Selasa, 01 Januari 2019

Morfologi Ikan

MORFOLOGI IKAN




    Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme. Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang kelihatan dari luar.
Bagian-bagian Tubuh Ikan


Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga bagian (Gambar 5), yaitu:

1.     Caput:  bagian  kepala,  yaitu  mulai  dari  ujung  moncong  terdepan  sampai dengan ujung tutup insang paling belakang.
Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya.
2.     Truncus: bagian badan, yaitu mulai dari ujung tutup insang bagian belakang sampai dengan permulaan sirip dubur.
Pada  bagian  badan  terdapat  sirip  punggung,  sirip  dada,  sirip  perut,  serta organ-organ dalam seperti hati, empedu, lambung, usus, gonad, gelembung renang, ginjal, limpa, dan sebagainya.
3.     Cauda: bagian ekor, yaitu mulai dari permulaan sirip dubur sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling belakang.
Pada bagian ekor terdapat anus, sirip dubur, sirip ekor, dan kadang-kadang juga terdapat scute dan finlet.


Bagian  tubuh  ikan  mempunyai  ukuran  yang  sangat  bervariasi.  Ukuran bagian badan pada ikan tambakan  (Helostoma temminckii Cuvier, 1829)  sangat  pendek,  sirip dubur sangat panjang,  dan permulaan  sirip dubur  tidak jauh dari bagian kepala. Sebaliknya, ukuran bagian badan pada ikan belut sangat panjang.





Bentuk-bentuk Tubuh Ikan

Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah  pada bagian tengah-tengah tubuhnya  (potongan sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi kiri. Selain itu, ada beberapa jenis ikan yang mempunyai bentuk non-simetris bilateral,  yang  mana  jika  tubuh  ikan  tersebut  dibelah  secara  melintang  (cross section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801)) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus (Lacepède, 1802)).
Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan atas (Gambar 6):

1.     Fusiform  atau  bentuk  torpedo  (bentuk  cerutu),  yaitu  suatu  bentuk  yang sangat  stream-line  untuk bergerak  dalam  suatu medium  tanpa  mengalami banyak   hambatan Tingg tubu hampir   sam dengan   lebar   tubuh, sedangkan panjang tubuh beberapa kali tinggi tubuh. Bentuk tubuh hampir meruncing pada kedua bagian ujung.
Contoh: Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816)                 kembung lelaki Euthynnus affinis (Cantor, 1849)                        tongkol Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758)               cakalang
2.     Compressed atau pipih, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Tinggi badan jauh lebih besar bila dibandingkan  dengan tebal ke samping (lebar tubuh). Lebar tubuh juga lebih kecil daripada panjang tubuh.
Contoh: Gerres filamentous Cuvier, 1829                        kapas-kapas Gazza minuta (Bloch, 1795)                                peperek bondolan Parastromateus niger (Bloch, 1795)                   bawal hitam
3.     Depressed  atau picak,  yaitu bentuk  tubuh yang gepenke bawah.  Tinggi badan  jauh  lebih  kecil  bila  dibandingkan  dengan  tebal  ke  arah  samping badan (lebar tubuh).
Contoh: Rhynchobatus djiddensis (Forsskål, 1775)        pare kekeh Himantura uarnak (Gmelin, 1789)                       pare totol Pastinachus sephen (Forsskål, 1775)                pare kelapa

4.     Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan yang memanjang  dengan penampang  lintang yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing/tipis.
Contoh: Anguilla celebesensis Kaup, 1856                      sidat Monopterus albus (Zuiew, 1793)                        belut Plotosus canius Hamilton, 1822                          sembilang
5.     Filiform atau bentuk tali, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai tali.

Contoh: Pseudophallus straksii (Jordan & Cuvier, 1895) pipefish

Nemichthys scolopaceus Richardson, 1848      snipe eel

6.     Taeniform  atau  flatted-form  atau  bentuk  pita,  yaitu  bentuk  tubuh  yang memanjang dan tipis menyerupai pita.
Contoh: Trichiurus brevis Wang & You, 1992                  ikan layur

Pholis laeta (Cope, 1873)

7.     Sagittiform  atau bentupanah,  yaitu bentuk  tubuyang menyerupai  anak panah.
Contoh: Esox lucius Linnaeus, 1758                                pike

8.     Globiform atau bentuk bola, yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai bola.

Contoh: Diodon histrix Linnaeus, 1758                             buntal landak

Cyclopterus lumpus Linnaeus, 1758                   lumpfish

9.     Ostraciform  atabentuk  kotak,  yaitu  bentuk  tubuh  ikan  yang  menyerupai kotak.
Contoh: Tetraodon baileyi Sontirat, 1989                         hairy puffer

Lagocephalus sceleratus (Gmelin, 1789)          toadfish



Tidak semua ikan mempunyai bentuk tubuh sebagaimana yang telah disebutkan di atas. Beberapa jenis ikan mempunyai bentuk tubuh yang berbeda, misalnya pada ikan Eurypegasus draconis (Linnaeus, 1766) dari famili Pegasidae, ikan sapi Acanthostracion  quadriformis (Linnaeus, 1758)(famili Ostraciidae), ikan tangkur kuda Hippocampus kuda Bleeker, 1852 (famili Syngnathidae)(Gambar  7). Bentuk tubuh ikan Ictalurus  punctatus  (Rafinesque,  1818) dari famili Ictaluridae dan golongan lele Clarias batrachus (Linnaeus, 1758) merupakan kombinasi dari beberapa bentuk tubuh, yaitu bagian kepala berbentuk picak, bagian badan berbentuk cerutu, dan bagian ekor berbentuk pipih (Gambar 7-C).



Kepala Ikan

Kepala ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik. Bagian- bagian pada kepala ikan yang penting adalah:
1.     Tulang-tulang tambahan tutup insang.

Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup oleh tutup insang (apparatus opercularis). Tulang-tulang tutup insang (Gambar 8) terdiri dari:
-      Os  operculare,  berupa  tulang  yang  paling  besar  dan  letaknya  paling dorsal.
-      Os preoperculare,  berupa tulang sempit yang melengkung  seperti sabit dan terletak di depan sekali.
-      Os interoperculare,  juga merupakan  tulang yang sempit dan terletak  di antara os operculare dan os preoperculare.
-    Os suboperculare, bagian tulang yang terletak di bawah sekali.



Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang terdapat suatu selaput tipis yang menutupi tulang-tulang  di atasnyadisebut membrana  branchiostega. Membrana ini diperkuat oleh radii branchiostegyaitu berupa tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian ventral dari pharynx.


2.     Bentuk mulut.

Ada  berbagai  macam  bentuk  mulut  ikan  dan  hatersebut  berkaitan  erat dengan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 9):
-    Bentuk    tabung    (tube    like),    misalnya    pada    ikan    tangkur    kuda

(Hippocampus histrix Kaup, 1856)

-    Bentuk    paruh    (beak    like),    misalnya     pada    ikan    julung-julung

(Hemirhamphus far (Forsskål, 1775))

-      Bentuk  gergaji  (saw  like)  misalnya  pada  ikan  cucut  gergaji  (Pristis microdon Latham, 1794)
-    Bentuk terompet, misalnya pada Campylomormyrus  elephas (Boulenger,

1898)

Berdasarkan dapat tidaknya mulut ikan tersebut disembulkan, maka bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 10):

-      Mulut yang dapat disembulkan, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758)
-      Mulut  yang  tidak  dapat  disembulkan,  misalnya  pada  ikan  lele  (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758))


3.     Letak mulut.

Letak atau posisi mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 11):

-      Inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung, misalnya pada ikan pare kembang (Neotrygon kuhlii (ller & Henle, 1841)) dan ikan cucut (Chaenogaleus macrostoma (Bleeker, 1852)).
-      Subterminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah, misalnya pada ikan kuro/senangin (Eleutheronema tetradactylum (Shaw,
1804)) dan ikan setuhuk putih (Makaira indica (Cuvier, 1832)).

-      Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)) dan ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758).
-         Superior,  yaitu mulut yang terletak  di atas hidung,  misalnya  pada ikan julung-julung (Hemirhamphus  far (Forsskål, 1775)) dan ikan kasih madu (Kurtus indicus Bloch, 1786).


4.     Letak sungut.

Sungut ikan berfungsi sebagai alat peraba dalam mencari makanan dan umumnya  terdapat  pada ikan-ikan  yang aktif mencari  makan  pada malam hari (nokturnal) atau ikan-ikan yang aktif mencari makan di dasar perairan. Ikan-ikan yang memiliki sungut antara lain adalah ikan sembilang (Plotosus canius Hamilton, 1822), ikan lele (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)), dan ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758).
Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi. Letak, bentuk, dan jumlah  sungut  berbeda-beda.  Ada  yanterletak  pada  hidung,  bibir,  dagu, sudut mulut, dan    sebagainya.   Bentuk     sungut dapat berupa rambut, pecut/cambuk, sembulan kulit, bulu, dan sebagainya. Ada ikan yang memiliki satu  lembar  sungut,  satpasang,  dua  pasang,  atau  beberapa  pasang (Gambar12).


Badan Ikan

Seluruh  badan  ikan  umumnya  mempunyai  sisi(squama).  Sisik  disebut juga rangka dermal, yang berhubungan dengan rangka luar (exoskeleton). Sisik atau squama membentuk rangka luar terutama pada ikan-ikan primitif, misalnya pada ikan tangkukuda (Hippocampus  histrix Kaup,  1856.)  yang memiliki sisik sangat keras.
Sisik yang sangat fleksibel ditemukan  pada ikan-ikan moderen. Ikan-ikan yang tidak mempunyai sisik antara lain Ameiurus nebulosus (Lesueur, 1819) dari famili  Ictaluridae,  Lampetra  tridentata  (Richardson,  1836)  darfamili Petromyzontidae, dan ikan belut Monopterus albus (Zuiew, 1793) dari famili Synbranchidae. Beberapa ikan hanya mempunyai sisik hanya pada bagian-bagian tubuh  tertentu  saja,  misalnya  Polyodon  spathula  (Walbaum,  1792)  daikan cakalang Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758).
Menurut   bentuknya sisik   ika dapat   dibedaka ata beberapa   tipe

(Gambar 13), yaitu:

-    Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah

-     Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan yang termasuk kelas Chondrichthyes.
-     Ganoid, merupakan sisik yang terdiri atas garam-garam ganoin, banyak terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii.
-     Cycloid, berbentuk seperti lingkaran, umumnya terdapat pada ikan yang berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii).
-     Ctenoid, berbentuk seperti sisir, ditemukan  pada ikan yang berjari-jari sirip keras (Acanthopterygii)


Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, terdapat suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang, yang disebut garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis). Garis rusuk dapat  ditemukan  baik pada ikan yang mempunyai  sisik maupun  tidak  bersisik. Pada ikan yang bersisik, garis rusuk ini dibentuk oleh sisik yang memiliki pori-pori. Garis rusuk berfungsi sebagai indera keenam pada ikan, yaitu untuk mengetahui perubahan  tekanan  air yang  terjadi  sehubungan  dengan  aliran  arus  air,  untuk mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi.


Garis rusuk yang biasa disingkat dengan “L.l.” berbeda dengan garis sisi (linea transversalis) yang biasa disingkat dengan L.tr.” atau l.l.. Sisik-sisik yang dilalui oleh garis rusuk mempunyai lubang di tengah-tengahnya sedangkan sisik- sisik yang dilalui oleh garis sisi tidak mempunyai lubang atau pori
Setiap jenis ikan mempunyai garis rusuk yang berbeda-beda.  Gambar 14 memperlihatkan  beberapa  contoh    garis  rusuk  yang  ditemukan  pada  berbagai jenis ikan. Ada yang hanya memiliki satu dan ada yang lebih, ada yang lengkap tetapi ada pula yang terputus-putus, ada yang berbentuk garis lurus dan ada pula yang bengkok, ada yang menyerupai garis melengkung ke atas dan ada pula yang seperti garis melengkung ke bawah.
Selain beberapa bagian-bagian yang telah disebutkan di atas, pada badan ikan juga sering ditemukan (Gambar 15):
-     Finlet  (jari-jari  sirip  tambahan),  merupakan  sembulan-sembulan  kulit yang  tipis dan  pendek,  umumnya  berbentuk  segitiga,  kadang-kadang mempunyai  satu jari-jari.  Finlet  terletak  di antara  sirip punggung  dan sirip  ekor,  dan  di antara  sirip dubur  dan  sirip  ekor.  Finlet  ditemukan misalnya pada ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma (Bleeker, 1851)) dan ikan tenggiri (Scomberomorus commerson (Lacepède, 1800))
-     Scute (skut, sisik duri), merupakan kelopak tebal yang mengeras dan tersusun  seperti  genting.  Skut  yang  ditemukan  pada  daerah  perut disebut   abdomina scute  (misalny pada  Clupeoides   hypselosoma Bleeker,  1866),  sedangkan  skut  yanterdapat  pada  daerah  pangkal ekor disebut caudal scute (misalnya pada ikan selar, Caranx heberi (Bennet, 1830)).
-     Keel  (kil,  lunas),  merupakan  rigi-rigi  yang  pada  bagian  tengahnya terdapat puncak yang meruncing, ditemukan pada bagian batang ekor ikan.   Kil   misalny terdapat   pad ikan   tongko (Thunnu tonggol (Bleeker, 1851)), ikan slengseng (Scomber australasicus Cuvier, 1832), dan ikan-ikan lain dari famili Scomberidae.
-     Adipose fin (sirip lemak)merupakan  sembulan  kulit di belakang  sirip punggung  dan  sirip  dubur,  agak  panjang  dan  tinggi  tetapi  agak  tipis
sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak.


Sirip  lemak  ini  misalnya  terdapat  pada  ikan  keting  (Ketengus  typus

Bleeker 1847)  dan  ikan  jambal   (Pangasius   pangasius   (Hamilton,

1822)).

-     Interpelvic   process   (cuping) merupaka pertumbuhan   kulit   yang menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut. Cuping ini ditemukan misalnya pada ikan tongkol (Auxis thazard thazard (Lacepède, 1800)) dan ikan cakalang (Katsuwonus pelamis (Linnaeus,
1758).



Anggota Gerak

Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip. Ikan dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya  karena adanya sirip-sirip  tersebutSirip ini ada yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang tunggal.
Sirip yang berpasangan adalah:

-     Sirip  dada  (pinnae  pectoralis  =  pinnae  thoracicae  =  pectoral  fins), disingkat dengan P atau P1.
-    Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis =

pelvic fins = ventral fins), disingkat dengan V atau P2. Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal adalah:
-     Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika sirip punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di bagian depan) disingkat dengan D1, sedangkan sirip punggung kedua
(yang di belakang) disingkat dengan D2.

-    Sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A.

-    Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C.



Ikan-ikan yang mempunyai baik sirip-sirip yang berpasangan maupun sirip- sirip tunggal disebut ikan bersirip lengkap (Gambar  16) Namun demikian  ada juga  ikan-ikan  yang  tidak  bersirip  lengkap.  Ikan  buntal  (Triodon  macropterus Lesson,  1831)  tidak  mempunyai  sirip  perut,  sedangkan  ikan  bawal (Parastromateus  niger (Bloch, 1795)) juvenil memiliki sirip perut tetapi pada saat dewasa sirip ini tidak berkembang dan bahkan tereduksi.
Pada beberapa  jenis  ikan,  ada sirip yang  mengalami  modifikasi  menjadi

semacam  alat  peraba, penyalur  sperma, penyalur  cairan  beracun, dan lain-lain.



Ikan  gurami  (Osphronemus  gouramy  Lacepède,  1801)  mempunyai  siriperut yang  bermodifikasi  menjadi  alat  peraba.  Sirip  punggung  pertama  padikan remor (Remorremora (Linnaeus,  1758) berubah   fungsinya   menjadi  alat penempel.  Jari-jari  mengeras  sirip dada  ikan lele (Clarias  batrachus)  berfungsi sebagai alat penyalur cairan beracun. Ikan terbang (Hyrundichthys  oxycephalus (Bleeker, 1852)) memiliki sirip dada yang sangat panjang sehingga ikan ini dapat terbang di atas permukaan air (Gambar 17).
Setiap sirip disusun oleh membrana, yaitu suatu selaput yang terdiri dari jaringan lunak, dan radialia” atau jari-jari sirip yang terdiri dari jaringan tulang atau tulang  rawan.  Radialia  ini adyang  bercabang  dan ada pula  yang  tidak, tergantung pada jenisnya.
Berdasarkan letak sirip perut terhadap sirip dada, dapat dibedakan empat macam letak sirip perut (Gambar 18), yaitu:
-    Abdominal, yaitu jika letak sirip perut agak jauh ke belakang dari sirip

dada,    misalnya    pada    ikan    bulan-bulan    (Megalops    cyprinoides

(Broussonet,  1782) dan ikan japuh (Dussumieria  acuta Valenciennes,

1847).

-     Subabdominal, yaitu jika letak sirip perut agak dekat dengan sirip dada, misalnya pada ikan kerong-kerong (Therapon theraps Cuvier, 1829) dan ikan karper perak (Hypophthalmichthys molitrix (Valenciennes, 1844))
-     Thoracic,  yaitu  jika  sirip  perut  terletak  tepat  di  bawah  sirip  dada, misalnya  pada  ikan layang  (Decapterus  russelli  (Rüppell,  1830))  dan ikan bambangan (Lutjanus sanguineus (Cuvier, 1828)).
-     Jugular, yaitu jika sirip perut terletak agak lebih ke depan daripada sirip dada, misalnya pada ikan kasih madu (Kurtus indicus Bloch, 1786) dan ikan tumenggung (Priacanthus tayenus Richardson, 1846).


Ekor Ikan

Kent (1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam seperti terlihat pada Gambar 19. Pembagian ini berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae, yaitu:
-     Protocercal,  ujung  belakang  notochord  atau  vertebrae  berakhir  lurus pada  ujung  ekor,  umumnya  ditemukan  pada  ikan-ikan  yang  masih
embrio dan ikan Cyclostomata.





-     Heterocercal,   ujun belakan notochor pada   bagia ekor   agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, misalnya pada ikan cucut.
-     Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, terdapat pada Teleostei.
-     Diphycercal,  ujung notochord lurus ke arah cauda sehingga sirip ekor terbagi secara simetris baik dari arah dalam maupun dari arah luar, terdapat pada ikan Dipnoi dan Latimeria menadoensis Pouyaud, Wirjoatmodjo, Rachmatika, Tjakrawidjaja, Hadiaty & Hadie, 1999..


Jika  ditinjau  dari  bentuk  luar  sirip  ekor,  maka  secara  morfologis  dapat dibedakan beberapa bentuk sirip ekor (Gambar 20), yaitu:
-     Rounded (membundar), misalnya pada ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis (Valenciennes, 1828)).
-     Truncate (berpinggiran tegak), misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)).
-    Pointed  (meruncing),  misalnya  pada  ikan sembilang  (Plotosus  canius

Hamilton, 1822).

-     Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada ikan gulamah (Argyrosomus amoyensis (Bleeker, 1863)).
-     Emarginate (berpinggiran berlekuk tunggal), misalnya pada ikan lencam merah (Lethrinus obsoletus (Forsskål, 1775)).
-     Double emarginate (berpinggiran berlekuk ganda), misalnya pada ikan ketang-ketang (Drepane punctata (Linnaeus, 1758)).
-     Forked  /  Furcate  (bercagak),  misalnya  pada  ikan  cipa-cipa  (Atropus atropos (Bloch & Schneider, 1801)).
-    Lunate (bentuk sabit), misalnya pada ikan tuna mata besar (Thunnus

obesus (Lowe, 1839)).

-     Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil (Eusphyra blochii (Cuvier, 1816)).
_    Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang (Exocoetus volitans Linnaeus, 1758).


Daftar Pustaka


Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat  Jenderal  Pendidikan  Tinggi.  Pusat  AntaUniversitas  Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,   Z 1974.   Ichthyologi   I.   Departemen   Biolog Perairan.   Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Alamsjah,   Z.  dan   M.F Rahardjo.   1977.   Penuntu Untuk   Identifikasi   Ikan.
Departeme Biologi   Perairan Fakulta Perikanan.   Institut  Pertanian
Bogor, Bogor.

Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.

Andy  Omar,  S.  Bin.  1987.  Penuntun  Praktikum  Sistematika  Dasar.  Jurusan
Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung.
Djuhanda, T. 1982. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Armico, Bandung.

Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor.

Kent,  G.G.  1954.  Comparative  Anatomy  of the Vertebrates.  McGraw  Hill Book
Company, Inc., New York.

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes  of  Western  Indonesia  and  Sulawesi.  Periplus  Editions  Limited, Hong Kong.

Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino.  1977. Ichthyology.
Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

Mayr, E. and P.D. Ashlock. 1991. Principles of Systematic Zoology. Second edition.McGraw Hill International Edition, New York.

Moyle,  P.B.  and  J.J.  Cech,  Jr.  1988.  Fishes.  An  Introduction  to  Ichthyology.
Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London.
Rahardjo,   M.F 1980.   Ichthyologi Departemen   Biolog Perairan.   Fakultas
Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta.

Scott,  J.S.  1959.  An  Introduction  to  the  Sea  Fishes  of  Malaya.  Ministry  of
Agriculture, Federation of Malaya.

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar