Minggu, 14 April 2019

Akuaponik, Metode budidayaa ikan yang ramah lingkungan





Akuaponik, Metode Budidaya Ikan yang Ramah Lingkungan




Sistem akuaponik merupakan sistem tanam yang menggabungkan budidaya ikan dengan budi daya tanaman secara hidroponik. Meskipun demikian hanya sedikit orang yang tahu bagaimana sistem ini ditemukan dan bagaimana sistem ini digunakan .
Sejarah akuaponik dimulai dari benua Asia dan Amerika Selatan. Diketahui bahwa sistem ini dimulai sejak peradaban suku Aztec kuno yang berdiam di Amerika Selatan. Pada saat itu mereka memiliki gagasan untuk membuat pulau dari tanah lumpur yang dialiri oleh air kanal dimana ikan hidup. Air dan nutrisi yang ada pada air kanal digunakan untuk mengairi tanaman yang ditanam pada pulau buatan tersebut. Tidak hanya di Amerika Selatan, masyarakat China kuno sudah terbiasa dengan sistem akuaponik sederhana meskipun pada saat itu istilah ini belum ditemukan. Mereka berternak bebek diatas kolam ikan dan air kolam ikan tersebut selanjutnya akan digunakan untuk mengaliri sawah dan kebun sayuran yang mereka tanam.
Dari sistem akuaponik sederhana tersebut selanjutnyapara peneliti dibidang pertanian dan imu pengetahuan mulai meneliti tentang sistem tanam ini. Beberapa penelitian yang tercatat antara lain sebagai berikut :
·         Pada tahun 1969, ilmuwan Amerika yakni John todd dan nancy mendirikan sebuah institut yang kemudian memprakarsai pembangunan sebuah sistem tanam yang disebut dengan sistem Ark. Institut yang mereka dirikan yakni Alchemy institut selanjutnya terus melakukan penelitian yang menyangkut budidaya ikan dan sayuran terutama yang membutuhkan tenaga atau pasokan listrik secara kontinyu. Mereka juga membangun sistem panel listrik yang digunakan penerangan dan kebutuhan budidaya ikan serta tanaman.
·         Pada tahun 1971 seorang peneliti dari Universitas Virgin island Menemukan kesulitan dalam menanam sayuran dan membudidayakan ikan di sebuah pulau yakni pulau Semiarid yang ada di negara Australia dan selanjutnya ia mengembangkan suatu penelitian tentang teknik menanam keduanya secara sekaligus. Penelitian ini lah yang menjadi dasar sistem akuaponik komersil yang saat ini banyak digunakan oleh petani yang membudidayakan ikan sekaligus sayuran. Meskipun upaya peneliti dalam mengembangkan sistem ini masih banyak menemui kendala, peneliti menemukan bahwa unsur organik yang ditemukan dalam pertanian ini ramah lingkungan dan lebih hemat energi. Karena hal tersebut maka sistem akuaponik cocok disebut sebagai pertanian organik yang menggunakan green technology.
·         Pada tahun 1980, seorang mahasiswa dari Universitas North Carolina, mark Mc Murtry dan gurunya Profesor Doug sanders memulai pbangunan sistem akuaponik mereka yang dikenal dengan sistem akuaponik loop. Mereka menanam tanaman seperti tomat dan mentimun kemudian membudidayakan ikan dalam kolam. Air dalam tangki yang digunakan untuk menampung ikan selanjutnya digunakan untuk mengairi tanaman yang ditanam pada media pasir. Media tanam pasir ini bertindak sebagai media penyaring atau biofilter air yang selanjutnya akan dikembalikan pada tangki ikan. Prinsip sirkulasi inilah yang kemudian menjadi dasar pertanian akuaponik saat ini.
·         Pada tahun 1990an, dua orang petani yakni Paula Speraneo dan rekannya Missouri Tom berhasil membangun sistem akuaponik yang lebih efektif dan yang digunakan untuk skala rumah tangga atau skala akuaponik kecil saat ini. Mereka menggunakan media tanam berupa kerikil dan dibawah tanaman yang mereka tanam, ada tangki yang berisi ikan nila yang airnya dialirkan untuk mengairi tanaman tersebut.Seringkali ketidaktahuan atau ketidakpedulian manusia mengakibatkan efek yang tidak terbayangkan. Satu tindakan kecil yang kita lakukan bisa saja berdampak besar terhadap lingkungan, bahkan terkadang mencengangkan. Baru-baru ini Amerika Serikat gempar dengan penemuan ikan mas raksasa dengan panjang sekitar 45 cm dan berat 1,9 kg di danau Tahoe, Sierra Nevada. Padahal kebanyakan ikan mas dewasa biasanya hanya berukuran sekitar 15 sampai 20 cm. Ternyata tak hanya satu, ada sekitar 15 ekor ikan mas lainnya yang ditemukan di sana. Selain itu, ditemukan pula spesies ikan lain yang bukan merupakan habitat asli danau tersebut.
Meskipun belum ada penelitian yang membuktikan, menurut peneliti dari University of Nevada, Dr. Sudeep Chandra,  keberadaan ikan mas yang bukan merupakan penghuni asli danau dikhawatirkan dapat mengancam kelangsungan hidup spesies/ikan asli. Hal ini dikarenakan terjadi persaingan dalam memperoleh makanan. Bagaimana bisa?
Untuk lebih gampangnya begini. Anggaplah danau tersebut sebagai rumah yang sudah berpenghuni. Lalu datanglah spesies asing, yakni ikan mas sebagai penghuni baru. Adanya penghuni baru berarti ada persaingan baru. Persaingan atas daerah kekuasaan dan tentunya makanan. Kemudian penghuni baru yang lain datang lagi dan datang lagi, begitu seterusnya. Persaingan bertambah sengit, penghuni asli mulai terjepit keberadaannya. Penghuni-penghuni baru ini tumbuh besar dan kemudian beranak-pinak, alhasil penghuni di rumah itu semakin banyak. Persaingan semakin bertambah pelik. Penghuni asli semakin tergeser dan lama kelamaan punah. Inilah yang menjadi kekhawatiran para peneliti.
Kekhawatiran lain muncul ketika kotoran ikan mas yang penuh nutrisi dapat memicu lumut dan ganggang tumbuh dengan subur, yang pada akhirnya akan membuat air yang semula jernih berubah menjadi keruh. Kualitas air yang buruk akan berdampak pada kesehatan ratusan ikan asli yang berhasil selamat dari “serbuan” ikan mas. Untuk itu penelitian lebih lanjut sangat diperlukan.
Bagaimana ikan mas itu bisa berada di danau? Meskipun belum ada bukti yang menguatkan, tapi kemungkinan besar ikan mas tersebut merupakan hasil buangan dari akuarium. Seperti yang telah diungkapkan di atas, tindakan yang terbilang kecil seperti membuang isi akuarium ke danau bisa jadi berdampak besar bagi lingkungan di sekitarnya. Mungkin saja kita bermaksud menyelamatkan satu ikan, tapi ternyata keberadaan satu ikan itu bisa mengganggu ratusan ikan lain yang ada di dalamnya.
Lalu bagaimana cara yang tepat untuk membuang isi akuarium? Kalaupun Anda bosan dengan ikan tersebut, Anda bisa memberikannya ke tetangga atau saudara yang menginginkannya. Alternatif lainnya, Anda bisa menjualnya kembali ke pasar ikan hias. Namun, jangan sekali-kali Anda membuangnya ke danau atau sungai. Jika alasannya malas karena setiap minggu harus menguras akuarium atau kolam, jangan khawatir, berikut ada trik yang pastinya membuat Anda senang dan ikan-ikan pun bahagia, yaitu dengan akuaponik.

Apa itu akuaponik?
Akuaponik adalah teknik gabungan antara bertanam secara hidroponik dengan memelihara atau beternak ikan (akuakultur). Seperti kita ketahui bahwa, ketika kita memelihara ikan, jika kotoran yang menumpuk tidak segera dibersihkan dikhawatirkan akan meracuni ikan itu sendiri. Jadi secara rutin airnya harus dibuang dan diganti dengan yang baru. Sama halnya dengan bertanam secara hidroponik, air yang tidak segera diganti, lama kelamaan akan membuat akar membusuk dan nantinya dapat menyebabkan tanaman mati. Dengan semakin menipisnya persediaan air bersih di bumi, tindakan ini bisa jadi pemborosan.
Menurut para peneliti dari Auburn University, ikan hanya mengambil 40-50% gizi dari makanan, sisanya dibuang bersama kotoran. Nah, kotoran ikan ini ternyata dapat menjadi pupuk alami yang dapat menyuburkan tanaman. Jadi prinsip dasar dari akuaponik adalah menggunakan kotoran dan sisa makanan ikan menjadi pupuk bagi tanaman sekaligus menjernihkan air kolam ikan.
Untuk membuat sistem akuaponik rumahan tidaklah serumit yang dibayangkan, Anda cukup menyiapkan alat-alat sebagai berikut:
1.      Akuarium kaca atau wadah lain seperti ember atau tong untuk memelihara ikan
2.      Wadah untuk media tanam; isi dengan kerikil atau expanded clay dan lubangi bagian bawahnya
3.      Pompa: membantu mengalirkan air dari akuarium ke media tanam
4.      Selang penghubung untuk menghubungkan kedua wadah

Cara kerjanya seperti ini, kotoran dan sisa makanan ikan berubah menjadi amonia dibawa oleh air naik menuju media tanam melalui selang penghubung. Oleh bakteri, amonia akan diubah menjadi nitrat dan seperti kita ketahui bahwa nitrat adalah salah satu unsur yang diperlukan tanaman untuk tumbuh. Melalui transfer tersebut, tanaman di wadah atas akan dapat menyerap nitrat dari air yang membawa kotoran tadi. Setelah tanaman menyerap zat yang diperlukan, air tadi akan kembali  tersaring oleh kerikil dan tanaman sehingga air kembali bersih dan terbebas dari amonia. Sementara itu, Anda tak perlu repot-repot menguras akuarium, karena sudah bersih dengan sendirinya, Anda bisa juga memanen hasil sayuran yang ada. Sekali merengkuh dayung dua tiga pulau terlampaui, enak bukan?
Sebenarnya menjaga lingkungan tidak sesulit yang dibayangkan. Banyak sekali metode alternatif ramah lingkungan yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari, salah satunya dengan akuaponik. Meskipun ini hanya terbilang kecil dan mulai dari diri sendiri setidaknya kita sudah turut serta membantu menjaga lingkungan. Bumi tempat kita berpijak sudah semakin tua, jika bukan kita yang menjaganya, lalu siapa lagi?


Sumber :
http://ilmualambercak.blogspot.com/2013/05/akuaponik-metode-budidaya-ikan-yang.htm

http://sugiartinani25.blogspot.com/2018/08/akuaponik-metode-budidaya-ikan-yang.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar