempunyai kelangsungan hidup 100%, sedangkan kelangsungan hidup ikan gabus haruan
yang diinjeksi bakteri A. hydrophila bervariasi antara 5-100% tergantung pada
kepadatan bakteri Aeromonas hydrophila yang dinjeksikan
sebanyak
0,2 ml/ekor.
Pada
perlakuan injeksi dengan kepadatan
bakteri 105, 106, 107 sel/ml dihasilkan
kelangsungan hidup ikan gabus haruan sebesar 100%. Kelangsungan hidup ikan
gabus haruan menurun
menjadi 90% bila
disuntik A.
hydrophila dengan kepadatan 108 sel/ml, menjadi 40% bila disuntik A. hydrophila
109 sel/ml, dan
menjadi 5% bila disuntik A. hydrophila 1010 sel/ml.
Pada
bulan Januari hingga Agustus 2012 dilakukan
pembesaran
ikan
gabus haruan induk awal (G0) selama 7
bulan pada hapa yang dipasang dalam
kolam tanah di IBILAGA Pulang Pisau. Hapa yang digunakan berukuran 3x2x1,5
m3 sebanyak
enam
buah dengan jumlah
tebar masing-masing jaring
120
ekor (3 hapa), dan 180 ekor
(3
hapa) benih ikan gabus haruan G0. Bobot rerata
benih yang ditebar 6,83±1,92 g dengan panjang rerata 7,94±0,80 cm. Ikan diberi pakan
pelet apung (protein minimal 30%, lemak minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari
bobot bimassa dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Setelah dipelihara selama
7 bulan, bobot rerata ikan gabus haruan adalah 152,78±30,03 g, panjang total
20,98±1,62 cm,
laju pertumbuhan spesifik
bobot
1,48±0,09%, kelangsungan hidup rerata 77,76±5,08 %, dan konversi pakan rerata
2,20±0,12. Biomassa pembesaran
ikan gabus haruan G0 ini
adalah 98,96 kg.
Pada bulan Mei hingga Desember 2013 dilakukan pembesaran ikan gabus
haruan G1 selama 7 bulan di IBILAGA Pulang Pisau dengan dua wadah
pemeliharaan berupa kolam dan hapa. Pembesaran yang dilakukan di kolam tanah
berukuran 8x4x1,5 m3 sebanyak 3 unit kolam. Setiap kolam ditebar ikan gabus
haruan sebanyak 1.000 ekor. Bobot rerata benih yang ditebar 7,18±3,14
g dengan panjang rerata 7,03±1,22 cm. Ikan diberi pakan pelet apung (protein minimal
30%, lemak
minimal 6%)
dengan
dosis
3-5% dari
bobot
biomassa dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Bobot tubuh akhir adalah 190,52±6,61 g, panjang
akhir 0,75 ± 0,66 cm/ekor, laju pertumbuhan
spesifik bobot 1,56±0,22%,
kelangsungan hidup 80,93±2,21%, dan
konversi pakan 1,91±0,17. Biomassa hasil
pembesaran benih
ikan gabus haruan G1
adalah
461,3 kg.
Pembesaran ikan gabus haruan di hapa dengan kepadatan 120 ekor dan
180 ekor masing-masing sebanyak 3
hapa.
Hapa
yang dipasang dalam kolam sebanyak
6
buah berukuran
3x2x1,5 m3. Bobot
rerata
benih yang ditebar
6,64±1,18 g dengan panjang rerata 7,73±0,93 cm. Jenis dan metode pemberian pakan seperti pada percobaan sebelumnya. Hasil pembesaran ikan gabus haruan
(G1) selama 7 bulan yang dipelihara pada hapa di kolam tanah lahan gambut
diperoleh bobot rerata akhir
166,54±16,35 g, panjang akhir 20,82±1,16
cm, laju pertumbuhan spesifik bobot 1,53±0,19%, kelangsungan
hidup 79,81±3,16%, dan konversi
pakan rerata 2,06±0,15.
Biomassa yang diperoleh adalah 133,5
kg.
Pada
bulan April 2014 dilakukan pembesaran benih ikan gabus haruan G2 untuk
mendapatkan calon induk G2.
Pembesaran
dilakukan di kolam tanah
berukuran 8x4x1,5 m3 sebanyak 2 unit di IBILAGA Pulang Pisau. Setiap kolam
ditebar sebanyak 1.000 ekor
ikan, dengan bobot rerata 1,70±1,25
g dan panjang rerata 4,76±1,00 cm. Ikan diberi pakan pelet apung (protein minimal 30%, lemak
minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari bobot bimassa dengan frekuensi pemberian
2 kali/hari. Hasil pembesaran ikan gabus haruan G2
yang sudah berlangsung
selama 5 bulan adalah
bobot rerata 86,60±19,39 g, panjang rerata 17,52±1,12 cm,
dan laju pertumbuhan spesifik bobot 2,62±0,10%.
Kegiatan domestikasi ikan gabus haruan telah memberikan manfaat bagi masyarakat dalam berbagai aspek teknologi, aspek
ekonomi, aspek
sosial,
dan aspek lingkungan. Aspek teknologi dari pembenihan ikan
gabus haruan secara alami dan semi-buatan,
ditambah dengan keberhasilan adaptasi ikan gabus haruan untuk memakan pelet apung telah memicu maraknya pembudidayaan ikan gabus
haruan karena
teknologinya mudah
untuk
diadopsi dan diterapkan oleh
masyarakat. Aspek ekonomi dari harga
jual ikan gabus haruan yang tinggi sebagai makanan kesukaan masyarakat memberikan peluang usaha budidaya yang
menguntungkan bagi masyarakat. Berdasarkan harga jual
tersebut, teknologi pembenihan maupun pembesaran ikan gabus haruan dapat diatur sedemikian rupa sehingga nilai biaya
produksi dapat disesuaikan untuk mencapai keuntungan semaksimal
mungkin. Aspek sosial
dari usaha budidaya
ikan gabus
haruan dapat menjadi sebuah lapangan kerja
baru dan memberikan peluang usaha
bagi masyarakat. Usaha budidaya
ikan gabus haruan juga ikut berperan dalam
mendukung ketahanan pangan
di daerah,
karena ketersediaan
ikan gabus haruan
hasil budidaya tidak tergantung dari
musim seperti halnya
ikan gabus haruan hasil tangkapan di alam.
Selain itu, kandungan
protein ikan gabus memberikan
kecukupan gizi bagi masyarakat dan kandungan albumin pada ikan gabus haruan
bermanfaat untuk kesehatan manusia. Aspek lingkungan
dari teknologi budidaya
ikan gabus haruan yang dikenalkan
pada masyarakat diharapkan akan mengurangi kebiasaan masyarakat untuk menangkap ikan gabus haruan di alam dan beralih
untuk melakukan usaha budidaya ikan gabus haruan. Hal ini akan mengurangi terjadinya penangkapan ikan gabus haruan di alam dan dapat menjaga kelestarian populasi ikan gabus haruan di habitatnya sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga
DAFTAR
PUSTAKA
BPBAT Mandiangin, 2014. Naskah
Akademik Ikan Gabus (Channa StriataBloch 1793) Hasil Demostikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar