TEKNIK PEMBENIHAN IKAN BETOK
Ikan betok dengan nama latin (Anabas testudineus) adalah ikan air tawar yang hidup di perairan rawa, sungai, danau dan genangan air lainnya. Secara alami atau di alam, pemijahan ikan betok hanya terjadi sekali dalam setahun yaitu pada waktu musim hujan, ikan ini termasuk jenis ikan yang sangat sulit memijah secara alami dalam lingkungan budidaya (Muhammad et al., 2003).
Dalam keadaan normal, sebagaimana ikan umumnya, betok bernafas dalam air dengan insang. Akan tetapi seperti ikan gabus dan lele, betok juga memiliki kemampuan untuk mengambil oksigen langsung dari udara. Ikan ini memiliki organ labirin (labyrinth organ) di kepalanya, yang memungkinkan hal itu. Alat ini sangat berguna manakala ikan mengalami kekeringan dan harus berpindah ke tempat lain yang masih berair. Betok mampu merayap naik dan berjalan di daratan dengan menggunakan tutup insang yang berfungsi semacam ‘kaki depan’.
Usaha budidaya ikan betok ini belum banyak dilakukan secara massal dan luas karena terbatasnya benih yang didapat dari alam, kebanyakan produksi ikan betok masih merupakan hasil tangkapan dari alam dan saat ini telah mulai berkurang dan juga menunjukan kelangkaan yang diakibatkan oleh penangkapan yang tidak ramah lingkungan, seperti penyentruman, penubaan dan lain sebagainya. Di beberapa perairan telah mulai terjadi kelangkaan yang diduga karena terganggu oleh ikan-ikan lain seperti Nila, Bawal dan Lele Dumbo yang telah berkembang biak di perairan umum. Untuk mengatasi kendala tersebut salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan produktivitas budidaya melalui pemijahan dengan teknologi rangsangan hormon untuk reproduksi ikan betok dalam rangka penyediaan benih secara kontinu. Menyadari hal tersebut diatas, untuk mendapatkan benih yang baik dalam usaha budidaya maka perlu sekali dilakukan pemijahan buatan dengan menggunakan sistem suntik (induced spawning) melalui rangsangan hormon yang terkandung dalam ovaprim dengan level dosis yang optimal.
Berdasarkan taksonomi, ikan Betok (Anabas testudineus) dapat digolongkan dalam:
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Labyrinthicii
Sub Ordo : Anabantoidei
Famili : Anabantidae
Genus : Anabas
Species : Anabas testudineus
Sedangkan ciri-ciri dari ikan betok secara morfologi yaitu rangka terdiri dari tulang sejati, dapat mengambil O2 dari luar air (mempunyai alat labyrin), memiliki sirip punggung dan sirip dubur dengan jari-jari keras, sirip perut memiliki jari-jari lemah dan satu jari-jari keras (Saanin, 1968).
Dengan meniru habitatnya di alam, ikan ini dapat dipelihara dikolam yang terbuat dari beton, dipelihara selama empat sampai enam bulan ikan ini dapat dipanen. Di beberapa negara berkembang ikan betok dicoba dipijahkan dengan metode induced breeding, hasilnya ikan ini memberikan respon yang positif, bahkan dapat berovulasi dalam waktu yang singkat setelah disuntik dengan ekstrak kelenjar hypopisa (Muslim et al., 2011)
Upaya untuk menjamin ketersedian hormon steroid berupa estrogen dan androgen dalam tubuh induk ikan betok, dapat dilakukan melalui rekayasa hormonal dengan sistem suntik. Salah satunya adalah menggunakan ovaprim yang mengandung LHRHa+ anti dopamin, berfungsi sebagai hormon regulator yang bekerja secara langsung mempengaruhi organ target melalui sistem hipotalamus-hipofisis-gonad, dan diyakini dapat berfungsi sebagai pemicu proses teknologi pemijahan ikan betok (Zairin, 2003).
Hormon yang berperan untuk pematangan gonad: gonadotropin releasing hormone (GnRH),luteinizing hormone (LH), 17α-hidroksiprogesteron, dan 17α, 20β- dihidroksiprogesteron (Yasin, 2003), luteinizing hormone (LH) dikenal sebagai hormon kunci dalam kontrol reproduksi untuk mensekresi produksi gonad steroid, sedangkan gonadotropin releasing hormone (GnRHs) dalam otak ikan berperan untuk pengontrol proses reproduksi (Rodr-Iquez et al., 2003).
Pemberian hormon dengan level dosis tinggi ≥ ¼ml/kg dapat menghambat kerja hipotalamusmelepaskan GnRH (peningkatan anti dopamin) untuk merangsang sekresi gonadotropin dan selanjutnya hormon steroid pada waktu proses ovulasi telur. Akibat proses tersebut dapat memperlambat waktu mulai pemijahan ikan betok lebih lama jika dibandingkan dengan pemberian hormon dosis rendah ¼ μg/kg. Pemberian LHRHa dalam ovaprim ¼ ml/kg adalah cukup ideal, karena ikan betok dalam keadaan normal untuk melakukan proses pemijahan (Yasin, 2003).
Alat dan bahan yang gunakan pada praktikum ini berupa ovaprim yang berfungsi untuk merangsang pemijahan ikan betok, jarum suntik untuk menyuntikkan ovaprim kedalam tubuh ikan betok, ikan betok yang sudah matang gonad. Selengkapnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
No
|
Alat dan bahan
|
Jumlah
|
1.
|
Akuarium
|
2 unit
|
2.
|
Ikan betok matang gonad
|
(2ekor) 1 jantan 1 betina
|
3.
|
Jarum suntik
|
1 unit
|
4.
|
Timbangan
|
1 unit
|
5.
|
Nampan
|
1 unit
|
6.
|
Aerator/aerasi
|
1 unit
|
7.
|
Ovaprim
|
1 botol (1 ml)
|
8.
|
Kertas Buram
|
secukupnya
|
9.
|
Serok
|
secukupnya
|
Langkah kerja
- Persiapan wadah :
Ø Diambil dua unit akuarium,
Ø Dicuci bersih wadah akuarium,
Ø Dikeringkan akuarium,
Ø Diisi air dengan volume air yang sudah ditentukan.
- Seleksi induk :
Ø Dipilih induk ikan yang matang gonad,
Ø Dipilih indukan ikan dengan perbandingan 2: 1 jantan dan betina,
Ø Dimasukan induk ikan kedalam wadah akuarium yang terpisah
- Penyuntikan induk ikan :
Ø Diambil indukan ikan betok Anabas testudineus,
Ø Ditimbang induk ikan
Ø Disuntik ikan betina dengan ovafrim dengan komposisi 0,5 % dari bobot ikan dengan kemiringan sudut 40 derajat,
Ø Disuntik ikan jantan dengan ovafrim dengan komposisi 0,3 % dari bobot ikan dengan kemiringan sudut 40 derajat,
Ø Dimasukan induk ikan betok kedalam akuarium pemijahan
Ovaprim digunakan sebagai agen perangsang bagi ikan untuk memijah, kandungan sGnRHa akan menstimulus pituatari untuk mensekresikan GtH I dan GtH II. Sedangkan anti dopamin menghambat hipotalamus dalam mensekresi dopamin yang memerintahkan pituatari menghentikan sekresi GtH I dan GtH II. Kegunaan Ovaprim antara lain : menekan musim pemijahan, mengatur kematangan gonad selama musim pemijahan normal, merangsang produksi sperma pada jantan untuk periode waktu yang lama dan volume yang lebih banyak, merangsang pematangan gonad sebelum musim pemijahan ( Maucaunt et al., 2005.)
Setelah ikan di suntik dengan ovaprim proses kegiatan percumbuan ikan betok ditandai dengan tingkah laku masing-masing induk, dimana ikan betina dan jantan saling berkejaran dan terkadang melakukan lompatan kecil, sedangkan induk betina selalu memunculkan bagian punggungnya ke permukaan. Pada saat pematangan akhir gonad, telur dikeluarkan menuju rongga ovari siap untuk menerima sperma (siap dibuahi).
Pada saat praktikum kemaren ikan betok yang sudah berhasil memijah dalam kurun waktu kurang dari 1x24 jam terdapat ratusan telur ikan yang mengapung di dalam akuarium. Pada saat pengecekan jam 10.00 wib telur ikan betok sudah berhasil menetas dengan ratusan anakan berwarna hitam yang melayang-layang bergerak di atas permukaan air.
Pada pengecekan sehari setelah hari tersebut kami melihat bahwa anakan ikan betok yang sudah menetas mengapung di pinggir-pinggir akuarium, tandanya bahwa anakan ikan betok tersebut sudah mati. Setelah kami analisis kami menyimpulkan bahwa kematian anakan ikan betok tersebut di duga kuat karena selang aerator macet sehingga menyebabkan sirkulasi oksigen tidak stabil atau kurang.
Kematian larva ikan betok juga dapat disimpulkan karena kurangnya pengontrolan dari kami para praktikan, sehingga menyebab selang aerotor macet. Selain itu penyebab kematian dari ikan betok tersebut di duga karena kualitas air tidak bagus karena terdapat sisa-sisa pakan serta kotoran induk jantan dan induk betina di dasar perairan sehingga menimbulkan kadar amonia yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Moncaut N, Somoza G, Power DM, Canario AVM. 2005. Five gonadotrophin- releasing hormone receptors in a teleost fish: isolation, tissue distribution and phylogenetic relationships. Journal of Molecular Endocrinology 34: 767–779.
Muslim.,Yulisman., M. Syaifudin., M. Fitrani, dan F.H. Taqwa. 2011. Pembenihan ikan betok (Anabas testudineus). Teknik kawin suntik. Laporan Pengabdian Masyarakat. Lembaga Pengabdian Masyarakat Unsri. Indralaya.
Muhammad, Sanusi H., Ambas I., 2003. Pengaruh donor dan dosis kelenjar hipofisa terhadap ovulasi dan daya tetas telur ikan betok (Anabas testudineus Bloch). Jurnal Sains and Teknologi 3: 87–94.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan II. Binatjipta. Bandung.
Rodriquez L., Carrillo M., Sorbera LA,, Zohar Y, Zanuya S., 2003. Effects of photoperiod on pituitary levels of three forms of GnRH and reproductive hormones in the male European sea bass (Dicentrarchus labrax, L.) during testicular differentiation and first testicular recrudescence. Journal General and Comparative Endocrinology. 136: 37–48.
Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kuntji Identifikasi Ikan II. Binatjipta. Bandung.
Yasin, M.N. 2013. Pengaruh Level Dosis Hormon Perangsang Yang Berbeda Pada Pemijahan Ikan Betok (Anabas testudineus Bloch) Di Media Air Gambut. Jurnal Ilmu Hewani Tropika Vol 2. No. 2. Desember 2013.
Zairin Jr M. 2003. Endokrinologi dan Peranannya Bagi Masa Depan Perikanan Indonesia. (Orasi Ilmiah Guru Besar Tatap Ilmu Fisiologi Reproduksi dan Endokrinologi Hewan Air). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar