Kamis, 21 Februari 2019

BUDIDAYA IKAN BETUTU (Oxyeleotrismarmorata. Blkr)

BUDIDAYA IKAN BETUTU (Oxyeleotrismarmorata. Blkr)



Ikan bakut / ikan betutu diduga ikan asli indonesia yang berasal dari pulau Kalimantan.  Namun sementara orang ada yang berpendapat bahwa ikan betutu berasal dari Sumatra karena sejak dahulu sudah ada disana, bahkan menjadi maskot Kabupaten Talang Betutu.  Mengigat nama betutu menjadi nama tunggal di kabupaten tersebut, maka ikan betutu diduga berasal dari Sumatera . 
Ikan betutu mempunyai kemiripan dengan ikan gabus karena sepintas memang ada keserupaan, baik bentuk maupun sifatnya.  Bila diamati, antara keduanya mempunyai perbedaan yang cukup mencolok yaitu ikan betutu dapat bertahan bejam-jam tanpa bergeser dari tempatnya dan sering disebut dengan ikan malas.  Oleh karena itu,  sementara para ahli menduga bahwa ika betutu masuk dalan keluarga besar Eleotridae yang memiliki kekerabatan dengan kelurga Gobioidea (satu famili dengan ikan gabus). Jika dilihat sepintas, tampang betutu cukup menyeramkan, bentuk mukanya cekung dengan ujung kepala picak (gepeng), matanya yang besar menonjol keluar dan dapat digerak-gerakkan dan mata lebar, tebal dengan gigi kecil tajam. Cukuplah beralasan orang menyebutnya sebagai ikan hantu.
Klasifikasi dan Morfologi
Menurut klasifikasi berdasarkan taksonomi yang dikemukakan ahli ikan Singapura, Lie Siauw Foey (1968), Ikan Betutu digolongkan sebagai berikut :
Kingdom         :    Animalia
Fylum             :    Chordata
Super-class     :    Pisces
Ordo              :    Perciformes
Sub-ordo        :    Gobioidea
Family            :     Eleotridae
Genus             :    Oxyeleotris
Species           :    Oxyeleotris marmorata. Blkr
Nama Lokal :  bloso, ikan malas (Jawa);  bakut, ikan hantu (Kalimantan);  bakut, beluru, bakutut (Sumatra);  ketutu, belantok, batutu, ikan hantu (Malaysia);  pla bu sai(Thailand);  ca bong tuong (Vietnam);  soon hock (Cina).
Nama Internasional   :  Marbled goby,  Sand goby

Ciri-ciri morfologi spesifik yang dimiliki oleh ikan betutu (Oxyeleotrismarmorata. Blkr) adalah sebagai berikut :
1.    Bentuk badan memanjang, bagian depan silindris dan bagian belakang pipih
2.    Kepala rendah, mata besar yang dapat bergerak dan mulut lebar
3.    Sisik sangat kecil-kecil, halus dan lembut sehingga tampak hampir tidak bersisik
4.    Warna badan kecoklatan sampai gelap dengan bercak-       bercak hitam (seperti batik)  menyebar ke seluruh tubuh
5.    Bagian ventral berwarna putih/terang
6.    Tubuh ikan betina umunmnya lebih gelap dari pada jantan
7.    Panjang maksimum 50 cm dan dapat mencapai berat tujuh  kg/ekor
Habitat dan Penyebaran
Habitat betutu tersebar luas, meliputi perairan-perairan tawar didaerah beriklim tropis/subtropis.  Betutu menyukai tempat yang arusnya tenang dan agak berlumpur seperti rawa , danau atau muara sungai. Ikan ini gemar sekali membenamkan dirinya didalam lumpur.
Betutu tersebar  di wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia (Sumatera, Kalimantan dan Jawa), hingga kepulauan Fiji di Pasifik.


Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan 
Ikan ini hidup didasar perairan, hanya sekali-kali saja menyembul ke permukaan.  Tempat agak gelap, terlindung dibalik batu-batuan atau tumbuhan air sangat disukainya sebagai tempat berlindung dan tempat mengintip mangsa serta melangsungkan proses pemijahan  .  Jika hari menjelang malam, betutu sering terlihat menyembulkan moncongnya di atas permukaan air, disekitar tempat persembunyiannya.
Jenis makanan yang disantapnya berubah dengan bertambahnya umur.  Ikan dewasa biasanya memangsa ikan lain, udang-udangan (crustacea) dan serangga air (insekta), sementara juvenilnya yang masih muda memakan kutu air (daphnia, cladocera dan copepoda), jentik-jentik serangga dan rotifera.  Pada stadia larva, betutu juga memakan plankton nabati (ganggang) dan plankton hewani berukuran renik.
          Kunci utama yang mesti di kuasai adalah pembenihan karena ketersediaan benih merupakan hal mutlak.  Penyediaan benih yang selama ini masih mengandalkan kemurahan alam, sebetulnya sudah dapat dilakukan secara terkendali.  Dengan teknik yang sederhana (alami) pun, benih betutu dapat di produksi secara massal hasil-hasil percobaan memberikan gambaran mengenai prospek produksi benih betutu sebagai sesuatu yang cukup mudah dan tidak membutuhkan modal terlalu besar.  Hanya saja, karena ikan ini belum terlalu populer maka masih jarang pembudidaya yang mencoba mengusahakan pembenihannya.
          Pembudidayaan betutu sedikitnya menyangkut dua tahap yakni produksi benih dan pembesaran.  Tahap produksi maupun pembesaran dapat dilakukan terpadu atau pun terpisah, tergantung pada ketersediaan unsur produksi.
Produksi Benih
Dari praktek yang sudah dilakukan para  pengumpul ikan, benih betutu umumnya diperoleh dari alam dan siap ditebarkan lebih lanjut di kolam pembesaran sampai menjadi ikan ukuran konsumsi.  Namun, benih betutu hasil tangkapan ini tidak dapat diandalkan karena secara jumlah maupun ukuran tentu saja tidak mencukupi.  Untuk itulah pengadaan benih dengan pemijahan perlu diupayakan.
Dalam tahap produksi benih, kegiatan yang dilakukan antara lain menyangkut;  pemeliharaan induk atau calon induk hingga siap memijah, pemijahan induk-induk ikan yang menghasilkan telur,  penetasan telur dan  perawatan larva (burayak) hingga menjadi benih.
Pembesaran
Kegiatan pembesaran meliputi pemeliharaan benih dari ukuran 50 gr hingga menjadi ikan konsumsi.  Kegiatan ini membutuhkan waktu kira-kira 8 – 10 bulan.  Data mengenai usaha pembesaran betutu masih sangat sedikit karena budidaya ikan ini belum popular dan kalau pun ada masih sebatas penelitian para ahli.
Pembesaran betutu dikolam bisa dilakukan secara polikultur bersama ikan-ikan lain, misalnya karper. Usaha  pembesaran sistem monokultur sudah dicoba pula di daerah Kalimantan Timur.  Pembesaran dengan sistem monokultur ini di kerjakan dalam keramba apung. Hasil panennya cukup memberikan harapan, dapat mencapai 30- 40 kg /m3/tahun. Namun, sayangnya kelanjutan usaha ini tidak terlalu lancar.  Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya benih secara teratur, padahal ikan ini memiliki prospek pasar yang cukup baik.  Teknik pembesaran di dalam keramba dan hampang ternyata sangat prospektif karena dapat dilakukan pada lahan relatif sempit dengan produksi yang cukup  tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, D.  2001.  Budidaya Ikan Betutu.  Kanasius. Yogyakarta.
Komarudin, Ujang.  2000.  Betutu; Pemijahan Secara Alami dan Induksi, Pemeliharaan di Kolam, Keramba dan Hampang.  Penebar Swadaya.  Jakarta.   
Kurniawan R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Betutu Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar