Mengenal Ikan
Mas ( Cyprinus carpio L ).
1.
SEJARAH SINGKAT
Ikan
mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan memanjang pipih kesamping
dan lunak. Ikan mas sudah dipelihara sejak tahun 475 sebelum masehi di Cina. Di
Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920. Ikan mas yang terdapat
di Indonesia merupakan merupakan ikan mas yang dibawa dari Cina, Eropa, Taiwan
dan Jepang. Ikan mas Punten dan Majalaya merupakan hasil seleksi di Indonesia.
Sampai saat ini sudah terdapat 10 ikan mas yang dapat diidentifikasi
berdasarkan karakteristik morfologisnya.
2.
SENTRA PERIKANAN
Budidaya
ikan mas telah berkembang pesat di kolam biasa, di sawah, waduk, sungai air
deras, bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di perairan umum. Adapun sentra
produksi ikan mas adalah: Ciamis, Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung,
Cianjur, Purwakarta
3. JENIS
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Dalam ilmu taksonomi hewan, klasifikasi ikan mas adalah sebagai berikut:
Kelas : Osteichthyes
Anak kelas : Actinopterygii
Bangsa : Cypriniformes
Suku : Cyprinidae
Marga : Cyprinus
Jenis : Cyprinus carpio L.
Saat
ini ikan mas mempunyai banyak ras atau stain. Perbedaan sifat dan ciri dari ras
disebabkan oleh adanya interaksi antara genotipe dan lingkungan kolam, musim
dan cara pemeliharaan yang terlihat dari penampilan bentuk fisik, bentuk tubuh
dan warnanya. Adapun ciri-ciri dari beberapa strain ikan mas adalah sebagai
berikut:
1.
Ikan mas punten: sisik berwarna hijau
gelap; potongan badan paling pendek; bagian punggung tinggi melebar; mata agak
menonjol; gerakannya gesit; perbandingan antara panjang badan dan tinggi badan
antara 2,3:1.
2.
Ikan mas majalaya: sisik berwarna hijau
keabu-abuan dengan tepi sisik lebih gelap; punggung tinggi; badannya relatif
pendek; gerakannya lamban, bila diberi makanan suka berenang di permukaan air;
perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,2:1.
3.
Ikan mas si nyonya: sisik berwarna
kuning muda; badan relatif panjang; mata pada ikan muda tidak menonjol,
sedangkan ikan dewasa bermata sipit; gerakannya lamban, lebih suka berada di
permukaan air; perbandingan panjang badan dengan tinggi badan antara 3,6:1.
4.
Ikan mas taiwan: sisik berwarna hijau
kekuning-kuningan; badan relatif panjang; penampang punggung membulat; mata
agak menonjol; gerakan lebih gesit dan aktif; perbandingan panjang badan dengan
tinggi badan antara 3,5:1.
5.
Ikan mas koi: bentuk badan bulat panjang
dan bersisisk penuh; warna sisik bermacam-macam seperti putih, kuning, merah
menyala, atau kombinasi dari warna-warna tersebut. Beberapa ras koi adalah long
tail Indonesian carp, long tail platinm nishikigoi, platinum nishikigoi, long
tail shusui nishikigoi, shusi nishikigoi, kohaku hishikigoi, lonh tail
hishikigoi, taishusanshoku nshikigoi dan long tail taishusanshoku nishikigoi.
Dari sekian banyak strain ikan mas, di Jawa Barat ikan mas punten kurang
berkembang karena diduga orang Jawa Barat lebih menyukai ikan mas yang berbadan
relatif panjang. Ikan mas majalaya termasuk jenis unggul yang banyak
dibudidayakan.
4.
MANFAAT
1.
Sebagai sumber penyediaan protein
hewani.
2.
Sebagai ikan hias.
5.
PERSYARATAN LOKASI
1.
Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan
adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat
menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat
pematang/dinding kolam.
2.
Kemiringan tanah yang baik untuk
pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara
gravitasi.
3.
Ikan mas dapat tumbuh normal, jika
lokasi pemeliharaan berada pada ketinggian antara 150-1000 m dpl.
4.
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan mas
harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun,
dan minyak/limbah pabrik.
5.
Ikan mas dapat berkembang pesat di
kolam, sawah, kakaban, dan sungai air deras. Kolam dengan sistem pengairannya
yang mengalir sangat baik bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik ikan mas.
Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha, sedangkan untuk
pembesaran di kolam air deras debitnya 100 liter/menit/m³.
6.
Keasaman air (pH) yang baik adalah
antara 7-8.
7.
Suhu air yang baik berkisar antara
20-25°C.
6.
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
1.
Penyiapan Sarana dan Peralatan
1.
Kolam. Lokasi kolam dicari yang dekat dengan sumber air
dan bebas banjir. Kolam dibangun di lahan yang landai dengan kemiringan 2–5%
sehingga memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
1.
Kolam pemeliharaan
induk. Luas kolam tergantung jumlah induk dan
intensitas pengelolaannya. Sebagai contoh untuk 100 kg induk memerlukan kolam
seluas 500 meter persegi bila hanya mengandalkan pakan alami dan dedak.
Sedangkan bila diberi pakan pelet, maka untuk 100 kg induk memerlukan luas
150-200 meter persegi saja. Bentuk kolam sebaiknya persegi panjang dengan
dinding bisa ditembok atau kolam tanah dengan dilapisi anyaman bambu bagian
dalamnya. Pintu pemasukan air bisa dengan paralon dan dipasang sarinya,
sedangkan untuk pengeluaran air sebaiknya berbentuk monik.
2.
Kolam pemijahan. Tempat pemijahan dapat berupa kolam tanah atau bak
tembok. Ukuran/luas kolam pemijahan tergantung jumlah induk yang dipijahkan
dengan bentuk kolam empat persegi panjang. Sebagai patokan bahwa untuk 1 ekor
induk dengan berat 3 kg memerlukan luas kolam sekitar 18 m² dengan 18 buah
ijuk/kakaban. Dasar kolam dibuat miring kearah pembuangan, untuk menjamin agar
dasar kolam dapat dikeringkan. Pintu pemasukan bisa dengan pralon dan
pengeluarannya bisa juga memakai pralon (kalau ukuran kolam kecil) atau pintu
monik. Bentuk kolam penetasan pada dasarnya sama dengan kolam pemijahan dan
seringkali juga untuk penetasan menggunakan kolam pemijahan. Pada kolam
penetasan diusahakan agar air yang masuk dapat menyebar ke daerah yang ada
telurnya.
3.
Kolam pendederan. Bentuk kolam pendederan yang baik adalah segi
empat. Untuk kegiatan pendederan ini biasanya ada beberapa kolam yaitu
pendederan pertama dengan luas 25-500 m 2 dan pendederan lanjutan 500-1000 m 2
per petak. Pemasukan air bisa dengan pralon dan pengeluaran/ pembuangan dengan
pintu berbentuk monik. Dasar kolam dibuatkan kemalir (saluran dasar) dan di
dekat pintu pengeluaran dibuat kubangan. Fungsi kemalir adalah tempat
berkumpulnya benih saat panen dan kubangan untuk memudahkan penangkapan benih.
dasar kolam dibuat miring ke arah pembuangan. Petak tambahan air yang mempunyai
kekeruhan tinggi (air sungai) maka perlu dibuat bak pengendapan dan bak
penyaringan.
4.
Peralatan. Alat-alat yang biasa digunakan dalam usaha
pembenihan ikan mas diantaranya adalah: jala, waring (anco), hapa (kotak dari
jaring/kelambu untuk menampung sementara induk maupun benih), seser,
ember-ember, baskom berbagai ukuran, timbangan skala kecil (gram) dan besar
(kg), cangkul, arit, pisau serta piring secchi (secchi disc) untuk mengukur
kadar kekeruhan. Sedangkan peralatan lain yang digunakan untuk
memanen/menangkap ikan mas antara lain adalah warring / scoopnet yang halus,
ayakan panglembangan diameter 100 cm, ayakan penandean diameter 5 cm, tempat menyimpan
ikan, keramba kemplung, keramba kupyak, fish bus (untuk mengangkut ikan jarak
dekat), kekaban (untuk tempat penempelan telur yang bersifat melekat), hapa
dari kain tricote (untuk penetasan telur secara terkontrol) atau kadang-kadang
untuk penangkapan benih, ayakan penyabetan dari alumunium/bambu, oblok/delok
(untuk pengangkut benih), sirib (untuk menangkap benih ukuran 10 cm keatas),
anco/hanco (untuk menangkap ikan), lambit dari jaring nilon (untuk menangkap
ikan konsumsi), scoopnet (untuk menangkap benih ikan yang berumur satu minggu
keatas), seser (gunanya= scoopnet, tetapi ukurannya lebih besar), jaring
berbentuk segiempat (untuk menangkap induk ikan atau ikan konsumsi).
5.
Persiapan Media. Yang dimaksud dengan persiapan adalah melakukan
penyiapan media untuk pemeliharaan ikan, terutama mengenai pengeringan,
pemupukan dlsb. Dalam menyiapkan media pemeliharaan ini, yang perlu dilakukan
adalah pengeringan kolam selama beberapa hari, lalu dilakukan pengapuran untuk
memberantas hama dan ikan-ikan liar sebanyak 25-200 gram/meter persegi, diberi
pemupukan berupa pupuk buatan, yaitu urea dan TSP masing-masing dengan dosis
50-700 gram/meter persegi, bisa juga ditambahkan pupuk buatan yang berupa urea
dan TSP masing-masing dengan dosis 15 gram dan 10 gram/ meter persegi.
2.
Pembibitan
1.
Pemilihan Bibit dan
Induk. Usaha pembenihan ikan mas dapat
dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara tradisional, semi intensif dan
secara intensif. Dengan semakin meningkatnya teknologi budidaya ikan, khususnya
teknologi pembenihan maka telah dilaksanakan penggunaan induk-induk yang
berkualitas baik. Keberhasilan usaha pembenihan tidak lagi banyak bergantung
pada kondisi alam namun manusia telah banyak menemukan kemajuan diantaranya
pemijahan dengan hipofisisasi, peningkatan derajat pembuahan telur dengan
teknik pembunuhan buatan, penetasan telur secara terkontrol, pengendalian
kuantitas dan kualitas air, teknik kultur makanan alami dan pemurnian kualitas
induk ikan. Untuk peningkatan produksi benih perlu dilakukan penyeleksian terhadap
induk ikan mas.
·
Adapun ciri-ciri induk jantan dan induk
betina unggul yang sudah matang untuk dipijah adalah sebagai berikut:
1.
Betina: umur antara 1,5-2 tahun dengan
berat berkisar 2 kg/ekor; Jantan: umur minimum 8 bulan dengan berat berkisar
0,5 kg/ekor.
2.
Bentuk tubuh secar akeseluruhan mulai
dari mulut sampai ujung sirip ekor mulus, sehat, sirip tidak cacat.
3.
Tutup insan normal tidak tebal dan bila
dibuka tidak terdapat bercak putih; panjang kepala minimal 1/3 dari panjang
badan; lensa mata tampak jernih.
4.
Sisik tersusun rapih, cerah tidak kusam.
5.
Pangkal ekor kuat dan normal dengan
panjang panmgkal ekor harus lebih panjang dibandingkan lebar/tebal ekor.
·
Sedangkan ciri-ciri untuk membedakan
induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
1.
Betina
·
Badan bagian perut besar, buncit dan
lembek.
·
Gerakan lambat, pada malam hari biasanya
loncat-loncat.
·
Jika perut distriping mengeluarkan
cairan berwarna kuning.
1.
Jantan
·
Badan tampak langsing.
·
Gerakan lincah dan gesit.
·
Jika perut distriping mengeluarkan cairan
sperma berwarna putih.
1.
Sistim
Pembenihan/Pemijahan. Saat ini dikenal dua macam sistim
pemijahan pada budidaya ikan mas, yaitu:
1.
Sistim pemijahan tradisional. Dikenal
beberapa cara melakukan pemijahan secara tradisional, yaitu:
·
Cara sunda:
1.
luas kolam pemijahan 25-30 meter
persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada
pagi hari, induk dimasukan pada sore hari;
2.
disediakan injuk untuk menepelkan telur;
3.
setelah proses pemijahan selesai, ijuk
dipindah ke kolam penetasan.
·
Cara cimindi:
1.
luas kolam pemijahan 25-30 meter
persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada
pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan;
2.
disediakan injuk untuk menepelkan telur,
ijuk dijepit bambu dan diletakkan dipojok kolam dan dibatasi pematang antara
dari tanah;
3.
setelah proses pemijahan selesai induk
dipindahkan ke kolam lain;
4.
tujuh hari setelah pemijahan ijuk ini
dibuka kemudian sekitar 2-3 minggu setelah itu dapat dipanen benih-benih ikan.
·
Cara rancapaku:
1.
luas kolam pemijahan 25-30 meter
persegi, dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada
pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam
penetasan, batas pematang antara terbuat dari batu;
2.
disediakan rumput kering untuk
menepelkan telur, rumput disebar merata di seluruh permukaan air kolam dan
dibatasi pematang antara dari tanah;
3.
setelah proses pemijahan selesai induk
tetap di kolam pemijahan.;
4.
setelah benih ikan kuat maka akan
berpindah tempat melalui sela bebatuan, setelah 3 minggu maka benih dapat
dipanen.
·
Cara sumatera:
1.
luas kolam pemijahan 5 meter persegi,
dasar kolam sedikit berlumpur, kolam dikeringkan lalu diisi air pada pagi hari,
induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan merupakan kolam penetasan;
2.
disediakan injuk untuk menepelkan telur,
ijuk ditebar di permukaan air;
3.
setelah proses pemijahan selesai induk
dipindahkan ke kolam lain;
4.
setelah benih berumur 5 hari lalu
pindahkan ke kolam pendederan.
·
Cara dubish:
1.
luas kolam pemijahan 25-50 meter
persegi, dibuat parit keliling dengan lebar 60 cm dalam 35 cm, kolam dikeringkan
lalu diisi air pada pagi hari, induk dimasukan pada sore hari; kolam pemijahan
merupakan kolam penetasan;
2.
sebagai media penempel telur digunakan
tanaman hidup seperti Cynodon dactylon setinggi 40 cm;
3.
setelah proses pemijahan selesai induk
dipindahkan ke kolam lain;
4.
setelah benih berumur 5 hari lalu
pindahkan ke kolam pendederan.
·
Cara hofer:
1.
sama seperti cara dubish hanya tidak ada
parit dan tanaman Cynodon dactylon dipasang di depan pintu pemasukan air.
2.
Sistim kawin suntik
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.
Pada sisitim ini induk baik jantan maupun betina yang matang bertelur dirangsang untuk memijah setelah penyuntikan ekstrak kelenjar hyphofise ke dalam tubuh ikan. Kelenjar hyphofise diperoleh dari kepala ikan donor (berada dilekukan tulang tengkorak di bawah otak besar). Setelah suntikan dilakukan dua kali, dalam tempo 6 jam induk akan terangsang melakukan pemijahan. Sistim ini memerlukan biaya yang tinggi, sarana yang lengkap dan perawatan yang intensif.
3.
Pembenihan/Pemijahan. Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pemijahan ikan mas:
1.
Dasar kolam tidak berlumpur, tidak
bercadas.
2.
Air tidak terlalu keruh; kadar oksigen
dalam air cukup; debit air cukup; dan suhu berkisar 25 derajat C.
3.
Diperlukan bahan penempel telur seperti
ijuk atau tanaman air.
4.
Jumlah induk yang disebar tergantung
dari luas kolam, sebagai patokan seekor induk berat 1 kg memerlukan kolam
seluas 5 meter persegi.
5.
Pemberian makanan dengan kandungan
protein 25%. Untuk pellet diberikan secara teratur 2 kali sehari (pagi dan sore
hari) dengan takaran 2-4% dari jumlah berat induk ikan.
6.
Pemeliharaan Bibit/Pendederan
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan. Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
Pendederan atau pemeliharaan anak ikan mas dilakukan setelah telur-telur hasil pemijahan menetas. Kegiatan ini dilakukan pada kolam pendederan (luas 200-500 meter persegi) yang sudah siap menerima anak ikan dimana kolam tersebut dikeringkan terlebih dahulu serta dibersihkan dari ikan-ikan liar. Kolam diberi kapur dan dipupuk sesuai ketentuan. Begitu pula dengan pemberian pakan untuk bibit diseuaikan dengan ketentuan. Pendederan ikan mas dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1.
Tahap I: umur benih yang disebar sekitar
5-7 hari(ukuran1-1,5 cm); jumlah benih yang disebar=100-200 ekor/meter persegi;
lama pemeliharaan 1 bulan; ukuran benih menjadi 2-3 cm.
2.
Tahap II: umur benih setelah tahap I
selesai; jumlah benih yang disebar=50-75 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan
1 bulan; ukuran benih menjadi 3-5 cm.
3.
Tahap III: umur benih setelah tahap II
selesai; jumlah benih yang disebar=25-50 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan
1 bulan; ukuran benih menjadi 5-8 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak
halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
4.
Tahap IV: umur benih setelah tahap III
selesai; jumlah benih yang disebar=3-5 ekor/meter persegi; lama pemeliharaan 1
bulan; ukuran benih menjadi 8-12 cm; perlu penambahan makanan berupa dedak
halus 3-5% dari jumlah bobot benih.
5.
Perlakuan dan
Perawatan Bibit.Apabila benih belum mencapai ukuran 100
gram, maka benih diberi pakan pelet 2 mm sebanyak 3 kali bobot total benih yang
diberikan 4 kali sehari selama 3 minggu.
4.
Pemeliharaan
Pembesaran. Pemeliharaan pembesaran dapat
dilakukan secara polikultur maupun monokultur.
1.
Polikultur
1.
ikan mas 50%, ikan tawes 20%, dan mujair
30%, atau
2.
ikan mas 50%, ikan gurame 20% dan ikan
mujair 30%.
3.
Monokultur. Pemeliharaan sistem ini merupakan pemeliharaan
terbaik dibandingkan dengan polikultur dan pada sistem ini dilakukan pemisahan
antara induk jantan dan betina.
1.
Pemupukan.Pemupukan dengan kotoran kandang (ayam) sebanyak
250-500 gram/m 2 , TSP 10 gram/m 2 , Urea 10 gram/m 2 , kapur 25-100 gram/m 2 .
Setelah itu kolam diisi air 39-40 cm. Biarkan 5-7 hari. Dua hari setelah
pengisian air, kolam disemprot dengan insektisida organophosphat seperti
Sumithion 60 EC, Basudin 60 EC dengan dosis 2-4 ppm. Tujuannya untuk
memberantas serangga dan udang-udangan yang memangsa rotifera. Setelah 7 hari
kemudian, air ditinggikan sekitar 60 cm. Padat penebaran ikan tergantung
pemeliharaannya. Jika hanya mengandalkan pakan alami dan dedak, maka padat
penebaran adalah 100-200 ekor/m 2 , sedangkan bila diberi pakan pellet, maka
penebaran adalah 300-400 ekor/m 2 (benih lepas hapa). Penebaran dilakukan pada
pagi/sore hari saat suhu rendah.
2.
Pemberian Pakan. Dalam pembenihan secara intensif biasanya diutamakan
pemberian pakan buatan. Pakan yang berkualitas baik mengandung zat-zat makanan
yang cukup, yaitu protein yang mengandung asam amino esensial, karbohidrat,
lemak, vitamin dan mineral. Perawatan larva dalam hapa sekitar 4-5 hari.
Setelah larva tidak menempel pada kakaban (3-4 hari kemudian) kakaban diangkat
dan dibersihkan. Pemberian pakan untuk larva, 1 butir kuning telur rebus untuk
100.000 ekor/hari. Caranya kuning telur dibuat suspensi (1/4 liter air untuk 1
butir), kuning telur diremas dalam kain kemudian diberikan pada benih,
perawatan 5-7 hari.
3.
Pemeliharaan
Kolam/Tambak. Dalam hal pemeliharaan ikan mas yang
tidak boleh terabaikan adalah menjaga kondisi perairan agar kualitas air cukup
stabil dan bersih serta tidak tercemari/ teracuni oleh zat beracun.
7.
HAMA DAN PENYAKIT
1.
Hama
1.
Bebeasan (Notonecta). Berbahaya bagi benih karena sengatannya.
Pengendalian: menuangkan minyak tanah ke permukaan air 500 cc/100 meter
persegi.
2.
Ucrit (Larva
cybister). Menjepit badan ikan dengan taringnya
hingga robek. Pengendalian: sulit diberantas; hindari bahan organik menumpuk di
sekitar kolam.
3.
Kodok. Makan telur telur ikan. Pengendalian: sering
membuang telur yang mengapung; menagkap dan membuang hidup-hidup.
4.
Ular. Menyerang benih dan ikan kecil. Pengendalian:
lakukan penangkapan; pemagaran kolam.
5.
Lingsang. Memakan ikan pada malam hari. Pengendalian:pasang
jebakan berumpun.
6.
Burung. Memakan benih yang berwarna menyala seperti merah,
kuning. Pengendalian: diberi penghalang bambu agar supaya sulit menerkam;
diberi rumbai-rumbai atau tali penghalang.
7.
Ikan gabus. Memangsa ikan kecil. Pengendalian:pintu masukan air
diberi saringan atau dibuat bak filter.
8.
Belut dan kepiting. Pengendalian: lakukan penangkapan.
2.
Penyakit
1.
Bintik merah (White
spot). Gejala: pada bagian tubuh (kepala,
insang, sirip) tampak bintik-bintik putih, pada infeksi berat terlihat jelas
lapisan putih, menggosok-gosokkan badannya pada benda yang ada disekitarnya dan
berenang sangat lemah serta sering muncul di permukaan air. Pengendalian:
direndam dalam larutan Methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air) larutan ini
diambil 2-4 cc dicampur 4 liter air selama 24 jam dan Direndam dalam garam
dapur NaCl selama 10 menit, dosis 1-3 gram/100 cc air.
2.
Bengkak insang dan badan (
Myxosporesis). Gejala: tutup insang selalu terbuka oleh bintik kemerahan,
bagian punggung terjadi pendarahan. Pengendalian; pengeringan kolam secara
total, ditabur kapur tohon 200 gram/m 2 , biarkan selama 1-2 minggu.
3.
Cacing insang, sirip, kulit
(Dactypogyrus dan girodactylogyrus)
Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi pendarahan dan menebal pada insang.
Pengendalian:
Gejala: ikan tampak kurus, sisik kusam, sirip ekor kadang-kadang rontok, ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras disekitarnya, terjadi pendarahan dan menebal pada insang.
Pengendalian:
1.
direndan dalam larutan formalin 250
gram/m3 selama 15 menit dan direndam dalam Methylene blue 3 gram/m3 selama 24
jam;
2.
hindari penebaran ikan yang berlebihan.
3.
Kutu ikan (argulosis). Gejala: benih dan induk menjadi kurus, karena
dihisap darahnya. Bagian kulit, sirip dan insang terlihat jelas adanya bercak
merah (hemorrtage).
Pengendalian:
Pengendalian:
1.
ikan yang terinfeksi direndan dalam
garam dapur 20 gram/liter air selama 15 menit dan direndam larutan PK 10 ppm
(10 ml/m3) selama 30 menit;
2.
dengan pengeringan kolam hingga
retak-retak.
3.
Jamur
(Saprolegniasis).Menyerang bagian kepala, tutup insang,
sirip dan bagian yang lainnya. Gejala:tubuh yang diserang tampak
seperti kapas. Telur yang terserang jamur, terlihat benang halus seperti
kapas. Pengendalian:direndam dalam larutan Malactile green oxalat
(MGO) dosis 3 gram/m3 selama 30 menit; telur yang terserang direndam dengan MGO
2-3 gram/m3 selama 1 jam.
4.
Gatal (Trichodiniasis). Menyerang benih
ikan. Gejala:gerakan lamban; suka menggosok-gosokan badan
pada sisi kolam/aquarium. Pengendalian:rendam selam 15 menit dalam
larutan formalin 150-200 ppm.
5.
Bakteri psedomonas
flurescens.Penyakit yang sangat ganas. Gejala:pendarahan
dan bobok pada kulit; sirip ekor terkikis. Pengendalian:pemberian
pakan yang dicampur oxytetracycline 25-30 mg/kg ikan atau sulafamerazine
200mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
6.
Bakteri aeromonas
punctata. Penyakit yang sangat ganas. Gejala:warna
badan suram, tidak cerah; kulit kesat dan melepuh; cara bernafas mengap-mengap;
kantong empedu gembung; pendarahan dalam organ hati dan ginjal. Pengendalian:penyuntikan
chloramphenicol 10-15 mg/kg ikan atau streptomycin 80-100 mg/kg ikan; pakan
dicampur terramicine 50 mg/kg ikan selama 7 hari berturut-turut.
Secara
umum hal-hal yang dilakukan untuk dapat mencegah timbulnya penyakit dan hama
pada budidaya ikan mas:
1.
Pengeringan dasar kolam secara teratur
setiap selesai panen.
2.
Pemeliharaan ikan yang benar-benar bebas
penyakit.
3.
Hindari penebaran ikan secara berlebihan
melebihi kapasitas.
4.
Sistem pemasukan air yang ideal adalah
paralel, tiap kolam diberi satu pintu pemasukan air.
5.
Pemberian pakan cukup, baik kualitas
maupun kuantitasnya.
6.
Penanganan saat panen atau pemindahan
benih hendaknya dilakukan secara hati-hati dan benar.
7.
Binatang seperti burung, siput, ikan
seribu (lebistus reticulatus peters) sebagai pembawa penyakit jangan dibiarkan
masuk ke areal perkolaman.
8.
PANEN
1.
Pemanenan Benih. Sebelum dilakukan pemanenan benih ikan, terlebih
dahulu dipersiapkan alat-alat tangkap dan sarana perlengkapannya. Beberapa alat
tangkap dan sarana yang disiapkan diantaranya keramba, ember biasa, ember
lebar, seser halus sebagai alat tangkap benih, jaring atau hapa sebagai
penyimpanan benih sementara, saringan yang digunakan untuk mengeluarkan air
dari kolam agar benih ikan tidak terbawa arus, dan bak-bak penampungan yang
berisi air bersih untuk penyimpanan benih hasil panen. Panen benih ikan dimulai
pagi-pagi, yaitu antara jam 04.00–05.00 pagi dan sebaiknya berakhir tidak lebih
dari jam 09.00 pagi. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terik matahari yang
dapat mengganggu benih ikan kesehatan tersebut. Pemanenan dilakukan mula-mula
dengan menyurutkan air kolam pendederan sekitar pkul 04.00 atau 05.00 pagi
secara perlahan-lahan agar ikan tidak stres akibat tekanan air yang berubah
secara mendadak. Setelah air surut benih mulai ditangkap dengan seser halus
atau jaring dan ditampung dalam ember atau keramba. Benih dapat dipanen setelah
dipelihara selama 21 hari. Panenan yang dapat diperoleh dapat mencapai 70-80%
dengan ukuran benih antara 8-12 cm.
2.
Cara Perhitungan. Benih Untuk mengetahui benih ikan hasil panenan yang
disimpan dalam bak penyimpanan maka sebelum dijual, terlebih dahulu dihitung
jumlahnya. Cara menghitung benih umumnya dengan memakai takaran, yaitu dengan
menggunakan sendok untuk larva dan kebul, cawan untuk menghitung putihan, dan
dihitung per ekor untuk benih ukuran glondongan. Penghitungan benih biasanya
dengan cara:
1.
Penghitungan dengan sendok.
2.
Penghitungan dengan mangkok.
3.
Pembersihan. Pada umumnya, dasar kolam pendederan sudah dirancang
miring dan ada saluran di tengah kolam, selain itu pada dasar kolam tersebut
ada bagian yang lebih dalam dengan ukuran 1-2 meter persegi sehingga ketika air
menyurut, maka benih ikan akan mengumpul di bagian kolam yang dalam tersebut.
Benih ikan lalu ditangkap sampai habis dan tidak ada yang ketinggalan dalam
kolam. Benih ikan tersebut semuanya disimpan dalam bak-bak penampungan yang
telah disiapkan.
4.
Pemanenan Hasil
Pembesaran. Untuk menangkap/memanen ikan hasil
pembesaran umumnya dilakukan panen total. Umur ikan mas yang dipanen berkisar
antara 3-4 bulan dengan berat berkisar antara 400-600 gram/ekor. Panen total
dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10-20
cm. Petak pemanenan / petak penangkapan dibuat seluas 2 meter persegi di depan
pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dalam penangkapan ikan.
Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan
waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati
untuk menghindari lukanya ikan.
9.
PASCAPANEN
Penanganan
pascapanen ikan mas dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun
ikan segar.
1.
Penanganan ikan hidup. Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal
harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan
tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
1.
Dalam pengangkutan gunakan air yang
bersuhu rendah sekitar 20 derajat C.
2.
Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi
hari atau sore hari.
3.
Jumlah kepadatan ikan dalam alat
pengangkutan tidak terlalu padat.
2.
Penanganan ikan segar. Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun
kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara
lain:
1.
Penangkapan harus dilakukan hati-hati
agar ikan-ikan tidak luka.
2.
Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar
bersih dan lendir.
3.
Wadah pengangkut harus bersih dan
tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan
keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak
jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg
dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
4.
Ikan diletakkan di dalam wadah yang
diberi es dengan suhu 6-7 derajat C. Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es
curai) dengan erbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es
setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm,
lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak
diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.
3.
Sedangkan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pananganan benih adalah sebagai berikut:
1.
Benih ikan harus dipilih yang sehat
yaitu bebas dari penyakit, parasit dan tidak cacat. Setelah itu, benih ikan baru
dimasukkan ke dalam kantong plastik (sistem tertutup) atau keramba (sistem
terbuka).
2.
Air yang dipakai media pengangkutan
harus bersih, sehat, bebas hama dan penyakit serta bahan organik lainya.
Sebagai contoh dapat digunakan air sumur yang telah diaerasi semalam.
3.
Sebelum diangkut benih ikan harus
diberok dahulu selama beberapa hari. Gunakan tempat pemberokan berupa bak yang
berisi air bersih dan dengan aerasi yang baik. Bak pemberokan dapat dibuat
dengan ukuran 1 m x 1 m atau 2 m x 0,5 m. Dengan ukuran tersebut, bak
pemberokan dapat menampung benih ikan mas sejumlah 5000–6000 ekor dengan ukuran
3-5 cm. Jumlah benih dalam pemberokan harus disesuaikan dengan ukuran benihnya.
4.
Berdasarkan lama/jarak pengiriman,
sistem pengangkutan benih terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
·
Sistem terbuka. Dilakukan untuk mengangkut benih dalam jarak dekat
atau tidak memerlukan waktu yang lama. Alat pengangkut berupa keramba. Setiap
keramba dapat diisi air bersih 15 liter dan dapat untuk mengangkut sekitar 5000
ekor benih ukuran 3-5 cm.
·
Sistem tertutup. Dilakukan untuk pengangkutan benih jarak jauh yang
memerlukan waktu lebih dari 4-5 jam, menggunakan kantong plastik. Volume media
pengangkutan terdiri dari air bersih 5 liter yang diberi buffer Na2(hpo)4.H2O
sebanyak 9 gram.
Cara
pengemasan benih ikan yang diangkut dengan kantong plastik:
1.
masukkan air bersih ke dalam kantong
plastik kemudian benih;
2.
hilangkan udara dengan menekan kantong
plastik ke permukaan air;
3.
alirkan oksigen dari tabung dialirkan ke
kantong plastik sebanyak 2/3 volume keseluruhan rongga (air:oksigen=1:2);
4.
kantong plastik lalu diikat.
5.
kantong plastik dimasukkan ke dalam dos
dengan posisi membujur atau ditidurkan. Dos yang berukuran panjang 0,50 m,
lebar 0,35 m, dan tinggi 0,50 m dapat diisi 2 buah kantong plastik.
Beberapa
hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah
sebagai berikut:
1.
Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam
waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
2.
Buka kantong plastik, tambahkan air
bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan
suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
3.
Pindahkan benih ikan ke waskom yang
berisi larutan tetrasiklin selama 1- 2 menit.
4.
Masukan benih ikan ke dalam bak
pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain
itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari
berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4
sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
5.
Setelah 1 minggu dikarantina, tebar
benih ikan di kolam budidaya.
10.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
1.
Analisis Usaha
Budidaya. Analisis budidaya ikan mas koki
dengan luas lahan 70 m 2 (kapasitas 1000 ekor) selama 7 bulan pada tahun 1999
di daerah Jawa Barat.
1.
Biaya produksi
1.
Sewa dan pembuatan kolam Rp. 1.500.000,-
2.
Benih ikan 1.000 ekor, @ Rp.100,-
Rp. 100.000,-
3.
Pakan
·
Cacing rambut 150 kg @ Rp. 1.500,- Rp.
225.000,-
·
Pelet udang 10 kg @ Rp. 9.500,- Rp.
95.000,-
·
Tepung jagung 50 kg @ Rp. 1.500,- Rp.
75.000,-
·
Ganti air 7 bulan x 4 x2 @ Rp. 5.000,-
Rp. 140.000,-
·
Tenaga kerja 28 minggu @ Rp.10.000,-
Rp. 280.000,-
·
Obat-oabatan Rp. 10.000,-
1.
Peralatan Rp. 50.000,-
2.
Lain-lain Rp. 150.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.625.000,-
Jumlah biaya produksi Rp. 2.625.000,-
3.
Pendapatan
1.
Panen I (2 bulan) 400 ekor @ Rp.1.000,-
Rp. 400.000,-
2.
Panen II (4 bulan) 250 ekor @ Rp.
3.000,- Rp. 750.000,-
3.
Panen III ( 2 bulan) 250 ekor @ Rp.
10.000,- Rp. 2.500.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 3.650.000,-
Jumlah pendapatan Rp. 3.650.000,-
4.
Keuntungan dalam 7 bulan Rp. 1.025.000,-
–> Keuntungan per bulan Rp. 146.425,-
5.
Parameter kelayakan usaha : B/C ratio
1,39
4.
Gambaran Peluang
Agribisnis. Dengan adanya luas perairan umum
di Indonesia yang terdiri dari sungai, rawa, danau alam dan buatan seluas
hampir mendekati 13 juta ha merupakan potensi alam yang sangat baik bagi
pengembangan usaha perikanan di Indonesia. Disamping itu banyak potensi
pendukung lainnya yang dilaksanakan oleh pemerintah dan swasta dalam hal
permodalan, program penelitian dalam hal pembenihan, penanganan penyakit dan
hama dan penanganan pasca panen, penanganan budidaya serta adanya kemudahan
dalam hal periizinan import. Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan
ikan mas dan ikan air tawar lainnya selalu mengalami pasang surut, namun
dilihat dari jumlah hasil penjualan secara rata-rata selalu mengalami kenaikan
dari tahun ke tahun. Apabila pasaran lokal ikan mas mengalami kelesuan, maka
akan sangat berpengaruh terhadap harga jual baik di tingkat petani maupun di
tingkat grosir di pasar ikan. Selain itu penjualan benih ikan mas boleh
dikatakan hampir tak ada masalah, prospeknya cukup baik. Selain adanya potensi
pendukung dan faktor permintaan komoditi perikanan untuk pasaran lokal, maka
sektor perikanan merupakan salah satu peluang usaha bisnis yang cerah.
11.
DAFTAR PUSTAKA
1.
DAMANA, Rahman. 1990. Pembenihan Ikan
Mas Secara Intensif dalam Sinar Tani. 2 ,Juni 1990 hal. 2
2.
GUNAWAN. Mengenal Cara Pemijahan Ikan
Mas dalam Sinar Tani. 27 Agustus 1988 hal. 5
3.
RUKMANA, Rahmat. 1991. Budidaya Ikan
Mas, Untungnya Bagai Menabung Emas dalam Sinar Tani. 13 Februari 1991 hal. 5
4.
RUKMANA, Rahmat. 1992. Prospek Usaha
Ikan Mas Menggiurkan Dan Menguntungkan dalam Suara Karya. 18 Februari 1992 hal.
7
5.
SANTOSO, Budi. 1993. Petunjuk praktis :
Budidaya ikan mas. Yogyakarta : Kanisius.
6.
SUMANTADINATA, Komar. 1981.
Pengembangbiakan ikan-ikan peliharaan di Indonesia. Jakarta : Sastra Hudaya.
7.
SUSENO, Djoko. 1999. Pengelolaan usaha
pembenihan ikan mas, cet. :7. Jakarta : Penebar Swadaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar