MORFOLOGI IKAN
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar.
Bagian-bagian Tubuh Ikan
Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga bagian (Gambar 5), yaitu:
1. Caput:
bagian kepala, yaitu mulai
dari
ujung moncong
terdepan
sampai dengan ujung tutup insang paling belakang.
Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi,
sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya.
2. Truncus: bagian badan, yaitu mulai dari ujung tutup insang bagian belakang sampai dengan permulaan sirip dubur.
Pada bagian badan terdapat sirip
punggung, sirip dada,
sirip perut,
serta organ-organ dalam seperti hati,
empedu, lambung, usus, gonad, gelembung renang, ginjal, limpa, dan sebagainya.
3. Cauda: bagian ekor, yaitu mulai dari permulaan sirip dubur sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling belakang.
Pada bagian ekor terdapat anus, sirip dubur, sirip ekor, dan
kadang-kadang
juga terdapat scute dan finlet.
Bagian tubuh ikan
mempunyai
ukuran
yang sangat
bervariasi.
Ukuran bagian badan pada ikan
tambakan (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) sangat pendek,
sirip dubur sangat
panjang, dan permulaan
sirip dubur
tidak jauh dari bagian kepala. Sebaliknya, ukuran bagian badan pada ikan belut sangat panjang.
Bentuk-bentuk Tubuh Ikan
Bentuk tubuh ikan
biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan
berbentuk setangkup atau
simetris bilateral, yang berarti jika
ikan tersebut dibelah
pada bagian tengah-tengah tubuhnya (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris
bilateral, yang
mana
jika tubuh
ikan
tersebut
dibelah secara melintang (cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri
tubuh, misalnya
pada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801)) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus (Lacepède, 1802)).
Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan atas (Gambar 6):
1. Fusiform
atau bentuk torpedo (bentuk cerutu), yaitu
suatu bentuk
yang sangat stream-line
untuk bergerak dalam
suatu medium
tanpa
mengalami banyak hambatan. Tinggi tubuh hampir sama dengan lebar
tubuh, sedangkan panjang tubuh beberapa kali
tinggi tubuh. Bentuk tubuh hampir
meruncing pada kedua bagian ujung.
Contoh: Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) kembung lelaki Euthynnus affinis (Cantor, 1849) tongkol Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) cakalang
2. Compressed atau pipih, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke
samping. Tinggi badan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan tebal ke samping (lebar tubuh). Lebar tubuh juga lebih kecil daripada panjang tubuh.
Contoh: Gerres filamentous Cuvier, 1829 kapas-kapas Gazza minuta (Bloch, 1795) peperek bondolan
Parastromateus niger (Bloch, 1795) bawal hitam
3. Depressed atau picak,
yaitu bentuk
tubuh yang gepeng ke bawah.
Tinggi badan jauh
lebih kecil bila dibandingkan dengan
tebal
ke arah samping badan (lebar tubuh).
Contoh: Rhynchobatus djiddensis (Forsskål, 1775) pare kekeh Himantura uarnak (Gmelin, 1789) pare totol Pastinachus sephen (Forsskål, 1775) pare kelapa
4. Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang
lintang yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing/tipis.
Contoh: Anguilla celebesensis Kaup, 1856 sidat Monopterus albus (Zuiew, 1793) belut Plotosus canius Hamilton, 1822 sembilang
5. Filiform atau bentuk tali, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai tali.
Contoh: Pseudophallus straksii (Jordan & Cuvier, 1895) pipefish
Nemichthys scolopaceus Richardson, 1848
snipe eel
6. Taeniform atau flatted-form
atau
bentuk
pita,
yaitu
bentuk
tubuh yang memanjang dan tipis menyerupai pita.
Contoh: Trichiurus brevis Wang & You, 1992 ikan layur
Pholis laeta (Cope, 1873)
7. Sagittiform
atau bentuk panah,
yaitu bentuk
tubuh yang menyerupai
anak panah.
Contoh: Esox lucius Linnaeus, 1758 pike
8. Globiform atau bentuk bola, yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai bola.
Contoh: Diodon histrix Linnaeus, 1758 buntal landak
Cyclopterus lumpus Linnaeus, 1758 lumpfish
9. Ostraciform
atau bentuk kotak, yaitu bentuk
tubuh
ikan
yang
menyerupai kotak.
Contoh: Tetraodon baileyi Sontirat, 1989 hairy puffer
Lagocephalus sceleratus (Gmelin, 1789) toadfish
Tidak semua ikan
mempunyai bentuk tubuh sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Beberapa jenis ikan mempunyai bentuk tubuh yang berbeda, misalnya pada ikan Eurypegasus draconis (Linnaeus, 1766) dari
famili Pegasidae, ikan sapi Acanthostracion quadriformis (Linnaeus, 1758)(famili Ostraciidae), ikan tangkur kuda Hippocampus kuda Bleeker, 1852 (famili Syngnathidae)(Gambar 7). Bentuk tubuh ikan Ictalurus
punctatus (Rafinesque, 1818) dari famili Ictaluridae dan golongan lele Clarias batrachus (Linnaeus, 1758) merupakan kombinasi dari beberapa bentuk tubuh, yaitu bagian kepala berbentuk picak, bagian badan berbentuk cerutu, dan bagian ekor berbentuk pipih (Gambar 7-C).
Kepala Ikan
Kepala ikan umumnya tidak bersisik,
tetapi ada juga yang bersisik. Bagian- bagian pada kepala ikan yang penting adalah:
1. Tulang-tulang tambahan tutup insang.
Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup oleh tutup
insang (apparatus opercularis). Tulang-tulang tutup insang (Gambar 8) terdiri dari:
- Os
operculare,
berupa
tulang
yang
paling besar
dan letaknya
paling dorsal.
- Os preoperculare, berupa tulang sempit yang melengkung seperti sabit dan terletak di depan sekali.
- Os interoperculare,
juga merupakan tulang yang sempit dan terletak di antara os operculare dan os preoperculare.
- Os suboperculare, bagian tulang yang terletak di bawah sekali.
Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang terdapat suatu selaput tipis yang menutupi tulang-tulang
di atasnya, disebut membrana
branchiostega. Membrana ini diperkuat oleh radii branchiostega yaitu berupa tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian ventral dari pharynx.
2. Bentuk mulut.
Ada berbagai
macam bentuk mulut ikan dan hal tersebut
berkaitan erat dengan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk mulut ikan
dapat
dibedakan atas (Gambar 9):
- Bentuk tabung (tube like), misalnya pada
ikan
tangkur kuda
(Hippocampus histrix Kaup, 1856)
- Bentuk paruh (beak like), misalnya
pada ikan julung-julung
(Hemirhamphus far (Forsskål, 1775))
- Bentuk
gergaji (saw like)
misalnya
pada ikan cucut gergaji
(Pristis microdon Latham, 1794)
- Bentuk terompet, misalnya pada Campylomormyrus
elephas (Boulenger,
1898)
Berdasarkan dapat tidaknya mulut ikan tersebut disembulkan, maka bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 10):
- Mulut yang dapat disembulkan, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758)
- Mulut yang
tidak
dapat
disembulkan, misalnya pada ikan
lele
(Clarias batrachus (Linnaeus, 1758))
3. Letak mulut.
Letak atau posisi mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 11):
- Inferior, yaitu mulut yang terletak
di bawah hidung, misalnya pada ikan pare kembang (Neotrygon kuhlii (Müller & Henle, 1841)) dan ikan cucut (Chaenogaleus macrostoma (Bleeker, 1852)).
- Subterminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah,
misalnya pada ikan kuro/senangin (Eleutheronema tetradactylum (Shaw,
1804)) dan ikan setuhuk putih (Makaira indica (Cuvier, 1832)).
- Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)) dan
ikan mas (Cyprinus carpio
carpio Linnaeus, 1758).
- Superior,
yaitu mulut yang terletak
di atas hidung,
misalnya
pada ikan julung-julung (Hemirhamphus
far (Forsskål, 1775)) dan ikan kasih madu (Kurtus indicus Bloch, 1786).
4. Letak sungut.
Sungut ikan berfungsi sebagai alat peraba dalam mencari makanan dan umumnya terdapat pada ikan-ikan yang aktif mencari makan
pada malam hari (nokturnal) atau ikan-ikan yang aktif
mencari makan di dasar perairan. Ikan-ikan yang memiliki sungut antara lain
adalah ikan sembilang (Plotosus canius Hamilton, 1822), ikan lele (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)), dan ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758).
Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi. Letak, bentuk, dan jumlah sungut
berbeda-beda. Ada yang terletak
pada
hidung, bibir,
dagu, sudut mulut, dan sebagainya. Bentuk
sungut dapat berupa rambut, pecut/cambuk, sembulan kulit, bulu, dan sebagainya. Ada
ikan
yang memiliki satu lembar sungut,
satu pasang, dua pasang, atau beberapa
pasang
(Gambar12).
Badan Ikan
Seluruh
badan
ikan umumnya mempunyai sisik (squama).
Sisik
disebut
juga rangka dermal, yang berhubungan dengan rangka luar (exoskeleton). Sisik atau squama membentuk rangka luar terutama pada ikan-ikan primitif, misalnya pada ikan tangkur kuda (Hippocampus histrix Kaup, 1856.) yang memiliki sisik sangat keras.
Sisik yang sangat fleksibel ditemukan pada ikan-ikan moderen. Ikan-ikan yang tidak mempunyai sisik
antara lain
Ameiurus nebulosus (Lesueur, 1819) dari famili Ictaluridae,
Lampetra tridentata
(Richardson,
1836) dari famili Petromyzontidae, dan ikan
belut Monopterus albus (Zuiew, 1793) dari famili
Synbranchidae. Beberapa ikan
hanya
mempunyai sisik hanya pada bagian-bagian tubuh tertentu
saja,
misalnya Polyodon
spathula
(Walbaum, 1792)
dan ikan cakalang Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758).
Menurut bentuknya, sisik
ikan dapat
dibedakan atas beberapa tipe
(Gambar 13), yaitu:
- Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah
- Placoid,
merupakan sisik
tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan yang termasuk kelas Chondrichthyes.
- Ganoid, merupakan sisik yang terdiri atas garam-garam ganoin, banyak terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii.
- Cycloid, berbentuk seperti lingkaran, umumnya terdapat pada ikan yang berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii).
- Ctenoid, berbentuk seperti sisir, ditemukan
pada ikan yang berjari-jari sirip keras (Acanthopterygii)
Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, terdapat suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang, yang disebut garis rusuk atau gurat sisi
(linea lateralis). Garis rusuk dapat
ditemukan baik pada ikan yang mempunyai sisik maupun tidak
bersisik. Pada ikan yang bersisik, garis rusuk ini
dibentuk oleh sisik yang memiliki pori-pori.
Garis rusuk berfungsi sebagai indera keenam pada ikan, yaitu
untuk mengetahui perubahan tekanan air yang terjadi
sehubungan
dengan aliran
arus air, untuk mengetahui jika ikan itu
mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi.
Garis rusuk yang biasa disingkat dengan “L.l.” berbeda dengan garis sisi (linea transversalis) yang biasa disingkat dengan “L.tr.” atau
“l.l.”. Sisik-sisik yang dilalui oleh garis rusuk mempunyai lubang di
tengah-tengahnya sedangkan sisik- sisik yang dilalui
oleh garis sisi tidak mempunyai lubang atau pori
Setiap jenis ikan mempunyai garis rusuk yang berbeda-beda. Gambar 14 memperlihatkan beberapa contoh garis rusuk
yang ditemukan
pada berbagai jenis ikan. Ada yang hanya memiliki satu dan ada yang lebih, ada yang lengkap tetapi ada pula yang terputus-putus, ada yang berbentuk garis lurus dan ada
pula yang bengkok, ada yang menyerupai garis melengkung ke atas
dan ada pula yang seperti garis melengkung ke bawah.
Selain beberapa bagian-bagian yang telah disebutkan di
atas,
pada badan ikan juga sering ditemukan (Gambar 15):
- Finlet (jari-jari
sirip
tambahan), merupakan
sembulan-sembulan
kulit yang tipis dan pendek,
umumnya berbentuk
segitiga, kadang-kadang
mempunyai satu jari-jari.
Finlet terletak
di antara sirip punggung dan sirip ekor, dan
di antara sirip dubur
dan sirip
ekor. Finlet
ditemukan
misalnya pada
ikan
kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma
(Bleeker, 1851)) dan ikan
tenggiri (Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800))
- Scute (skut, sisik duri), merupakan kelopak tebal yang mengeras dan tersusun seperti genting. Skut
yang ditemukan pada daerah perut
disebut abdominal scute
(misalnya pada Clupeoides hypselosoma
Bleeker, 1866), sedangkan
skut
yang terdapat
pada daerah
pangkal ekor disebut caudal scute (misalnya pada ikan
selar, Caranx heberi (Bennet, 1830)).
- Keel (kil,
lunas), merupakan
rigi-rigi
yang pada bagian
tengahnya terdapat puncak yang meruncing, ditemukan pada
bagian batang ekor ikan.
Kil misalnya terdapat pada ikan tongkol (Thunnus tonggol (Bleeker, 1851)), ikan slengseng (Scomber australasicus Cuvier, 1832), dan ikan-ikan lain dari famili Scomberidae.
- Adipose fin (sirip lemak), merupakan sembulan kulit di belakang
sirip
punggung dan sirip dubur,
agak
panjang dan tinggi
tetapi agak tipis
sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak.
Sirip lemak ini
misalnya terdapat pada
ikan
keting (Ketengus
typus
Bleeker, 1847) dan
ikan
jambal (Pangasius pangasius (Hamilton,
1822)).
- Interpelvic process
(cuping), merupakan pertumbuhan kulit yang menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut. Cuping ini
ditemukan misalnya pada ikan tongkol (Auxis thazard thazard
(Lacepède, 1800)) dan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis (Linnaeus,
1758).
Anggota Gerak
Anggota gerak pada
ikan berupa sirip-sirip. Ikan dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya
karena adanya sirip-sirip tersebut. Sirip ini ada yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang tunggal.
Sirip yang berpasangan adalah:
- Sirip
dada
(pinnae
pectoralis
=
pinnae
thoracicae
=
pectoral
fins), disingkat dengan P atau P1.
- Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis =
pelvic fins = ventral fins), disingkat dengan V atau P2. Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal adalah:
- Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika sirip punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di bagian depan) disingkat dengan D1, sedangkan sirip punggung kedua
(yang di belakang) disingkat dengan D2.
- Sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A.
- Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C.
Ikan-ikan yang mempunyai baik sirip-sirip yang berpasangan maupun sirip- sirip tunggal disebut ikan bersirip lengkap (Gambar
16). Namun demikian
ada juga ikan-ikan yang tidak bersirip
lengkap. Ikan buntal (Triodon
macropterus Lesson, 1831) tidak
mempunyai sirip
perut, sedangkan ikan bawal (Parastromateus
niger (Bloch, 1795)) juvenil memiliki sirip perut tetapi pada saat dewasa sirip ini tidak berkembang dan bahkan tereduksi.
Pada beberapa jenis
ikan, ada sirip yang mengalami modifikasi menjadi
semacam
alat
peraba, penyalur
sperma, penyalur
cairan beracun, dan lain-lain.
Ikan gurami
(Osphronemus gouramy
Lacepède,
1801) mempunyai sirip perut yang bermodifikasi menjadi alat
peraba. Sirip punggung
pertama pada ikan remora (Remora remora (Linnaeus, 1758)) berubah fungsinya menjadi
alat penempel. Jari-jari
mengeras
sirip dada ikan lele (Clarias batrachus) berfungsi
sebagai alat penyalur cairan beracun. Ikan terbang (Hyrundichthys oxycephalus (Bleeker, 1852)) memiliki sirip dada yang sangat panjang sehingga ikan ini
dapat
terbang di atas permukaan air (Gambar 17).
Setiap sirip
disusun oleh
“membrana”, yaitu suatu selaput yang terdiri dari jaringan lunak, dan “radialia” atau “jari-jari sirip” yang terdiri dari jaringan tulang atau tulang rawan. Radialia
ini ada yang bercabang
dan ada pula
yang tidak, tergantung pada jenisnya.
Berdasarkan letak sirip perut terhadap sirip dada, dapat dibedakan empat
macam letak sirip perut (Gambar 18), yaitu:
- Abdominal, yaitu jika letak sirip perut agak jauh ke belakang dari sirip
dada, misalnya
pada
ikan bulan-bulan (Megalops cyprinoides
(Broussonet, 1782) dan ikan japuh (Dussumieria
acuta Valenciennes,
1847).
- Subabdominal, yaitu jika letak sirip perut agak dekat dengan sirip dada, misalnya pada ikan
kerong-kerong (Therapon theraps Cuvier, 1829) dan ikan karper perak (Hypophthalmichthys molitrix (Valenciennes, 1844))
- Thoracic, yaitu jika sirip perut
terletak
tepat
di bawah
sirip dada,
misalnya pada
ikan layang (Decapterus russelli
(Rüppell,
1830)) dan ikan bambangan (Lutjanus sanguineus (Cuvier, 1828)).
- Jugular, yaitu jika sirip perut terletak agak lebih ke depan daripada sirip dada, misalnya pada ikan
kasih madu (Kurtus indicus Bloch, 1786) dan ikan tumenggung (Priacanthus tayenus Richardson, 1846).
Ekor Ikan
Kent (1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam seperti terlihat pada Gambar 19. Pembagian ini berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae, yaitu:
- Protocercal, ujung
belakang notochord
atau vertebrae berakhir lurus pada ujung
ekor, umumnya
ditemukan
pada ikan-ikan
yang
masih
embrio dan ikan Cyclostomata.
- Heterocercal, ujung belakang notochord pada
bagian ekor agak membelok ke
arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, misalnya pada ikan cucut.
- Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat
dari arah
luar, terdapat pada Teleostei.
- Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda
sehingga sirip ekor terbagi secara simetris baik dari arah
dalam maupun dari
arah
luar,
terdapat pada ikan Dipnoi dan
Latimeria menadoensis Pouyaud, Wirjoatmodjo, Rachmatika, Tjakrawidjaja, Hadiaty & Hadie, 1999..
Jika ditinjau
dari bentuk
luar
sirip
ekor, maka
secara morfologis
dapat dibedakan beberapa bentuk sirip ekor (Gambar 20), yaitu:
- Rounded (membundar), misalnya pada ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis (Valenciennes, 1828)).
- Truncate (berpinggiran tegak), misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)).
- Pointed
(meruncing), misalnya pada
ikan sembilang
(Plotosus
canius
Hamilton, 1822).
- Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada ikan gulamah (Argyrosomus
amoyensis (Bleeker, 1863)).
- Emarginate (berpinggiran berlekuk tunggal), misalnya pada ikan lencam merah (Lethrinus obsoletus (Forsskål, 1775)).
- Double emarginate (berpinggiran berlekuk ganda), misalnya pada ikan ketang-ketang (Drepane punctata (Linnaeus, 1758)).
- Forked / Furcate
(bercagak),
misalnya pada ikan
cipa-cipa
(Atropus atropos (Bloch & Schneider, 1801)).
- Lunate (bentuk sabit), misalnya pada ikan tuna mata besar (Thunnus
obesus (Lowe, 1839)).
- Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil (Eusphyra blochii (Cuvier, 1816)).
_ Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang (Exocoetus volitans Linnaeus, 1758).
Daftar Pustaka
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi.
Pusat Antar Universitas
Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z. 1974.
Ichthyologi I.
Departemen Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Alamsjah, Z.
dan M.F. Rahardjo. 1977.
Penuntun Untuk
Identifikasi Ikan.
Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the
World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid
Species Known to
Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.
Andy Omar, S.
Bin. 1987. Penuntun
Praktikum
Sistematika Dasar.
Jurusan
Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.
Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung.
Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Armico, Bandung.
Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.
Kent, G.G. 1954. Comparative
Anatomy
of the Vertebrates.
McGraw
Hill Book
Company, Inc., New York.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S.
Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of
Western Indonesia
and
Sulawesi. Periplus Editions
Limited, Hong Kong.
Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.
1977. Ichthyology.
Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.
Mayr, E. and P.D. Ashlock. 1991. Principles of Systematic Zoology. Second edition.McGraw Hill International Edition, New York.
Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes.
An Introduction
to Ichthyology.
Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.
Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London.
Rahardjo,
M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1
dan 2. Bina Cipta, Jakarta.
Scott, J.S. 1959. An
Introduction to the
Sea Fishes of Malaya. Ministry of
Agriculture, Federation of Malaya.
Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R.
Affandi, dan M.
Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar