CARA BUDIDAYA
IKAN TAMBAKAN DAN HAMA PENYAKITNYA
Pemijahan Ikan Tambakan
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemijahan diantaranya adalah :
Pemilihan induk
Induk tambakan yang telah matang kelamin dapat dilihat dari
ciri-cirinya seperti berikut :
Betina
Badannya relatif tebal agak membulat, jinak. Sisiknya terutama mulai dari dagu ke perut putih bersih dari pada
jantan. Perut
mengembang dengan pangkal sirip dada berwarna kemerah-merahan.
Jantan
Badan relatif lebih tipis, memanjang dan kelihatan liar. Warnanya mulai dari dagu ke perut lebih gelap
daripada ikan betina. Jika perutnya di
tekan maka akan keluar cairan putih (sperma).
Pada punggung dan pipi sampai dagu terdapat banyak sisik yang berwarna
kehitam-hitaman.
Persiapan kolam
Kolam dikeringkan selama 2-3 hari jika hari panas terik, sedangkan
apabila cuaca mendung maka lakukan selama 5 hari. Bersamaan dengan pengeringan maka lakukan
pembalikan lumpur dasar kolam dan pembuatan kemalir dengan lebar 40 cm dan
kedalamannya 20 cm. Tanah yang menutupi
sebagian atau seluruh saluran sebaiknya segera dibereskan dan diangkat keatas
dasar kolam. Permukaan kolam, terutama
bagian pinggir / tepinya tutup dengan lapisan jerami segar, yang membantu induk
tambakan mencari tempat terlindung yang strategis untuk melaksanakan
pemijahan.
Pemijahan
Pemasukan air dilakukan pagi hari kurang lebih jam
06.00. Setelah air masuk sekitar 2/3
bagian kolam, kurang lebih 40 cm dibagian pemasukan dan 70 cm dibagian
pebgeluaran. Induk induk yang telah
diberok selama 3-7 hari dilepaskan ke dalam kolam. Pelepasan induk jangan melebihi jam 10.00.
Pemijahan ikan tambakan di tandai dengan tercium bau
amis pada permukaan air kolam. Telur
akan terlihat bergaris tengah 1-1,5 mm, terapung karena adanya lapisan globul
lemak. Telur yang akan dibuahi dan hidup
berwarna kuning keputih-putihan jika baru dan berwarna kehitaman pada hari
berikutnya. Telur yang tidak dibuhi akan
mati dan berwarna kelabu atau keputih-putihan.
Embrio telur yang telah dikeluarkan akan mengalami
perubahan warna dalam perkembangannya, yaitu akan berwarna coklat setelah 6
jam, kemudian berwarna coklat gelap
setelah 12 jam, dan kehitam-hitaman setelah 18 jam. Akhirnya telur-telur tersebut akan menetas
dalam waktu 24 jam. Penetasan ini tidak
akan sekaligus, teapi terus-menerus dan baru selesai setelah 12 jam.
Larva yang baru menetas akan terapung dengan perut
diatas dan banyak mengandung pigmen.
Setelah larva berumur 2 hari mereka akan berenang dengan perut
dibawah. Hingga mencapai hari keempat
benih masih belum aktif berenang tetapi tetap tinggal diam didalam jerami. Selama itu benih / larva belum membutuhkan
makanan dari luar sebab masih disuplai dengan kuning telurnya yang ada di dalam
tubuhnya.
|
Setelah ikan
berumur 10 hari, tanah dasar kolam harus diaduk 2 kali sehari agar organisme
makanan yang berada di dasar kolam dapat terapung. Benih dipelihara besama-sama dengan induk di
dalam kolam pemijahan selama 30 hari.
Untuk menambah makanan bagi induk–induk dapat di tambahkan dedak.
Jika menggunakan kolam pemijahan yang terpisah dengan
kolam penetasan dan perawatan benih, kolam pemeliharaan benih harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan
pengeringan dan pemupukan. Karena belum
ada benih, pupuk yang dipergunakan ukurannya lebih banyak yaitu pupuk yang
dipergunakan pupuk kandang sebanyak 1 kg/m2. Pengaliran air untuk memindahkan benih
tambakan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari dimana suhu air rendah.
Pembesaran Ikan Tambakan
Untuk mendapatkan ikan tambakan yang berukuran konsumsi,
maka benih yang baru berumur 30 hari perlu dirawat dan di besarkan dalam
kolam. Sebelum kolam dipergunakan, kolam
harus dikeringkan hingga dasar kolam sedikit retak. Pengeringan ini bertujuan untuk mematikan
bibit penyakit dan hama misalnya gabus maupun mujahir. Kemudian tebarkan pupuk kandang (kotoran
ayam, kambing, kerbau, sapi) sebanyak 1 kuintal untuk luas kolam 100 m2 koam. Kemudian air dimasukan dengan terlebih dahulu
memasang saringan pada pintu pemasukan air untuk mencegah hama yang tidak
dikehendaki masuk bersama air.
Pemasukan air ini sebaiknya tidak terburu–buru hingga penuh cukup
sedalam 20 cm saja. Ini sengaja dengan
maksud agar pembusukan (penguraian) pupuk cepat sehingga jika masih ada
binatang yang masuk ke dalam kolam akan
mati.
|
Anak ikan yang telah berumur 1 bulan dapat dibesarkan di kolam
selama 40 hari untuk mendapatkan benih tambakan sebesar 3-5 cm atau berat per
ekornya 2 gr.
Benih-benih yang berukuran 3-5 cm (2 gr) dengan kepadatan 3.000 ekor
per 100 m2 kolam, dapat dibesarkan lagi untuk mendapatkan benih yang
berukuran 5 gr/ekor hanya dalam jangka waktu 30 hari. Tentunya persiapan kolam seperti sediakala
lagi untuk menjaga makanan bagi benih.
Untuk mendapatkan ikan yang berukuran komsumsii
berukuran 50 gr setiap ekornya, maka ikan-ikan yang berukuran berat 5 gr harus
dipelihara selama 60 hari lagi, dengan persiapan kolan seperti waktu-waktu
sebelumnya.
Makanan tambahan yang biasanya diberikan yaitu dedak
halus yang ditebarkan kepada seluruh permukaan kolam. Pemberian pakan tambahan dapat diberikan pada
pada pagi hari sekitar pukul 10.00 dan sore hari pukul 17.00. Pemberian dedak ini boleh berlebih dari yang
dibutuhkan, karena walau tidak termakan nantinya akan menjadi pupuk yang akan
membantu pertumbuhan pakan alami ikan.
CARA MENGATASI HAMA DAN PENYAKIT
Hama
Pengganggu dan Pemberantasannya
Hama dikenal sebagai pemangsa
(predator) merupakan organisme hidup yang bisa terdiri dari hewan air ataupun
hewan darat. Hama yang umum ditemukan
antara lain ular air, bulus (kura-kura), biawak, sero (lingsang), kodok dan
burung.
Pemberantasan yang paling efektif
yaitu dengan cara mekanik atau dengan membunuhnya secara langsung bila kebetulan
ditemukan dilokasi. Cara lain yaitu
dengan memasang perangkap (ranjau) bagi jenis hama tertentu serta memasang
umpan yang telah dicampur dengan racun.
Selain hama, terdapat pula
sekelompok hewan yang dapat digolongkan kedalam insekta air. Kelompok hewan ini banyak ditemukan pada
areal pembenihan dan pendederan ikan, terutama menyerang serta memangsa telur
dan benih ikan yang masih kecil. Berikut
diantara insekta air yang sering ditemukan pada kolam pembenihan atau
pendederan ikan tambakan.
Kini-kini
Kini-kini hidup dibawah permukaan air,
berasal dari capung (ordonata).
Kemampuan menangkap dan memakan mangsanya sangat tinggi dalam waktu yang
sangat singkat. Cara memangsannya
mula-mula ikan ditangkap kemudian menghisap darah dan memakan mangsanya dengan
cara bertahap.
Pemberantasan
Menghalangi capung agar tidak bertelur
dipermukaan air
Mengurangi padat penebaran
Ucrit
Ucrit (peupeundeuyan)
merupakan larva dari Cybister atau kumbang air. Bentuknya memanjang seperti ulat, berwarna
kehijauan, panjangnya 3-5 cm. Mula-mula
ikan ditangkap dan dilumpuhkan dengan ujung ekor yang bercabang dua dan tajam. Ikan digenggam erat, mangsanya dimakan bagian
demi bagian dengan cara digigit.
Pencegahan
Gunakan sistem filter pada kolam pembenihan
maupun kolam pendederean
Hindari penebaran ikan pada kolam yang
digenangi lebih dari satu minggu
Padat penebaran jangan terlalu tinggi
Gunakan sumber air yang kira-kira tidak
mengandung bibit parasit dan hama
Notonekta
Bentuk maupun ukuran badan notonekta (bebeasan)
persis seperti butiran beras dan seluruh dari bawah badannya (perut) berwarna
putih. Hewan ini membunuh mangsanya
dengan alat penusuk sekaligus berfungsi sebagai alat penghisap cairan tubuh
ikan yang diserang.
Pencegahan
Pemasangan saringan pada pintu pemasukan air.
Pemberantasan
Percikan minyak tanah keseluruh permukaan air
kolan sebanyak 0,5 l/50 m2 luas permukaan air. Penyemprotan kolam menggunakan insektisida
dengan dosis 0,5-1,0 ml/m2 air dan biarkan selama 24 jam.
Parasit Penyebab dan Pemberantasannya
Penyakit ikan mudah sekali
ditularkan dari satu ikan terhadap ikan lainya melalui kulit, insang, dan
terutama melalui air sebagai media hidup ikan.
Penurunan produksi dapat diakibatkan oleh adanya wabah penyakit, hama
dan pengganggu. Penyebab penurunan
produksi harus dikendalikan
dan diberantas hingga tuntas tanpa mengabaikan kelestarian lingkungan.
Adapun jenis penyakit yang
menyerang ikan tambakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini berikut pengendalian dan pemberantasannya.
Tabel 1. Penyakit
dan gejala
NO
|
PENYAKIT
|
SIKLUS HIDUP
|
GEJALA-GEJALA
|
1.
|
Lerneae Sp
|
Secara sepintas
menyerupai cacing yang menempel pada ikan dan termasuk udang kelas rendah
dengan tiga stadium, yaitu : Nauplius, Cepepodid, Cyplopodid. Pada stadium
dewasa bagian kepala berbentuk jangkar yang biasanya menghajam kedalam daging
ikan, sedang pada bagian posteriornya terdapat dua kantung telur.
|
Adanya binatang
renik mirip cacing pada sekujur badannya termasuk sisik dan matanya.
Luka-luka
dan pendarahan pada sekujur badan yang
ditempeli parasit ini.
Ikan yang
terserang Lerneae kurus karena parasit
ini menghisap cairan dalam tubuh ikan.
|
NO
|
PENYAKIT
|
SIKLUS HIDUP
|
GEJALA-GEJALA
|
2.
|
Argulus
|
Bentuk Argulus bulat pipih dan hidup
dengan menghisap darah ikan dan dapat berpindah-pindah dari satu ikan ke ikan
yang lain. Organ yang diserang parasit ini adalah permukaan perut, sisik, dan
biasanya menimbulkan pendarahan pada permukaan kulit ikan. Argulus juga dapat menularkan
penyakit-penyakit ikan yang disebabkan oleh bakteri dan virus.
|
Terlihat iritasi berat,
berenang tidak normal dengan kecepatan tinggi.
Ikan biasanya
menggosok-gosokan badannya pada benda-benda keras,
mengkonsumsi
pakan berkurang sehingga pertumbuhannya menurun karena sel-sel darah dimakan
oleh kutu.
|
3.
|
Saprolegnia Sp & Achlya
|
Keduanya memiliki bentuk hampir sama
menyerupai benang-benang yang halus. Perbedaannya Sparogia dari
Spralorogenia terbentuk dalam hypae sedangkan Sparogia dari Achlya terjadi
diujung-ujung hypae.
|
Bila telah terkena inveksi dan tidak segera
diobati maka ikan akan menjadi kurus dan akhirnya mati. Karena celium
cendawan ini dapat menerobos bagian dalam dan lalu masuk ke otot daging
bahkan sampai ketulang-tulang ikan.
|
4.
|
Ichtyopthirius multifilis
|
Seluruh tubuhnya
diselimuti oleh bulu-bulu halus (cilia) yang dapat digunakan untuk berenang
mencari inangnya dengan sebuah nucleus yang bentuknya seperti kacang tanah.
|
Banyak
mengeluarkan lendir
Terlihat bintik
putih pada sirip/ kulit/ insang
Sering terdapat
pada permukaan air
Pertumbuhannya
terlambat dan warnanya pucat
|
Tabel
2. Penyakit, pencegahan dan penanggulangannya
NO
|
PENYAKIT
|
PENCEGAHAN
|
PENGOBATAN
|
TREATMEN ALAMI
|
1.
|
Lerneae Sp
|
Pembuatan filter pada pemasukan air
|
Pencelupan dalam
larutan Formalin 25 ml/100 lt air selama 10-15 menit, dan pengobatan ini
harus dilakukan 2-3 kali dengan selang waktu 2-3 hari sampai ikan benar-benar
terbebas dari Lernaea.
|
Perendaman
dengan menggunakan ekstrak daun sirih atau mahkota dewa. Karena kedua jenis
itu mempunyai khasiat anti bakteri dan anti septic.
|
2.
|
Argulus inducus
|
Pengeringan kolam selama 2-3 hari,
pengeringan kolam dapat menggunakan CaCo3 dengan dosis 25 kg / ha
dan biarkan selama 3 minggu.
|
-Secara Mekanis
Ikan yang
terkena infeksi Argulusnya dapat
diambil dengan pinset.
-Secara kimia
Dengan metoda perendaman,
menggunakan :
Lysol 1:500 ml
selama 15 detik
DDT 1:1000 ml
selama15 detik
Kemudian ikan dimasukan
kedalam bak yang berisi air bersih dan mengalir.
Dengan metoda dimandikan,
menggunakan :
|
Diberikan ekstrak daun sirih ke dalam kolam untuk membunuh protozoa
tersebut.
|
3.
|
Saprolegnia Sp & Achlya
|
Malacithe Green 0,5 ppm untuk pengangkutan
telur-telur dan benih-benih ikan, sedangkan di dalam kolam dapat melakukan
penyemprotan kedalam kolam yang terserang cendawan 3 kali ulangan interval 3
hari sekali.
|
Perendaman dalam
larutan Malacithe Green 1:200.000 selama 1½ jam
Potassium Permanganate
1:100.000 selama 1½ jam
Potassium
Bichormate 1 : 25.000 selama 1 minggu
|
Diberikan
ekstrak daun sirih yang berfungsi mengobati luka serta membunuh jamur-jamur
yang menyerang.
|
4.
|
Ichtyopthirius multifilis
|
Ikan-ikan yang
baru datang dari luar dikarantinakan terlebih dahulu didalam air mengalir
selama 3 minggu.
Kolam yang akan
ditebari ikan harus dikeringkan terlabih dahulu selama3 hari.
Pemberian kapur
CaCO3nyak 12 ½ kg/ are.
|
Peremdaman dalam
NaCl 25 % 10-15 menit
|
Dilakukan
perendaman menggunakan ekstrak sambiloto. Hal ini untuk membunuh parasit tsb
karena bersifat anti bakteri.
|
DAFTAR PUSTAKA
Daelami, D. 2002. Agar
Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta
Hardjamulia, A. 1978. Budidaya. Departemen Pertanian Badan
Pendidikan dan penyuluhan Pertanian. SUPM Bogor
https: //id.wikipedia.org/wiki/ikan_tambakan
Kusumah, H.
1985. Penyakit dan Hama Ikan. Departemen Pertanian Badan pendidikan,
Latihan dan penyuluh Pertanian. SUPM Bogor
Razi Fahrur, 2013. Penanganan Hama dan penyakit Tambakan.Badan Pengembangan
Sumber daya manusia Kelautan dan perikanan. Pusat Pelatihan dan Penyuluhan KP.
Susanto, H. 1990. Budidaya
Ikan di Pekarangan. Peenebar Swadaya. Jakarta
Yusmaningsih J. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Tambakan Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.