Kamis, 21 Februari 2019

Cara Budidaya Maggot




Cara Budidaya Maggot Atau Belatung Untuk Pakan Ikan – Sebelum masuk ke cara budidaya maggot/belatung, mari kita terlebih dahulu untuk mengenal apa itu maggot/belatung. Penjelasan arti maggot adalah larva dari lalat yang tumbuh pada bahan organik yang membusuk. Berikut penjelasan lengkap dari wikipedia tentang pengertian maggot/belatung.
Belatung/maggot identik dengan sampah yang kotor. Mereka hidup di tempat-tempat dengan sampah organik. Bukan sampah plastik ya, hehe lalu apa si maggot atau belatung itu?.
Belatung atau bernga/berenga adalah larva dari lalat. Tempayak ini biasa ditemukan pada barang-barang yang membusuk seperti bangkai, buah, atau sayur-mayur yang rusak. Beberapa jenis belatung, seperti belatung lalat buah, bersifat merugikan; namun pada umumnya belatung berguna secara ekologis dalam proses dekomposisi bahan-bahan organik.
Maggot/belatung memiliki kadar protein tinggi yaitu sekitar 43% jika dalam keadaan utuh, sedangkan jika dijadikan pelet kadar protein antara 30-40%.
demikian penjelasan sederhana tentang maggot/belatung, mari kita mulai untuk memproduksi maggot/belatung.

Apa Bahan Utama Produksi Maggot itu?
Ada dua bahan yang dapat kita manfaatkan, yaitu ampas tahu dan makanan sisa seperti (nasi basi, sayuran basi dan lainya).
# Pertama, Budidaya maggot/belatung dengan bahan dasar ampas tahu
Mengapa ampas tahu? Salah satu alasannya, selain untuk mengurangi pencemaran lingkungan, khususnya perairan, pada tepung ampas tahu masih terdapat kandungan gizi. Yaitu, protein (23,55 persen), lemak (5,54 persen), karbohidrat (26,92 persen), abu (17,03 persen), serat kasar (16,53 persen), dan air (10,43 persen).

Cara Budidaya Maggot Atau Belatung Untuk Pakan Ikan
Berikut Langkah – Langkah Budidaya Magot/Belatung dari ampas tahu
Alat Dan Bahan Yang Harus Dipersiapkan :
 Ember/drum atau wadah yang lain
 Ampas tahu 60 kg
 Kotoran ayam, kambing atau sapi 30 kg
 Air secukupnya
 Pengaduk seperti kayu batangan ukuran proposional

Cara pembuatan :
Masukkan ampas tahu sebagai bahan utama kedalam ember, lalu tambahkan air bersih dan aduk hingga rata.
Tambahkan kotoran ayam, lalu tutup permukaannya dengan daun pisang kering agar lalat mau bertelur.
Tempatkan ember ditempat teduh dan terlindung dari air hujan dengan kondisi agak lembab namun tidak basah.
Setelah kira-kira 2-3 minggubelatung sudah siap dipanen.
Cara memanen maggot sangat sederhana, yaitu dengan campurkan air pada media kultur, lalu saring untuk memisahkan media kultur dari belatung. Belatung siap diberikan sebagai pakan lele. Untuk bahan baku media kultur sebanyak 100 kg kira-kira akan dihasilkan belatung 60 -70 kg.
TEKNOLOGI PRODUKSI MAGGOT
Lalat Tentara
Tepung ikan merupakan salah satu sumber protein yang penting dalam formulasi pakan ikan.  Produksi tepung ikan di dunia saat ini berada pada fase stagnan yaitu kurang lebih 6,1 juta ton pertahun semenjak tahun 90-an.  Indonesia mengimport tepung dan minyak ikan lebih dari USD 200 juta pertahun.  Hal ini menjadi poin khusus dalam akuakultur terutama di Indonesia yaitu upaya mencari pengganti tepung ikan sebagai sumber protein pakan.  Fish Meal Replacement Research Program, merupakan topic penelitian yang sangat penting saat ini.  Salah satu pengganti tepung ikan telah ditemukan oleh Tim IRD (Lembaga Penelitian Perancis untuk pembangunan) dan BPPBIH (Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias) yaitu larva serangga Black Soldier Fly (Hermetia Illucens, Stratimydae, Diptera) yang lebih dikenal dengan istilah manggot.  Kandungan protein dan lemak manggot adalah 50 % dan 25 %.
Siklus Hidup Lalat Tentara
Produksi manggot sinergi dengan program “zero waste” karena organism ini dapat mencerna berbagai jenis sampah organic, salah satunya adalah bungkil kelapa sawit atau Palm Kernel Meal (PKM).  PKM merupakan by product (buangan) dari pabrik kelapa sawit.  Serangga ini tersebar secara luas di seluruh dunia dan belum pernah terdeteksi sebagai agen penyakit.  Soldier fly mengalami 4 stadia perkembangan yaitu :
telur     : berwarna kekuningan dan dapat ditemukan di celah-celah atau tumpukan substrat. 
larva        : mempunyai 20-25 instar dalam perkembangannya, dengan ukuran mencapai 2 cm, aktif memakan makanan yang busuk. 
pupa         : bermigrasi ke tempat yang lebih lembab .
dewasa     : meletakkan telurnya di dekat sumber makanan larva.
Teknologi Produksi Maggot
Masukkan 3 kg PKM yang telah halus ke dalam tong, kemudian tambahkan 6 liter air, aduk hingga rata.
Tutup bagian atas medium dengan daun pisang.
Tutup tong dengan kawat untuk menghindari pemengsa, seperti : tikus dan burung.
Tempatkan bambu yang telah dibelah di bagian atas kawat untuk sirkulasi udara dalam tong.
Tutup tong dengan plastik terpal untuk melindungi media dari hujan dan evaporasi (penguapan) yang menyebabkan media kering.
Setelah dua minggu pindahkan media kultur ke dalam fiber yang ditutup dengan kain sehingga lalat tentara tidak bisa meletakkan telurnya lagi di media tersebut.
Maggot akan mencapai ukuran yang sama setelah 2 minggu.  Selanjutnya bisa dilakukan pemanenan.
Panen dilakukan dengan cara mencuci medium kultur di air mengalir.
Maggot yang telah bersih siap diberikan kepada ikan sebagai pakan atau disimpan dalam freezer untuk penyimpanan.
Sampai saat ini, pembudidaya perikanan memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pakan pabrikan, kondisi ini dipicu oleh tidak adanya pakan alternatif yang dapat menggantikan pakan pabrikan.  kadang kandungan nutrisinya tidak sesuai dengan pakan pabrikan.
salah satu alternatif pakan buatan adalah manggot atau sering disebut belatung, mitra hcs sekarang sudah ada beberapa pembudidaya lele yang menggunakan pakan buatan alami atau probiotik SOC. Probiotik SOC merupakan kumpulan mikroorganisme pendukung pertumbuhan dan kesehatan semua makhluk hidup. Sementara itu, organik berarti pencapaian kumpulan mikroorganisme tersebut dihasilkan dari bahan dasar alami, tanpa melibatkan unsur kimia. Indonesia memiliki kekayaan alam yang berlimpah sehingga seharusnya menjadi salah satu pengembangan produk probiotik.
Probiotik organik adalah teknologi penyeimbang lingkungan hidup yang aman. Keunggulan apa saja yang di dapat pada sistem budi daya probiotik SOC organik? Biaya pakan pada budi daya lele dapat mencapai 60-70% dari keseluruhan total biaya produksi. Karena itu, setiap terjadi kenaikan harga pakan sangat mempengaruhi pembudidaya lele. Cara kerja probiotik SOC? Probiotik SOC bekerja dengan cara mengontrol perkembangan dan populasi mikroorganisme “jahat” sehingga menghasilkan lingkungan tumbuh yang optimal bagi mikroorganisme “baik”. Hingga akhirnya, mikroorganisme “baik” akan mendominasi dan membuat habitat yang nyaman bagi pertumbuhan makhluk hidup di lingkungan tersebut. Kandungan mikroorganisme yang terdapat dalam starterorganik probiotik miracle green diantaranya brachybacterium, basidiomycetes, dan lactobacillus.
Salah satu Bakteri Lactobacillus sama seperti yang terdapat dalam salah satu produk minuman kesehatan, yang sangat berguna untuk membantu pencernaan, dalam tubuh pun ini sangat berguna membantu memperlancar serapan nutrisi yang dibutuhkan oleh tumbuhan. Lain halnya dengan brachybacterium, bakteri yang berfungsi untuk menetralisir segala jenis polutan dan kemampuannya yang luar biasa sehingga mampu mengangkat unsur logam berat. Basidiomycetes adalah jenis fungi atau jamur yang tidak merugikan bagi host yang ditumpanginya, jamur jenis ini justru membantu ekosistem lingkungan. Kehadiran dan perannya dalam mengolah nutrisi yang diperlukan dan menumbuhkan tunas serta stabilisasi tanah sangat mengagumkan. • Kepadatan kolam lebih tinggi.
Umumnya semakin tinggi kepadatan kolam, semakin lambat laju pertumbuhannya namun, dengan adanya tekhnologi probiotik organik, asupan pakan alami probiotik organik dan azolla microphilla membuat laju pertumbuhannya tetap tinggi dan kondisinya sehat, pakan tersebut memiliki kandungan asam amino esensial yang tinggi • Serangan penyakit menurun dan kematian bibit rendah.
Pemberian pakan kombinasi pakan probiotik SOC, azolla microphylla, dan nutrisi yang terdapat dalam air dapat menjaga ikan tetap sehat serta menurunkan tingkat kematian menjadi sangat rendah (2-3%, bahkan ada yang bisa dibawah 2%) •
membuat pakan ikan
Lele Organik yang dihasilkan berkwalitas. Beberapa keunggulannya adalah bobot lele lebih padat, kesat, kenyal, dan tidak ada penyusutan bobot dan selain itu daging lele lebih gurih dan tidak hancur saat di goreng. Cara membuat pakan organik adalah sebagai berikut:
Alat dan bahan lain yang diperlukan :
Bahan :
-Ember/drum apa sajalah sesuai
-Ampas tahu / kedelai 50 kg
-Tepung ikan /Ikan curah/asin 10 kg
-Kotoran ayam 30 kg ( yang sudah pakai SOC )
–Probiotik SOC
Cara buat :
Caranya masukkan ampas tahu sebagai bahan utama kedalam ember, lalu tambahkan air bersih dan aduk hingga rata.tambah SOC 10 tutup
Kemudian tambahkan Tepung Ikan dan kotoran ayam, lalu tutup permukaannya dengan daun pisang kering agar lalat black soldier fly mau bertelur.
Tempatkan ember ditempat teduh dan terlindung dari air hujan
Setelah kira-kira 2-3 minggu atau bisa saja kurang dari itu, belatung sudah siap dipanen.
Caranya campurkan air pada media kultur, lalu saring untuk memisahkan media kultur dari belatung. Belatung siap diberikan sebagai pakan lele. Untuk bahan baku media kultur sebanyak 100 kg kira-kira akan dihasilkan belatung 60 -70 kg.
Perhatikan, jangan menyimpan belatung segar terlalu lama karena bisa berubah menjadi lalat. Dalam budidaya lele, maggot akan lebih efektif jika dicampur dengan tepung ikan, dengan perbandingan 1:1. Pertumbuhan ikan lele bisa melambung sampai 2.9% per hari. Pakan maggot memberikan percepatan tumbuh 2.5% tiap harinya, kemudian tepung ikan memberikan percepatan pertumbuhan 2% per harinya. Baca Juga : Maggot Dari Kotoran Ayam Sebagai Pakan ikan
# Kedua, Budidaya Maggot Dari Makanan-makanan sisa
Untuk produksi maggot/belatung menggunakan makanan sisa tidak perlu banyak alat yang digunakan. Kita cukup menyediakan wadah seperti baskom dengan permukaan lebar. Masukan setiap sisa makanan yang tersisa kedalam wadah, biarkan wadah tetap terbuka agar lalat bisa masuk dan bertelur.
Budidaya jenis ini biasanya untuk memenuhi konsumsi pakan ikan dengan kolam yang masih sedikit. biasanya hanya dijadikan sampingan, bukan sebagai produksi ikan dalam jumlah besar.

Sumber : 
Di download dari laman http://mediapenyuluhanperikananpati.blogspot.com/2016/01/teknik-pembuatan- maggot.html  

BUDIDAYA IKAN BETUTU (Oxyeleotrismarmorata. Blkr)

BUDIDAYA IKAN BETUTU (Oxyeleotrismarmorata. Blkr)



Ikan bakut / ikan betutu diduga ikan asli indonesia yang berasal dari pulau Kalimantan.  Namun sementara orang ada yang berpendapat bahwa ikan betutu berasal dari Sumatra karena sejak dahulu sudah ada disana, bahkan menjadi maskot Kabupaten Talang Betutu.  Mengigat nama betutu menjadi nama tunggal di kabupaten tersebut, maka ikan betutu diduga berasal dari Sumatera . 
Ikan betutu mempunyai kemiripan dengan ikan gabus karena sepintas memang ada keserupaan, baik bentuk maupun sifatnya.  Bila diamati, antara keduanya mempunyai perbedaan yang cukup mencolok yaitu ikan betutu dapat bertahan bejam-jam tanpa bergeser dari tempatnya dan sering disebut dengan ikan malas.  Oleh karena itu,  sementara para ahli menduga bahwa ika betutu masuk dalan keluarga besar Eleotridae yang memiliki kekerabatan dengan kelurga Gobioidea (satu famili dengan ikan gabus). Jika dilihat sepintas, tampang betutu cukup menyeramkan, bentuk mukanya cekung dengan ujung kepala picak (gepeng), matanya yang besar menonjol keluar dan dapat digerak-gerakkan dan mata lebar, tebal dengan gigi kecil tajam. Cukuplah beralasan orang menyebutnya sebagai ikan hantu.
Klasifikasi dan Morfologi
Menurut klasifikasi berdasarkan taksonomi yang dikemukakan ahli ikan Singapura, Lie Siauw Foey (1968), Ikan Betutu digolongkan sebagai berikut :
Kingdom         :    Animalia
Fylum             :    Chordata
Super-class     :    Pisces
Ordo              :    Perciformes
Sub-ordo        :    Gobioidea
Family            :     Eleotridae
Genus             :    Oxyeleotris
Species           :    Oxyeleotris marmorata. Blkr
Nama Lokal :  bloso, ikan malas (Jawa);  bakut, ikan hantu (Kalimantan);  bakut, beluru, bakutut (Sumatra);  ketutu, belantok, batutu, ikan hantu (Malaysia);  pla bu sai(Thailand);  ca bong tuong (Vietnam);  soon hock (Cina).
Nama Internasional   :  Marbled goby,  Sand goby

Ciri-ciri morfologi spesifik yang dimiliki oleh ikan betutu (Oxyeleotrismarmorata. Blkr) adalah sebagai berikut :
1.    Bentuk badan memanjang, bagian depan silindris dan bagian belakang pipih
2.    Kepala rendah, mata besar yang dapat bergerak dan mulut lebar
3.    Sisik sangat kecil-kecil, halus dan lembut sehingga tampak hampir tidak bersisik
4.    Warna badan kecoklatan sampai gelap dengan bercak-       bercak hitam (seperti batik)  menyebar ke seluruh tubuh
5.    Bagian ventral berwarna putih/terang
6.    Tubuh ikan betina umunmnya lebih gelap dari pada jantan
7.    Panjang maksimum 50 cm dan dapat mencapai berat tujuh  kg/ekor
Habitat dan Penyebaran
Habitat betutu tersebar luas, meliputi perairan-perairan tawar didaerah beriklim tropis/subtropis.  Betutu menyukai tempat yang arusnya tenang dan agak berlumpur seperti rawa , danau atau muara sungai. Ikan ini gemar sekali membenamkan dirinya didalam lumpur.
Betutu tersebar  di wilayah Asia Tenggara seperti Thailand, Kamboja, Vietnam, Singapura, Malaysia, Filipina, Indonesia (Sumatera, Kalimantan dan Jawa), hingga kepulauan Fiji di Pasifik.


Tingkah Laku dan Kebiasaan Makan 
Ikan ini hidup didasar perairan, hanya sekali-kali saja menyembul ke permukaan.  Tempat agak gelap, terlindung dibalik batu-batuan atau tumbuhan air sangat disukainya sebagai tempat berlindung dan tempat mengintip mangsa serta melangsungkan proses pemijahan  .  Jika hari menjelang malam, betutu sering terlihat menyembulkan moncongnya di atas permukaan air, disekitar tempat persembunyiannya.
Jenis makanan yang disantapnya berubah dengan bertambahnya umur.  Ikan dewasa biasanya memangsa ikan lain, udang-udangan (crustacea) dan serangga air (insekta), sementara juvenilnya yang masih muda memakan kutu air (daphnia, cladocera dan copepoda), jentik-jentik serangga dan rotifera.  Pada stadia larva, betutu juga memakan plankton nabati (ganggang) dan plankton hewani berukuran renik.
          Kunci utama yang mesti di kuasai adalah pembenihan karena ketersediaan benih merupakan hal mutlak.  Penyediaan benih yang selama ini masih mengandalkan kemurahan alam, sebetulnya sudah dapat dilakukan secara terkendali.  Dengan teknik yang sederhana (alami) pun, benih betutu dapat di produksi secara massal hasil-hasil percobaan memberikan gambaran mengenai prospek produksi benih betutu sebagai sesuatu yang cukup mudah dan tidak membutuhkan modal terlalu besar.  Hanya saja, karena ikan ini belum terlalu populer maka masih jarang pembudidaya yang mencoba mengusahakan pembenihannya.
          Pembudidayaan betutu sedikitnya menyangkut dua tahap yakni produksi benih dan pembesaran.  Tahap produksi maupun pembesaran dapat dilakukan terpadu atau pun terpisah, tergantung pada ketersediaan unsur produksi.
Produksi Benih
Dari praktek yang sudah dilakukan para  pengumpul ikan, benih betutu umumnya diperoleh dari alam dan siap ditebarkan lebih lanjut di kolam pembesaran sampai menjadi ikan ukuran konsumsi.  Namun, benih betutu hasil tangkapan ini tidak dapat diandalkan karena secara jumlah maupun ukuran tentu saja tidak mencukupi.  Untuk itulah pengadaan benih dengan pemijahan perlu diupayakan.
Dalam tahap produksi benih, kegiatan yang dilakukan antara lain menyangkut;  pemeliharaan induk atau calon induk hingga siap memijah, pemijahan induk-induk ikan yang menghasilkan telur,  penetasan telur dan  perawatan larva (burayak) hingga menjadi benih.
Pembesaran
Kegiatan pembesaran meliputi pemeliharaan benih dari ukuran 50 gr hingga menjadi ikan konsumsi.  Kegiatan ini membutuhkan waktu kira-kira 8 – 10 bulan.  Data mengenai usaha pembesaran betutu masih sangat sedikit karena budidaya ikan ini belum popular dan kalau pun ada masih sebatas penelitian para ahli.
Pembesaran betutu dikolam bisa dilakukan secara polikultur bersama ikan-ikan lain, misalnya karper. Usaha  pembesaran sistem monokultur sudah dicoba pula di daerah Kalimantan Timur.  Pembesaran dengan sistem monokultur ini di kerjakan dalam keramba apung. Hasil panennya cukup memberikan harapan, dapat mencapai 30- 40 kg /m3/tahun. Namun, sayangnya kelanjutan usaha ini tidak terlalu lancar.  Salah satu penyebabnya adalah tidak tersedianya benih secara teratur, padahal ikan ini memiliki prospek pasar yang cukup baik.  Teknik pembesaran di dalam keramba dan hampang ternyata sangat prospektif karena dapat dilakukan pada lahan relatif sempit dengan produksi yang cukup  tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyono, D.  2001.  Budidaya Ikan Betutu.  Kanasius. Yogyakarta.
Komarudin, Ujang.  2000.  Betutu; Pemijahan Secara Alami dan Induksi, Pemeliharaan di Kolam, Keramba dan Hampang.  Penebar Swadaya.  Jakarta.   
Kurniawan R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Betutu Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Rabu, 20 Februari 2019

IKAN GABUS HARUAN (Channastriata Bloch 1793) HASIL DOMESTIKASI


IKAN GABUS HARUAN (Channastriata Bloch 1793) HASIL DOMESTIKASI


Ikan gabus (Channa striata Bloch 1793) adalah salah satu ikan spesifik lokal perairan Indonesia yang habitatnya di rawa-rawa, sawah, genangan dan daerah aliran sungai arus tenang yang membawa emulsi lumpur, dan bisa juga di perairan payau. Ikan gabus tersebar di seluruh Indonesia, terutama di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan (Courtenay et al., 2004). Ikan gabus dikenal dengan berbagai nama daerah, di antaranya: ikan kutuk (Jawa), ikan gabus (Betawi dan Sunda), ikan haruan (Kalimantan Selatan), ikan behau (Kalimantan Tengah), ikan deleg (Sumatra), bale salo (Sulawesi), dan ikan gastor (Papua). Untuk selanjutnya penyebutan dan penamaan ikan gabus dalam makalah ini menggunakan nama GABUS HARUAN. Di dunia sebaran ikan gabus haruan meliputi India, Myanmar, Banglades,  Laos, Vietnam, Thailand,  Kamboja, dan Malaysia.  Ikan gabus pascaintroduksi terdapat di Madagaskar, Filipina, Indonesia bagian timur, Caledonia baru, dan Fuji.
Ikan gabus haruan sangat disukai masyarakat Kalimantan karena rasanya gurih,  permintaan  pasar  tinggi  dan  kontinyu,  bernilai  ekonomis  tinggi  dan harganya meningkat drastis pada saat musim tertentu. Harga ikan gabus haruan di pasar Kalimantan Selatan mencapai kisaran Rp. 30.000,- sampai Rp. 60.000,- per kilogram,  sedangkan  di  Kalimantan  Tengah  dapat  mencapai  harga  lebih  dari Rp. 60.000,- per kilogram. Selain itu, tingginya kandungan albumin dalam daging ikan gabus haruan bermanfaat untuk mempercepat proses penyembuhan luka pasien pascaoperasi membuat ikan gabus haruan semakin dicari. Berdasarkan data BPS Provinsi Kalsel tahun 2012, peningkatan inflasi volatile food pada triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh komoditas ikan gabus. Komoditas ini mengalami  inflasi  tertinggi  dibandingkan  komoditas  lainnya  yakni  sebesar
91,94% (yoy) jauh lebih tinggi dari inflasi triwulan sebelumnya sebesar 3,21% (yoy). Berdasarkan data SPH, harga ikan gabus telah menembus Rp. 54.000/kg. Berkurangnya areal rawa di Kalsel menyebabkan komoditas ini makin langka khususnya di musim penghujan (Bank Indonesia, 2012).




Menurut data statistik Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2012, jumlah produksi perikanan budidaya kolam di wilayah Kalimantan untuk ikan gabus haruan sebesar 420 ton dan budidaya karamba sebesar 5.895 ton, sedangkan produksi perikanan tangkap sebesar 18.269 ton. Jumlah penangkapan ikan gabus haruan di alam yang tinggi mendorong dilakukannya upaya pelestarian ikan gabus haruan melalui usaha budidaya ikan gabus haruan. Sebagai tanggung jawab terhadap pelestarian ikan spesifik lokal, Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin telah melakukan kegiatan domestikasi melalui pengembangan teknologi budidaya ikan gabus haruan sejak tahun 2011. Kegiatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan ikan gabus haruan yang lebih adaptif daripada ikan gabus haruan alam, lebih mudah dibudidayakan, mendapatkan teknologi budidaya ikan gabus haruan yang bisa diadopsi dan diterapkan oleh masyarakat, serta meningkatkan jumlah komoditas budidaya dan pelestarian sumberdaya hayati perikanan Indonesia.
Tahap awal kegiatan domestikasi dimulai pada tahun 2011 dengan mengoleksi benih ikan gabus haruan dari alam yang dikumpulkan secara berulang dengan ukuran panjang 1-3 cm sebanyak 3.000 ekor pada 3 titik lokasi pengumpulan benih ikan (rawa, saluran, kanal) dengan habitat rawa gambut di Desa Garung Kec. Jabiren Raya Kab. Pulang Pisau Kalteng. Selanjutnya benih ikan gabus haruan tersebut diadaptasikan pada lingkungan budidaya dengan cara dipelihara dalam hapa yang dipasang di kolam dan diberi pakan buatan berupa pelet apung dengan kadar protein 30-40% sampai menjadi induk pada tahun 2012. Induk  ikan  gabus  haruan  hasil  koleksi  ini  disebut  sebagai  induk  awal  (G0). Selama kegiatan koleksi juga dilakukan uji coba pembenihan. Hingga tahun 2012 diperoleh teknologi pembenihan ikan gabus haruan secara alami dan semi-buatan, dan  menghasilkan  benih  ikan  gabus  haruan  ukuran  1-3  cm,  umur  30  hari. Distribusi hasil uji coba pemijahan induk awal (G0) pada tahun 2012 adalah
10.000 ekor benih. Pada tahun 2013 telah diperoleh induk ikan gabus haruan generasi satu (G1) hasil pembesaran selama 10 bulan di Instalasi Budidaya Ikan Lahan Gambut (IBILAGA) Pulang Pisau. Pada tahun 2014 telah dihasilkan benih ikan gabus haruan generasi dua (G2). Sampai saat ini benih ikan gabus haruan G2




telah  dibesarkan  hingga  menjadi  calon  induk  dengan  bobot  rerata  sebesar

86,60±19,39 g/ekor.

Kelebihan dari benih ikan gabus haruan hasil domestikasi ini adalah lebih mudah  diproduksi  secara  alami  dan  semi-buatan,  dapat  diproduksi  sepanjang tahun, adaptif terhadap pakan buatan (pelet apung, kadar protein 32-40%) dan adaptif terhadap lingkungan budidaya khususnya kondisi pH asam (>4) dan oksigen terlarut (DO) rendah (>0,2 mg/L). Berdasarkan hasil kegiatan domestikasi diketahui bahwa ikan gabus haruan dapat bertoleransi dengan baik pada kisaran pH 4-7, suhu 26,8-32,5 oC, dan oksigen terlarut (DO) 0,2-8,6 mg/L. Pemeliharaan benih ikan gabus haruan ukuran 5-8 cm pada salinitas 0-10 g/L tidak mempengaruhi pertumbuhan dan kelangsungan hidup secara signifikan, sehingga dapat dikatakan bahwa ikan gabus haruan memiliki toleransi sampai dengan salinitas 10 g/L. Pemeliharaan pada salinitas menjadi 12 g/L menunjukkan kematian ikan gabus haruan sangat tinggi dengan kelangsungan hidup rerata sebesar 8,89±15,39%.
Hasil  uji  tantang  menunjukkan  bahwa  kelangsungan  hidup  rerata  ikan gabus haruan yang tidak diinjeksi bakteri Aeromonas hydrophila mempunyai kelangsungan hidup 100%, sedangkan  kelangsungan hidup ikan gabus haruan yang diinjeksi bakteri A. hydrophila bervariasi antara 5-100% tergantung pada kepadatan bakteri Aeromonas hydrophila yang dinjeksikan sebanyak 0,2 ml/ekor. Pada perlakuan injeksi dengan kepadatan bakteri  105, 106, 107 sel/ml dihasilkan kelangsungan hidup ikan gabus haruan sebesar 100%. Kelangsungan hidup ikan gabus  haruan  menurun  menjadi  90%  bila  disuntik  A.  hydrophila     dengan kepadatan 108  sel/ml, menjadi 40% bila disuntik A. hydrophila 109  sel/ml, dan menjadi 5% bila disuntik A. hydrophila  1010 sel/ml.
Pada bulan Januari hingga Agustus 2012 dilakukan pembesaran ikan gabus haruan induk awal (G0) selama 7 bulan pada hapa yang dipasang dalam kolam tanah di IBILAGA Pulang Pisau. Hapa yang digunakan berukuran 3x2x1,5 m3 sebanyak  enam  buah  dengan  jumlah  tebar  masing-masing  jaring  120  ekor (3 hapa), dan 180 ekor (3 hapa) benih ikan gabus haruan G0. Bobot rerata benih yang ditebar 6,83±1,92 g dengan panjang rerata 7,94±0,80 cm. Ikan diberi pakan




pelet apung (protein minimal 30%, lemak minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari bobot bimassa dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Setelah dipelihara selama
7 bulan, bobot rerata ikan gabus haruan adalah 152,78±30,03 g, panjang total

20,98±1,62  cm,  laju  pertumbuhan  spesifik  bobot  1,48±0,09%,  kelangsungan hidup rerata 77,76±5,08 %, dan konversi pakan rerata 2,20±0,12. Biomassa pembesaran ikan gabus haruan G0 ini adalah 98,96 kg.
Pada bulan Mei hingga Desember 2013 dilakukan pembesaran ikan gabus haruan G1 selama 7 bulan di IBILAGA Pulang Pisau dengan dua wadah pemeliharaan berupa kolam dan hapa. Pembesaran yang dilakukan di kolam tanah berukuran 8x4x1,5 m3  sebanyak 3 unit kolam. Setiap kolam ditebar ikan gabus haruan sebanyak 1.000 ekor. Bobot rerata benih yang ditebar 7,18±3,14 g dengan panjang rerata 7,03±1,22 cm. Ikan diberi pakan pelet apung (protein minimal
30%,  lemak  minimal  6%)  dengan  dosis  3-5%  dari  bobot  biomassa  dengan frekuensi pemberian 2 kali/hari. Bobot tubuh akhir adalah 190,52±6,61 g, panjang akhir 0,75 ± 0,66 cm/ekor, laju pertumbuhan spesifik bobot 1,56±0,22%, kelangsungan hidup 80,93±2,21%, dan konversi pakan 1,91±0,17. Biomassa hasil pembesaran benih ikan gabus haruan G1 adalah 461,3 kg.
Pembesaran ikan gabus haruan di hapa dengan kepadatan 120 ekor dan

180 ekor masing-masing sebanyak 3 hapa. Hapa yang dipasang dalam kolam sebanyak  6  buah  berukuran  3x2x1,5  m3.  Bobot  rerata  benih  yang  ditebar
6,64±1,18 g dengan panjang rerata 7,73±0,93 cm. Jenis dan metode pemberian pakan seperti pada percobaan sebelumnya. Hasil pembesaran ikan gabus haruan (G1) selama 7 bulan yang dipelihara pada hapa di kolam tanah lahan gambut diperoleh bobot rerata akhir  166,54±16,35 g, panjang akhir 20,82±1,16 cm, laju pertumbuhan spesifik bobot 1,53±0,19%, kelangsungan hidup 79,81±3,16%, dan konversi pakan rerata 2,06±0,15. Biomassa yang diperoleh adalah 133,5 kg.
Pada bulan April 2014 dilakukan pembesaran benih ikan gabus haruan G2 untuk mendapatkan calon induk G2. Pembesaran dilakukan di kolam tanah berukuran 8x4x1,5 m3  sebanyak 2 unit di IBILAGA Pulang Pisau. Setiap kolam ditebar sebanyak 1.000 ekor ikan, dengan bobot rerata 1,70±1,25 g dan panjang rerata 4,76±1,00 cm. Ikan diberi pakan pelet apung (protein minimal 30%, lemak




minimal 6%) dengan dosis 3-5% dari bobot bimassa dengan frekuensi pemberian

2 kali/hari. Hasil pembesaran  ikan gabus haruan G2  yang sudah berlangsung selama 5 bulan adalah bobot rerata 86,60±19,39 g, panjang rerata 17,52±1,12 cm, dan laju pertumbuhan spesifik bobot 2,62±0,10%.
Kegiatan domestikasi ikan gabus haruan telah memberikan manfaat bagi masyarakat dalam berbagai aspek teknologi, aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek lingkungan. Aspek teknologi dari pembenihan ikan gabus haruan secara alami dan semi-buatan, ditambah dengan keberhasilan adaptasi ikan gabus haruan untuk memakan pelet apung telah memicu maraknya pembudidayaan ikan gabus haruan   karena   teknologinya   mudah   untuk   diadopsi   dan   diterapkan   oleh masyarakat. Aspek ekonomi dari harga jual ikan gabus haruan yang tinggi sebagai makanan kesukaan masyarakat memberikan peluang usaha budidaya yang menguntungkan bagi masyarakat. Berdasarkan harga jual tersebut, teknologi pembenihan maupun pembesaran ikan gabus haruan dapat diatur sedemikian rupa sehingga nilai biaya produksi dapat disesuaikan untuk mencapai keuntungan semaksimal    mungkin.    Aspek    sosial    dari    usaha    budidaya    ikan    gabus haruan dapat menjadi sebuah lapangan kerja baru dan memberikan peluang usaha bagi masyarakat. Usaha budidaya ikan gabus haruan juga ikut berperan dalam mendukung ketahanan pangan di daerah, karena ketersediaan ikan gabus haruan hasil budidaya tidak tergantung dari musim seperti halnya ikan gabus haruan hasil tangkapan di alam. Selain itu, kandungan protein ikan gabus memberikan kecukupan gizi bagi masyarakat dan kandungan albumin pada ikan gabus haruan bermanfaat untuk kesehatan manusia. Aspek lingkungan dari teknologi budidaya ikan gabus haruan yang dikenalkan pada masyarakat diharapkan akan mengurangi kebiasaan masyarakat untuk menangkap ikan gabus haruan di alam dan beralih untuk melakukan usaha budidaya ikan gabus haruan. Hal ini akan mengurangi terjadinya penangkapan ikan gabus haruan di alam dan dapat menjaga kelestarian populasi ikan gabus haruan di habitatnya sehingga keseimbangan ekosistem tetap terjaga


DAFTAR PUSTAKA

BPBAT Mandiangin, 2014. Naskah Akademik Ikan Gabus (Channa StriataBloch 1793) Hasil Demostikasi.