Akuaponik, Metode Budidaya Ikan yang Ramah Lingkungan
Sistem akuaponik merupakan sistem tanam yang menggabungkan budidaya ikan dengan budi daya tanaman secara
hidroponik. Meskipun demikian hanya sedikit orang yang tahu bagaimana sistem
ini ditemukan dan bagaimana sistem ini digunakan .
Sejarah akuaponik dimulai
dari benua Asia dan Amerika Selatan. Diketahui bahwa sistem ini dimulai sejak
peradaban suku Aztec kuno yang berdiam di Amerika Selatan. Pada saat itu mereka
memiliki gagasan untuk membuat pulau dari tanah lumpur yang dialiri oleh air
kanal dimana ikan hidup. Air dan nutrisi yang ada pada air kanal digunakan
untuk mengairi tanaman yang ditanam pada pulau buatan tersebut. Tidak hanya di
Amerika Selatan, masyarakat China kuno sudah terbiasa dengan sistem akuaponik
sederhana meskipun pada saat itu istilah ini belum ditemukan. Mereka berternak
bebek diatas kolam ikan dan air kolam ikan tersebut selanjutnya akan digunakan untuk
mengaliri sawah dan kebun sayuran yang mereka tanam.
Dari sistem akuaponik sederhana
tersebut selanjutnyapara peneliti dibidang pertanian dan imu pengetahuan mulai
meneliti tentang sistem tanam ini. Beberapa penelitian yang tercatat antara
lain sebagai berikut :
· Pada tahun 1969, ilmuwan
Amerika yakni John todd dan nancy mendirikan sebuah institut yang kemudian
memprakarsai pembangunan sebuah sistem tanam yang disebut dengan sistem Ark.
Institut yang mereka dirikan yakni Alchemy institut selanjutnya terus melakukan
penelitian yang menyangkut budidaya ikan dan sayuran terutama yang membutuhkan
tenaga atau pasokan listrik secara kontinyu. Mereka juga membangun sistem panel
listrik yang digunakan penerangan dan kebutuhan budidaya ikan serta tanaman.
· Pada tahun 1971 seorang
peneliti dari Universitas Virgin island Menemukan kesulitan dalam menanam
sayuran dan membudidayakan ikan di sebuah pulau yakni pulau Semiarid yang ada
di negara Australia dan selanjutnya ia mengembangkan suatu penelitian tentang
teknik menanam keduanya secara sekaligus. Penelitian ini lah yang menjadi dasar
sistem akuaponik komersil yang saat ini banyak digunakan oleh petani yang
membudidayakan ikan sekaligus sayuran. Meskipun upaya peneliti dalam
mengembangkan sistem ini masih banyak menemui kendala, peneliti menemukan bahwa
unsur organik yang ditemukan dalam pertanian ini ramah lingkungan dan lebih
hemat energi. Karena hal tersebut maka sistem akuaponik cocok disebut sebagai
pertanian organik yang menggunakan green technology.
· Pada tahun 1980, seorang
mahasiswa dari Universitas North Carolina, mark Mc Murtry dan gurunya Profesor
Doug sanders memulai pbangunan sistem akuaponik mereka yang dikenal dengan
sistem akuaponik loop. Mereka menanam tanaman seperti tomat dan mentimun
kemudian membudidayakan ikan dalam kolam. Air dalam tangki yang digunakan untuk
menampung ikan selanjutnya digunakan untuk mengairi tanaman yang ditanam pada
media pasir. Media tanam pasir ini bertindak sebagai media penyaring atau
biofilter air yang selanjutnya akan dikembalikan pada tangki ikan. Prinsip
sirkulasi inilah yang kemudian menjadi dasar pertanian akuaponik saat ini.
· Pada tahun 1990an, dua orang
petani yakni Paula Speraneo dan rekannya Missouri Tom berhasil membangun sistem
akuaponik yang lebih efektif dan yang digunakan untuk skala rumah tangga atau
skala akuaponik kecil saat ini. Mereka menggunakan media tanam berupa kerikil
dan dibawah tanaman yang mereka tanam, ada tangki yang berisi ikan nila yang
airnya dialirkan untuk mengairi tanaman tersebut.Seringkali ketidaktahuan atau ketidakpedulian manusia
mengakibatkan efek yang tidak terbayangkan. Satu tindakan kecil yang kita
lakukan bisa saja berdampak besar terhadap lingkungan, bahkan terkadang
mencengangkan. Baru-baru ini Amerika Serikat gempar dengan penemuan ikan mas
raksasa dengan panjang sekitar 45 cm dan berat 1,9 kg di danau Tahoe, Sierra
Nevada. Padahal kebanyakan ikan mas dewasa biasanya hanya berukuran sekitar 15
sampai 20 cm. Ternyata tak hanya satu, ada sekitar 15 ekor ikan mas lainnya
yang ditemukan di sana. Selain itu, ditemukan pula spesies ikan lain yang bukan
merupakan habitat asli danau tersebut.
Meskipun belum ada
penelitian yang membuktikan, menurut peneliti dari University of Nevada, Dr.
Sudeep Chandra, keberadaan ikan mas yang bukan merupakan penghuni asli
danau dikhawatirkan dapat mengancam kelangsungan hidup spesies/ikan asli. Hal
ini dikarenakan terjadi persaingan dalam memperoleh makanan. Bagaimana bisa?
Untuk lebih gampangnya
begini. Anggaplah danau tersebut sebagai rumah yang sudah berpenghuni. Lalu
datanglah spesies asing, yakni ikan mas sebagai penghuni baru. Adanya penghuni
baru berarti ada persaingan baru. Persaingan atas daerah kekuasaan dan tentunya
makanan. Kemudian penghuni baru yang lain datang lagi dan datang lagi, begitu
seterusnya. Persaingan bertambah sengit, penghuni asli mulai terjepit
keberadaannya. Penghuni-penghuni baru ini tumbuh besar dan kemudian
beranak-pinak, alhasil penghuni di rumah itu semakin banyak. Persaingan semakin
bertambah pelik. Penghuni asli semakin tergeser dan lama kelamaan punah. Inilah
yang menjadi kekhawatiran para peneliti.
Kekhawatiran lain
muncul ketika kotoran ikan mas yang penuh nutrisi dapat memicu lumut dan ganggang
tumbuh dengan subur, yang pada akhirnya akan membuat air yang semula jernih
berubah menjadi keruh. Kualitas air yang buruk akan berdampak pada kesehatan
ratusan ikan asli yang berhasil selamat dari “serbuan” ikan mas. Untuk itu
penelitian lebih lanjut sangat diperlukan.
Bagaimana ikan mas itu
bisa berada di danau? Meskipun belum ada bukti yang menguatkan, tapi
kemungkinan besar ikan mas tersebut merupakan hasil buangan dari akuarium.
Seperti yang telah diungkapkan di atas, tindakan yang terbilang kecil seperti
membuang isi akuarium ke danau bisa jadi berdampak besar bagi lingkungan di
sekitarnya. Mungkin saja kita bermaksud menyelamatkan satu ikan, tapi ternyata
keberadaan satu ikan itu bisa mengganggu ratusan ikan lain yang ada di
dalamnya.
Lalu bagaimana cara
yang tepat untuk membuang isi akuarium? Kalaupun Anda bosan dengan ikan
tersebut, Anda bisa memberikannya ke tetangga atau saudara yang
menginginkannya. Alternatif lainnya, Anda bisa menjualnya kembali ke pasar ikan
hias. Namun, jangan sekali-kali Anda membuangnya ke danau atau sungai. Jika
alasannya malas karena setiap minggu harus menguras akuarium atau kolam, jangan
khawatir, berikut ada trik yang pastinya membuat Anda senang dan ikan-ikan pun
bahagia, yaitu dengan akuaponik.
Apa itu akuaponik?
Akuaponik adalah teknik gabungan antara bertanam
secara hidroponik dengan memelihara atau beternak ikan (akuakultur). Seperti
kita ketahui bahwa, ketika kita memelihara ikan, jika kotoran yang menumpuk
tidak segera dibersihkan dikhawatirkan akan meracuni ikan itu sendiri. Jadi
secara rutin airnya harus dibuang dan diganti dengan yang baru. Sama halnya
dengan bertanam secara hidroponik, air yang tidak segera diganti, lama kelamaan
akan membuat akar membusuk dan nantinya dapat menyebabkan tanaman mati. Dengan
semakin menipisnya persediaan air bersih di bumi, tindakan ini bisa jadi
pemborosan.
Menurut para peneliti
dari Auburn University, ikan hanya mengambil 40-50% gizi dari makanan, sisanya
dibuang bersama kotoran. Nah, kotoran ikan ini ternyata dapat menjadi pupuk
alami yang dapat menyuburkan tanaman. Jadi prinsip dasar dari akuaponik adalah menggunakan
kotoran dan sisa makanan ikan menjadi pupuk bagi tanaman sekaligus menjernihkan
air kolam ikan.
Untuk membuat sistem
akuaponik rumahan tidaklah serumit yang dibayangkan, Anda cukup menyiapkan
alat-alat sebagai berikut:
1. Akuarium
kaca atau wadah lain seperti ember atau tong untuk memelihara ikan
2. Wadah
untuk media tanam; isi dengan kerikil atau expanded clay dan
lubangi bagian bawahnya
3. Pompa:
membantu mengalirkan air dari akuarium ke media tanam
4. Selang
penghubung untuk menghubungkan kedua wadah
Cara kerjanya seperti ini, kotoran dan sisa makanan
ikan berubah menjadi amonia dibawa oleh air naik menuju media tanam melalui
selang penghubung. Oleh bakteri, amonia akan diubah menjadi nitrat dan seperti
kita ketahui bahwa nitrat adalah salah satu unsur yang diperlukan tanaman untuk
tumbuh. Melalui transfer tersebut, tanaman di wadah atas akan dapat menyerap
nitrat dari air yang membawa kotoran tadi. Setelah tanaman menyerap zat
yang diperlukan, air tadi akan kembali tersaring oleh kerikil dan tanaman
sehingga air kembali bersih dan terbebas dari amonia. Sementara itu, Anda tak
perlu repot-repot menguras akuarium, karena sudah bersih dengan sendirinya,
Anda bisa juga memanen hasil sayuran yang ada. Sekali merengkuh dayung dua tiga
pulau terlampaui, enak bukan?
Sebenarnya menjaga lingkungan tidak sesulit yang
dibayangkan. Banyak sekali metode alternatif ramah lingkungan yang dapat
diterapkan di kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan akuaponik. Meskipun
ini hanya terbilang kecil dan mulai dari diri sendiri setidaknya kita sudah
turut serta membantu menjaga lingkungan. Bumi tempat kita berpijak sudah
semakin tua, jika bukan kita yang menjaganya, lalu siapa lagi?
Sumber :
http://ilmualambercak.blogspot.com/2013/05/akuaponik-metode-budidaya-ikan-yang.htm
http://sugiartinani25.blogspot.com/2018/08/akuaponik-metode-budidaya-ikan-yang.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar