Sabtu, 30 Maret 2019

Hama dan Penyakit Ikan Mas (Cyprinus carpio)


Hama dan penyakit ikan mas merupakan salah satu faktor risiko budidaya yang harus ditekan atau dihilangkan. Serangan hama dan penyakit bisa berakibat turunnya produktivitas hingga menyebabkan gagal panen yang berpotensi menggerus keuntungan.
Meskipun sama-sama mengganggu budidaya, cara pengendalian hama dan penyakit berbeda. Hama biasanya berupa jenis organisme yang berpotensi untuk memangsa, mengganggu dan menyaingi ikan. Ukiran tubuhnya bisa lebih besar atau lebih kecil dari ikan yang dibudidayakan.
Sedangkan yang dimaksud dengan penyakit adalah suatu gejala fisiologis pada ikan yang menyebabkan gangguan pertumbuhan atau kematian. Gejala ini bisa disebabkan oleh organisme parasit atau kondisi lingkungan yang buruk.

Hama ikan mas

Hama ikan mas banyak sekali jenisnya mulai dari yang berukuran besar seperti linsang, ular, kodok, biawak, burung, hingga organisme kecil seperti larva, kutu, dan jenis serangga lainnya. Jenis hama dibedakan menjadi pemangsa (predator), pesaing (kompetitor) dan pengganggu.
Hama pemangsa biasanya mengganggu budidaya dengan cara menyerang ikan secara langsung untuk dimakan. Hama pesaing mengganggu budidaya dengan mengambil sumber daya (seperti pakan, ruang, air, udara, dll) untuk tumbuh dan berkembang ikan, sehingga ikan budidaya kalah bersaing dan tersisih oleh si hama. Sedangkan hama pengganggu biasanya merusak habitat budidaya seperti membocorkan kolam atau menjadi vektor pembawa penyakit.
Dari sekian banyak jenis hama tersebut, yang paling sering menjadi masalah dalam budidaya ikan mas diantaranya sebagai berikut:
a. Bebeasan (Notonecta)
Pencegahan: pasang saringan halus dari kawat atau kain kasa di pintu masuk air. Saringan halus bisa mencegah benih dan telur bebeasan masuk ke dalam kolam.
Pemberantasan: Percikan minyak tanah pada permukaan air kolam. Jumlah minyak tanah yang diperlukan 5 cc/m2 luas permukaan kolam. Bebeasan akan mati bila minyak tanah masuk ke dalam sistem pernapasannya.
b. Ucrit (Larva cybister)
Pencegahan: bersihkan kolam dan lingkungan sekitarnya dari material organik. Selain itu pemasangan saringan di saluran masuk pintu kolam dengan kawat halus bisa mencegah hama ini masuk ke dalam kolam.
Pemberantasan: lakukan penangkapan ucrit secara manual, bisa menggunakan alat seser atau serokan dengan jaring halus. Bila dengan penangkapan tidak bisa, solusi akhirnya bisa menggunakan minyak tanah. Semprotkan minyak tanah ke permukaan kolam dengan dosis sama dengan memberantas bebeasan.
c. Ikan gabus
Pencegahan: penjemuran dasar kolam hingga kering sebelum memulai budidaya ikan akan menekan perkembangan ikan gabus. Ikan gabus bisa dicegah masuk ke dalam kolam memasang saringan dari ijuk secara rapat. Saringan ijuk mencegah telur, benih ikan dan ikan gabus dewasa untuk masuk ke dalam kolam.
Pemberantasan: ikan gabus bisa diambil dengan cara dipancing, berikan umpan berupa ikan kecil atau anak kodok.
d. Belut dan kepiting
Belur dan kepiting merupakan hama pengganggu dan kadang-kadang menjadi predator ikan. Hama ini biasanya merusak pematang atau tanggul kolam dengan membuat lubang, sehingga kolam menjadi bocor.
Penanggulangan belut dan kepiting dilakukan secara mekanis. Belut bisa dipancing langsung dari lubangnya. Biasanya belut akan keluar saat malam hari. Sedangkan untuk memancing kepiting keluar dari lubangnya, bisa dengan ditaburi sekam padi.
e. Kodok dan ular
Kodok dan ular biasanya memangsa ikan ukuran benih. Ular efektif dicegah dengan penangkapan langsung. Sedangkan kodok bisa dicegah dengan menjaga kebersihan kolam dan rajin membersihkan kolam dari telur kodok.
f. Linsang
Linsang ata berang-berang merupakan hewan karnivora pemakan ikan. Hewan ini sangat rakus dan bisa menyantap ikan yang berukuran besar. Linsang biasanya menyerang kolam ikan yang berdekatan dengan sungai, danau atau rawa.
Untuk mencegahnya adalah dengan memasang ranting bambu pada kolam atau memagari kolam. Memasang lampu penerangan pada malam hari membantu mencegah serangan linsang.

Penyakit ikan mas

Terdapat dua hal yang menyebabkan ikan sakit, yakni kondisi lingkungan yang buruk dan organisme patogen. Penyakit yang disebabkan lingkungan biasanya datang karena kekurangan nutrisi, kualitas air yang buruk atau keracunan zat berbahaya. Penyakit ini biasanya tidak menular.
Sedangkan penyakit yang disebabkan oleh organisme patogen disebut penyakit infeksi, karena berpotensi menular dari satu ikan ke ikan lainnya. Penyakit infeksi ini bisa dibebakan oleh virus, bakteri, jamur protozoa, dan parasit lainnya.
Salah satu cara untuk mengendalikan penyakit ikan mas adalah dengan mengenali faktor-faktor penyebabnya. Beberapa penyakit yang sering menyerang budidaya ikan mas adalah sebagai berikut.
a. Bintik putih (White spot)
Bintik putih disebabkan oleh ichthyophthirius multifiliis, kelompok protozoa dari kelas ciliata. Gejala: bintik-bintik putih berlendir pada permukaan tubuh dan insang, gerakan ikan lambat dan sulit bernafas. Pada fase berat menyebabkan pendarahan pada sirip dan tertutup lendir. Ikan bergerak lamban dan muncul ke permukaan air.
Pencegahan: menjaga kualitas air, usahakan sirkulasi air kolam mengalir terus-menerus.
Pengobatan: pada fase pembelahan atau perkembangbiakan protozoa belum ada obat yang efektif. Selain fase itu bisa diobati dengan direndam dalam larutan methylene blue 1% (1 gram dalam 100 cc air). Ambil 2-4 cc campurkan dalam 4 liter air. Perendaman selama 24 jam. Atau rendam dalam larutan garam dapur (NaCl) selama 10 menit. Dosis garam 1-3 gram per 100 cc air.
b. Bengkak insang dan badan
Disebabkan oleh myxospores, sejenis spora yang dihasilkan oleh mycobacteria. Ikan yang terserang penyakit ini menunjukkan gejala insang selalu terbuka terdapat bintil putih kemerahan, pada bagian punggung terjadi pendarahan.
Pencegahan: keringkan dan jemur kolam sebelum budidaya dimulai. Berikan kapur tohor saat pengolahan tanah dasar kolam dengan dosis 200 gram/m2. Hingga saat ini belum ada obat yang efektif membrantas penyakit ini.
c. Cacing insang dan kulit
Disebabkan oleh organisme sejenis cacing, yakni cacing kulit (Gyrodactylus) dan cacing insang (Dactylogyrus). Gejala penyakit ini terlihat pada insang, terjadi pendarahan dan penebalan. Ikan terlihat menggosok-gosokkan badannya pada dasar atau dinding kolam, sirip kadang rontok, ikan tampak kurus, sisik buram.
Penanggulangan: direndam dalam larutan formalin 250 gram/m3 air selama 15 menit. Atau direndam dalam methylene blue 3 gram/m3 selama 24 jam.
d. Kutu ikan (argulosis)
Gejala: adanya bercak merah pada bagian sirip, kulit dan insang. Ikan terlihar kurus karena si kutu menyerap darah ikan.
Pengobatan: ikan yang terinfeksi direndam dalam larutan garam dapur (NaCl) dengan dosis 20 gram/liter air selama 15 menit.
e. Jamur (Saprolegniasis)
Penyakit ini disebabkan oleh jamur, biasanya menyerang bagian kepala, tutup insang dan sirip. Kondisi air yang dingin akan mempercepat luka. Gejalanya pada tubuh ikan tampak seperti ada kapas, pada telur ikan akan tampak serabut seperti kapas.
Pengobatan: Ikan direndam dalam larutan Malachite Green Oxalat (MGO) dengan dosis 3 gram/m3 air selama 30 menit. Untuk telur, direndam selama 1 jam.
f. Gatal (Trichodiniasis)
Gejala: penyakit ini lebih sering menyerang benih ikan. Ikan yang sakit akan terlihat menggosk-gosokkan badannya ke benda keras. Tidak ada ciri khusus gejala penyakit ini.
Pengobatan: ikan yang terkena direndam dalam larutan formalin 200 ppm selama 15 menit atau MGO 0,1 gram/m3 selama 24 jam.
g. Bakteri (Aeromonas punctata)
Penyakit ini cukup ganas. Gejala: seluruh badan ikan menjadi kusam, kulit kesat, melepuh. Ikan bernapas lemah, terlihat megap-megap. Mengalami pendarahan organ dalam seperti hati dan ginjal, kantong empedu mengembung.
Pengobatan: berikan Terramycine dengan dosis 50 mg/kg berat ikan per hari, pemberian dicampurkan dengan pakan. Berikan selama 7-10 hari berturut-turut. Atau, lakukan penyuntikan dengan Chloramphenicol10-15 mg/kg bobot tubuh ikan.
h. Bakteri (Pseudomonas flurescens)
Gejala: gejala serangan mirip dengan aeromonas, kulit ikan mengalami pendarahan, luka pada kulit selanjutnya menjadi borok. Sirip ekor lambat laut terkikis dan rontok. Pendarahan pada organ dalam.
Pengobatan: berikan Oxytetracycline yang dicampurkan pada pakan, dosis 25-30 mg/kg bobot tubuh ikan per hari. Berikan selama 7-10 har berturut-turut.
i. Koi herves virus (KHV)
KHV merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus yang menyerang ikan koi. Namun pada tahun 2002 KHV mulai menyerang budidaya ikan mas secara besar-besaran, di Pulau Jawa yang segera menyebar ke Bali dan Sumatera. Bahkan sempat membuat kelesuan usaha budidaya ikan mas.
KHV bisa mengakibatkan kematian ikan secara massal. Penyakit ini bisa menyebar dengan cepat pada perairan bersuhu 15-27oC. Sehingga bila satu kolam budidaya maka kawasan disekitarnya biasanya ikut terserang juga. Tingkat kematian ikan akibat virus ini mencapai 80-100%.
Pencegahan: hingga saat ini tidak ada obat yang efektif mengendalikan KHV. Berdasarkan penelitian BBPBAT Sukabumi, pemberian cromium yeast bisa membantu meningkatkan kekebalan ikan terhadap penyakit ini. Cromium yeast adalah bahan yang biasa dicampurkan pada pakan hewan ternak. Pemberiannya dicampurkan dalam pakan.
Referensi
  1. Budi Santoso. 1993. Petunjuk teknis budidaya ikan mas. Kanisius, Jakarta.
  2. Brosur hama dan penyakit ikan. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
  3. Ciptoroso, E.Mudjiutami, Ayi S. Pemanfaatan immunostimulant (Cromium yeast) untuk pengendalian penyakit pada ikan mas. Kementerian Kelautan dan Perikanan.
  4. http:// www.els.net/WileyCDA/ElsArticle/refId-a0000307.html, diakses 2 September 2014.
  5. http:// www.pond-life.me.uk, Diakses 2 September 2014
  6. Alam, Mahendra. 2011. Budidaya Ikan Mas (Cyprinus carpio). Materi Penyuluhan Kelautan dan Perikanan No. 002/TAK/BPSDMKP/2011. Pusat Penyuluhan KP - BPSDMKP. Jakarta
  7. di donwload dari laman https://alamtani.com/hama-dan-penyakit-ikan-mas/

Rabu, 27 Maret 2019

Jenis Ikan Hias Air Tawar


Jenis Ikan Hias Air Tawar



Ikan hias air tawar merupakan salah satu ikan hias yang sangat diminati seiriing semakin populernya hobi ikan hias. Jenis ikan hias air tawar sangat beragang. Mulai dari yang langka hingga ikan-ikan yang banyak ditemukan disekitar kita
Negeri ini memiliki banyak jenis ikan hias air tawar. Menurut catatan KKP, terdapat lebih dari 1.100 spesies ikan hias air tawar yang diperdagangkan secara global. Dari jumlah itu, negeri kita memiliki 400 spesies. Namun hanya sekitar 90 spesies yang dibudidayakan masyarakat.
Ikan hias air tawar lebih mudah dibudidayakan dibanding dengan ikan laut.Teknologinya relaif sederhana dan biayanya murah. Sehingga bisa dilakukan dalam sekala atau usaha rumahan. Berbeda dengan ikan hias air laut memerlukan fasilitas padat modal. Tak heran bila ikan hias air laut masih didominasi oleh hasil tangkapan.
Sebagian besar ikan hias air tawar diproduksi untuk kebutuhan hobi. Ikan hias air tawar asal Indonesia yang menjadi primadona diantaranya arwana dan cupang. Disamping itu para penangkar juga berhasil mendomestikasi ikan impor seperti koki, koi, discus dan guppy.
Jenis paling populer
Tidak semua ikan hias dibudidayakan secara masif, ini terkait dengan pangsa pasar dan tingkat kesulitan budidayanya. Berikut ini beberapa jenis ikan hias air tawar yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia, diperdagangkan secara meluas dan mudah dibudidayakan:
1. Ikan koi

Ikan koi atau Cyprinus carpio L pertamakali dipopulerkan di Jepang. Sekitar tahun 1820-an para penangar ikan di Jepang berhasil menyilangkan beberapa strain ikan mas menjadi ikan dengan warna merah dan putih yang menarik. Ikan hasil persilangan ini dikenal dengan nama koi. Kemudian tahun-tahun berikutnya berkembang ikan koi dengan berbagai varian warna menarik lainya.
Ikan koi merupakan ikan hias air tawar yang cocok dipelihara di kolam bukan akuarium. Karena daya tarik ikan koi terdapat pada warna-warni yang indah bila dilihat dari atas. Selain itu, ikan koi juga memerlukan ruang gerak yang luas. Jenis ikan hias air tawar ini cukup mudah dikembangbiakan, namun sulit mendapatkan koi berkualitas.

2. Ikan cupang

Ikan cupang atau Betta sp. merupakan salah satu jenis ikan air tawar endemik negara-negara di Asia Tenggara. Ikan ini berkembang baik di rawa-rawa daerah tropis. Ikan cupang sanggup hidup dalam volume air yang sedikit dan minim oksigen. Cupang dapat dipelihara dalam toples kecil dan tidak perlu mesin penghasil gelembung (aerotor).
Ikan cupang dipelihara sebagai ikan hias dan ikan aduan. Selain warna sisik dan siripnya yang berkilauan, ikan ini mempunyai sifat agresif. Cupang bisa merobek-robek sesamanya dalam pertempuran yang berlangsung berjam-jam lamanya.
Ikan cupang sangat mudah dibudidayakan. Tidak memerlukan fasilitas mahal dan bisa dilakukan dalam skala rumahan.

3. Ikan arwana

Nama latin ikan hias air tawar ini adalah Scleropages sp. Arwana merupakan salah satu ikan endemik Indonesia. Ikan ini banyak ditemukan di perairan air tawar Kalimantan dan Papua. Dahulu, ikan arwana didapat dari perburuan di alam bebas. Namun saat ini sudah bisa dibudidayakan.
Ikan arwana merupakan salah satu ikan hias air tawar yang berharga tinggi. Harga per ekornya mencapai jutaan rupiah, terutama untuk jenis-jenis tertentu. Sentra produksi ikan arwana ada di Kalimantan dan Sumatera.

4. Ikan koki

Ikan koki (Carrasius auratus) masih satu keluarga dengan ikan mas. Pertamakali dikenal sebagai ikan hias di Cina. Namun yang mempopulerkan ikan koki adalah bangsa Jepang. Dari negeri ini, ikan koki menjadi semakin variatif dengan berbagai warna dan bentuknya.
Ikan koki sudah lama masuk ke Indonesia dan dibudidayakan meluas. Sentra produksi koki terbesar ada di Tulungagung, Jawa Timur. Kota ini memproduksi lebih dari 55 juta ekor ikan koki setiap tahunnya. Sebagian besar ditujukan untuk pasar domestik, sebagian lainnya untuk ekspor.

5. Ikan guppy

Ikan guppy (Poecilia reticulate) berasal Amerika Tengah dan Selatan. Ikan ini sangat mudah beradaptasi sehingga penyebarannya meluas ke seantareo bumi. Terdapat catatan pada tahun 1929, di Jawa Barat banyak ditemukan ikan guppy di parit-parit. Saat ini ikan guppy bisa ditemukan di perairan air tawar di Indonesia.
Ikan guppy merupakan jenis ikan hias air tawar yang gampang dibudidayakan. Ikan guppy bereproduksi secara internal dan melahirkan anak. Anak-anak ikan guppy bisa langsung berenang dengan baik.
Guppy kawin dengan memasukan organ gondopodium yang berada pada sirip anal kedalam organ telur betina. Dalam satu kali perkawinan dapat menghasilkan 3 kali kelahiran dalam waktu tiga minggu. Seekor indukan betina dapat menghasilkan sekitar 60 burayak.

6. Ikan louhan
Ikan louhan termasuk dalam keluarga Cichild dan tidak ditemukan di alam bebas. Ikan hias air tawar ini merupakan hasil persilangan dari berbagai jenis ikan Cichlid. Louhan pertama kali dikembangkan di Malaysia. Banyak orang menyukai ikan ini karena warna sisik dan benjolan dikepalanya. Selain di Malaysia, ikan ini dikembangkan juga di Taiwan.
Kini ikan louhan menyebar ke berbagai negara. Iklan louhan mempunyai sifat agresif dan bila lepas ke perairan umum bisa menjadi predator bagi ikan lainnya. Banyak kritik yang dialamatkan pada ikan ini, diantaranya dianggap merusak strain-strain ikan Cichlid.

7. Ikan discus
Ikan discus (Symphysodon discus) berasal dari perairan Amazon. Disebut discus karena bentuknya seperti piringan (disc) dengan warna-warni yang atraktif. Pembawaan ikan hias air tawar ini sangat tenang dan gerakannya lembut, sehingga disebut raja akuarium. Ikan yang paling besar bisa mencapai diameter 15 cm.
Discus cocok dikembangbiakan di iklim tropis dengan suhu air 25-30oC. Untuk pemeliharaan dalam akuarium harus sedikit telaten, karena ikan discus mudah stress.

Perkembangan pasar ikan hias air tawar
Secara global perdagangan komoditas ikan hias air tawar jauh lebih besar dari ikan hias air laut. Pangsa pasarnya mencapai 85%. Hal ini terjadi karena ikan hias air tawar kebanyakan bisa dibudidayakan, sementara ikan hias air laut lebih banyak dari hasil tangkapan. Semakin hari permintaan ikan hias air tawar semakin terus meningkat. Mungkin karena harganya yang relatif lebih murah dari ikan hias air laut.
Pada beberapa dasawarsa kebelakang, Indonesia hanya mengekspor ikan hias ke Singapura. Dari Singapura ikan-ikan ini diekspor lagi ke berbagai negara. Namun saat ini, ekspor kita sudah menembus 60 negara dengan nilai lebih dari 50 juta dolar AS dan peningkatan sekitar 9% per tahunnya. Indonesia pun selalu menjadi 5 besar eksportir ikan hias dunia.
Dari sisi keragaman ada lebih dari 300 jenis ikan hias air tawar maupun laut yang menjadi andalan ekspor. Biasanya ikan hias yang layak ekspor diseleksi berdasarkan enam kriteria, yakni ukuran, jenis, keseragaman, keunikan bentuk dan warna, bebas penyakit dan daya adaptasi.



Sumber : http:// www.alamtani.com/ikan-hias-air-tawar



Rabu, 20 Maret 2019

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN PATIN


TEKNIK PEMIJAHAN IKAN PATIN


Secara umum, pemijahan ikan dapat dibedakan menjadi pemijahan alami dan pemijaha buatan. Pemijahan alami dilakukan terhadap jenis-jenis ikan yang mudah dipijahkan sepanjang tahun, sedangkan pemijahan buatan dilakukan terhadap ikan-ikan yang sulit memijah karena lingkungannya yang tidak sesuai.
Ikan patin termasuk salah satu jenis yang sulit dipijahkan secara alami, karena sulit menciptakan atau memanipulasi lingkungan sesuai dengan habitatnya di alam. Karena itu, pemijahan ikan patin dapat dilakukan secara buatan dengan ransangan menggunakan kelenjar hipofisa.
Persiapan Induk
             Induk merupakan salah satu factor penentu keberhasilan usaha pembenihan ikan patin. Induk yang baik dan sehat tentu akan menghasilkan benih yang baik pula. Induk patin yang akan dipijahkan dapat berasal dari alam atau induk-induk yang dipelihara sejak kecil di kolam.
             Induk-induk yang berasal dari alam tingkah lakunya masih liar dan kadang –kadang memiliki banyak luka akibat meronta-ronta saat penangkapan. Karenanya, induk yang baik dipijahkan adalah induk yang telah dipelihara di kolam atau di wadah lainnya, seperti sarang dan jaring.
             Untuk mendapatkan induk patin yang baik, lama pemeliharaan di kolam, induk diberi makanan tambahan yang cukup mengandung protein. Berdasarkan hasil penenlitian yang dilakukan oleh para peneliti dalam rangka untuk memepercepat kematangan gonad, 2 kali seminggu patin perlu diberi ikan rucah atau ikan-ikan yang tidak layak dikonsumsi oleh manusia.
Seleksi Induk yang Matang Gonad
             Induk ikan patin yang akan dipijahkan diseleksi terlebih dahulu, yaitu dengan memeilih induk-induk betina dan jantan yang matang gonad atau siap pijah. Penangkapan induk dilakukan dengan mengurangi volume air sampai ketinggian 20 cm dari dasar kolam. Penangkapan induk dapat dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya stres. Penangkapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan jaring dan dengan menggunakan tangan.
Ciri-Ciri induk ikan patin yang matang gonad sebagai berikut :
 Ã˜  Induk Betina :
Umur kurang lebih 3 tahun, berat minimal 1,5-2 kg per ekor, perut membesar kearah anus, perut terasa lembek dan halus bila diraba, alat kelamin membengkak dan berwarna merah tua
    Ø  Induk Jantan :
      Umur minimal 2 tahun, berat 1,5 - 2 kg per ekor, kulit perut lembek dan tipis, alat kelamin membengkak dan berwarna merah, keluar cairan sperma jika perut diurut kearah anus.
Selain ciri-ciri diatas, induk ikan patin yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik yaitu tidak terinfeksi penyakit dan parasit juga tidak memiliki luka akibat benturan, pukulan, goresan/ sayatan. Induk yang baik juga harus memiliki sifat pertumbuhan relatif cepat serta resisten terhadapa penyakit, tetapi toleran atau mudah beradaptasi dan responsive terhadap perubahan lingkungan dan makanan.
Seleksi induk patin tidak memperhatikan bagian luar fisiknya. Pasalnya, yang paling menentukan keberhasilan pemijahan adalah tingkat kematangan telur. Telur yang sudah matang dapat dicek dengan cara sebagai berikut :
-          Ambil 1 ekor induk patin betina, sedot telurnya dengan menggunakan selang kateter. Caranya selang dimasukan kedalam kloakasedalam 3 cm, lalu ujung selang lainnya disedot dengan mulut sampai tampak beberapa butir telur di dalam selang.
-          Telur didalam selang tadi disimpan dicawan, kemudian ditetesi larutan secara ( campuran formalin, alkohol, dan larutan asetid dengan perbandingan 6 : 3 : 1). Larutan tersebut berfungsi untuk mengetahui telur yang telah matang. Telur yang matang memiliki ciri tampak bulat, warnanya putih kekuning - kuningan, inti telurnya terlihat jelas terpisah dari cangkangnya.
-          Induk-induk patin yang telah matang telur disimpan didalam bak atau hapa, jantan dan betina tersimpan terpisah.
Induced Breeding (Kawin suntik)
Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit memijah secara alami jika tidak berada dihabitat aslinya. Untuk itu perlu dilakukan pemijahan sistem induced breeding (kawin  suntik). Tingkat keberhasilan pemijahan sistem kawin suntik sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan induk patin. Faktor lainnya yang juga cukup berpengaruh adalah kualitas air, penyediaan makanan yang berkualitas dan dalam jumlah yang mencukupi, serta kecermatan didalam penanganan atau pelaksanaan penyuntikan.
Induced breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa ikan lain, seperti ikan mas, dapat juga dilkaukn dengan menggunakan semacam kelenjar hipofisa buatan yang mengandung hormon gonadotropin. Dipasaran dikenal dengan merek dagang ovaprim.
a.      Menggunakan Kelenjar hipofisa Ikan Mas
Urutan pekerjaan yang dilakukan jika menggunakan kelenjar hipofisa sebagai berikut : 
-          Siapkan ikan donor atau ikan yang akan diambil kelenjar hipofisanya. Jika induk patain betina yang akan di suntik memiliki berat 3 kg maka donor yang digunakan 9 kg sedangkan untuk induk jantan yang memiliki berat 3 kg donor yang digunakan sebanyak 6 kg
-          Ikan mas yang akan diambil kelenjar hipofisanya dipotong tegak lurus atau vertikal dibagian belakang tutup insang
-          Potongan kepala diletakan dengan posisi mulut menghadap keatas, kemudian dipotong vertical dari permukaan sedikit diatas mulut sehingga akan nampak organ otak yang dilingkapi lendir atau lemak.
-          Otak dilingkar dan lendir dibuang atau dibersihkan dengan kapas atau tissue. Setelah bersih dari lendir, diotak akan nampak butiran putih seperti beras itulah yang dinamakan kelenjar hipofisa.
-          Kelenjar hipofisa diambil dengan menggunakan pinset dan dihancurkan dengan menggunakan gelas penggerus sampai halus. Untuk memudahkan penyuntikan, kelenjar hipofisa tadi dilarutkan kedalam akuabides sebanyak 2 ml. Agar larutan tersebut benar-benar hancur dan tercampur, gunakan sentrifugal atau pemusing.
-          Larutan kelenjar hipofisa selanjutnya diambil atau disedot dengan menggunakan alat suntik. Penyuntikan dapat dilakukan secara intramuskular dibelakang sirip punggung dengan menggunakan jarum suntik berukuran 0,12 ml
b.      Menggunakan Ovaprim
Urutan pekerjaan yang dilakukan jika menggunakan ovaprim sebagai berikut :
-          Untuk mengetahui dosis ovaprim yang akan digunakan, induk betina dan jantan yang akan dipijahkan ditimbang terlebih dahulu.
-          Dosis penyuntikan induk betina berbeda dengan inguk jantan. Untuk induk jantan diperlukab ovaprim 0,3 ml/ kg sedangkan untuk betina sebanyak 0,5 ml/ kg
-          Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan 2 kali pada suntikan pertama dosisnya sebanyak 1/3 bagian dosis total, pada penyuntikan kedua dosisnya sebanyak 2/3 bagian dosis total. Penyuntikan kedua dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama
-          Penyuntikan induk jantan dilakukan sekali bersama dengan penyuntikan kedua induk betina.
-          Untuk menghindari induk berontak pada saat penyuntikan sebaiknya, dilakukan 2 orang
-          Penyuntikan secara intramuskular dibelakang sirip punggung dengan memasukan jarum sedalam kurang lebih 2 cm dengan kemiringan 40 derajad.
-          Induk-induk patin yang telah disuntik disimpan dalam bak atau hapa dengan air yang mengalir.
Stripping dan Pembuahan
Ovulasi adalah tingkat kematangan gonad. Saat ovulasi, telur yang telah masak harus dikeluarkan dengan cara memijit bagian perut patin betina. Urutan pekerjaan stripping sebagai berikut :
-          Sediakan wadah untuk menampung telur, berupa baskom, plastik, yang telah dibersihkan dan dalam keadaan kering.
-          Induk betina yang akan distripping dipegang dengan kedua belah tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor dan tangan kanan memegang perut bagian bawah. Ujung kepala induk patin ditopangkan dipangkal paha, selanjutnya perut diurut secara perlahan-lahan dari bagian depan kearah belakang dengan menggunakan jari tengah dan jempol, lalu telur-telur tersebut ditampung didalam baskom.
-          Induk jantan ditangkap untuk diambil spermanya. Sperma ini nanti akan dicampurkan dengan telur-telur didalam baskom
-          Pengurutan induk jantan pada prinsipnya sama saja dengan pengurutan induk betina. Sperma yang keluar dari perut induk jantan langsung disatukan dengan telur yang ditampung diadalam baskom
-          Agar terjadi pembuahan yaitu telur dan sperma dapat dicampur dengan sempurna, lakukan pengadukan dengan menggunakan bulu ayam kurang lebih selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan berputar perlahan-lahan didalam baskom.
-          Untuk meningkatkan fertilisasi (pembuahan), kedalam campuran telur dan sperma tadi dapat ditambahkan garam dapur sebanyak 4000 rpm. Penambahan dilakukan sambil tetap mengaduk campuran dan disertai dengan memasukan air sedikit demi sedikit. Pengadukan dilakukan kurang lebih selam 2 menit.
-           Untuk membuang kotoran berupa lendir perlu dilakukan penggantiaan air bersih sebanyak 2 – 3 kali. Untuk menghindari terjadinya penggumpalan pada telur perlu dilakukan pencucian dengan menggunakan larutan lumpur. Lumpur dapat membersihkan lendir-lendir yang menempel  dan memisahkan telur-telur yang menggumpal. Lumpur yang digunakan berupa lumpur atau tanah dasar kolam atau tegalan yang dipanaskan pada suhu 100 °C terlebih dahulu guna menghindari penyakit.
-          Telur-telur yang telah dibuahi akan megalami pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar serta berwarna kuning. Telur-telur yang tidak dibuahi akan berwarna putih dan mengendap dibawah.
Proses Penetasan Telur
Wadah penetasan telur berupa corong-corong penetasan. Untuk menjamin keberhasilan penetasan corong penetasan dipersiapkan 1 hari sebelum pemijahan. Langkah – langkah persiapan wadah penetasan telur sebagai berikut :
-          Semua wadah di unit pembenihan patin seperti penetasan telur, tempat perawatan larva, bak filter air, bak penampungan air bersih, water Turen, dicuci bersih dan dikeringkan
-          Untuk menghindari kontaminasi jamur atau bakteri corong-corong penetasan telur dapat pula direndam dalam larurtan PK sebanyak 5 ppm selama 30 menit.
-          Setelah semua wadah dipersiapkan langkah selanjutnya adalah memasukan air bersih kesemua wadah. Pompa isap yang berfungsi untuk mengalirkan air dari wadah penempungan air bersih ke water Turen dijalankan, sehingga akan terjadi sirkulasi air diseluruh wadah unit pembersihan patin
Telur-telur ikan patin yang akan ditetaskan dituangkan kedalam corong penetasan lalu disebarkan dengan menggunakan bulu ayam. Air pun harus dialirkan dengan cara mengatur debit air dengan menggunakan keran agar telur selalu terangkat didalam corong tersebut. Jangan samapai telur menumpuk didasar corong. Jika menumpuk telur dapat membusuk kepadatan telur sebanyak 400-500 butir perliter air atau 10.000 – 20.000 butir per corong. Telur yang dibuahi akan berkembang sedikit demi sedikit dan menetas menjadi larva.
Penampungan Larva Sementara
Benih patin yang baru menetas yang dikenal dengan sebutan larva ditampung sementara ditempat penampungan larva. Tempat penampumngan larva berupa hapa (Trilin) yang dipasang didalam bak penampunagan larva. Hal tersebut dimaksudkan guna memudahkan pemanenan larva saat akan dipindahkan ketempat pemeliharaan. Benih-benih patin atau larva yang baru berumur 1 hari yang terbawah arus air dicorong penetasan diambil atau dipanen dengan menggunakan scop net halus secara hati-hati agar benih-benih patin tidak mengalami stres, kualitas air dan tempat pemeliharaan, khususnya suhu atau temperatur, mendekati sama.
Pemeliharaan Benih
Larva yang baru menetas belum sempurnah, tetapi benih tersebut masih memiliki cadangan makanan didalam tubuhnya berupa kuning telur (yolk sack) kelangsingan hidup benih sangat ditentukan oleh kandungan kuning telur serta kualitas air ditempat pemeliharaan benih. Benih-benih patin berenang aktif secara vertikal menuju permukaan air.
Benih yang berasal dari tempat penampungan sementara selanjutnya dipelihara ditempat pemelihaeraan benih. Tempat pemeliharaan benih dapat berupa akuarium/fiber glass. Akuarium atau fiber glass yang akan digunakan sebelumnya dibersihkan dan dikeringkan untuk menghindari terjadinya serangan penyakit. Setiap akuarium yang akan digunakan air bersih serta diberi aerasi guna menambah kandungan oksigen yang terlarut kedalam air. Pengisian air dilakukan 1-2 hari sebelum penebaran benih. Untuk setiap akuarium berukuran 60 x 45 x 30 cm dapat dipelihara benih sebanyak 20.000 ekor. Jika ada pembeli yang akan membutuhkan benih-benih patin tersebut dapat dijual langsung untuk dipelihara atau didederkan ketempat lain.
Benih dipelihara di akuarium atau fiber glass selama 2 – 3 minggu. Selama pemeliharaan, dari hari 1 –10, benih patin diberi makanan tambahan berupa Artemia yang telah ditetaskan ditempat terpisah dan pemberiannya dilakukan setiap 3 - 4 jam sekali. Setelah hari ke 10 benih patin dapat diberi makanan berupa kutu air (Dapnia sp) jentik nyamuk, cacing sutra. Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan benih, Usahakan jangan sampai ada makanan yang tersisa guna menghindari terjadinya penurunan kualitas air yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian benih.
Selam pemeliharaan lakukan penggantian air bersih 1 – 2 hari sekali atau tergantung pada kebutuhan. Penggantian air dapat dilakukan secara hati-hati dengan cara menyipon atau sambil membuang kotoran yang berada di dasar wadah pemeliharaan dengan menggunakan selang kecil. Penambahan air bersih dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit guna menghindari terjadinya stres pada benih yang dipelihara sampai posisi air mendekati ketinggian semula.   
DAFTAR PUSTAKA
        Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. 1993.Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta.
        Daelami, Deden.2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya.Jakarta
        http://catatanluhkan.blogspot.com/2018/10
        Khairuman dan Dodi Sudenda 2002. Budidaya Patin Secara Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta
Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Patin Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
/