Selasa, 04 Februari 2020

MENGENAL BUDIDAYA IKAN SIDAT (Angguila sp)

MENGENAL BUDIDAYA IKAN SIDAT (Angguila sp)




Sidat mempunyai bentuk yang relatif serupa dengan belut tetapi keduanya memiliki ordo yang berbeda. Menurut Bleeker, sidat mempunyai kasifikasi sebagai berikut
Filum                       : Chordata
Klas                         : Pisces  
Ordo                        : Apodes
Famili                      : Anguillidae
Genus                      : Anguilla
Spesies                    : Anguilla sp
Ciri utama sidat dewasa adalah bentuk tubuhnya menyerupai belut, namun jika diperhatikan ada beberapa perbedaan morfologi yaitu, sidat memiliki sirip ekor, sirip punggung, dan sirip dubur yang sempurna. Sedangkan belut tidak memiliki sirip sama sekali. Sirip sidat dilengkapi dengan jari-jari lunak yang dapat dilihat dengan mata biasa.Ketiga sirip yang dimiliki saling berhubungan menjadi satu mulai dari punggung keekor dan berakhir dibagian ventral tubuhnya.
Sidat mempunyai kulit lembut dan sangat berlendir.Sidat memiliki sisik yang ukurannya kecil yang terletak dibawah kulit. Dengan tidak adanya sisik yang besar, kemampuan sidat bernafas melalui permukaan kulit sama baiknya dengan melalui insang.
Sidat memiliki bagian tubuh yang sangat sensitif terhadap getaran terutama dibagian samping.Bagian tubuh yang sensitif ini membantu pergerakan sidat sebab kemampuan penglihatannya kurang baik.Disampnng itu organ penciuman, yang sangat pekah juga membantu mengatasi kelemahan daya penglihatannya.
Sidat merupakan hewan yang bersifat katadrom yaitu mampu hidup diair tawar dan air asin.Sidat kecil hidup diar tawar dan setelah dewasa bermigrasi ke laut untuk memijah. Pada proses migrasi pertama, elver berukuran panjang sekitar 7 cm dan pada migrasi tahap kedua yaitu berukuran 15-20 cm dan besarnya seperti pensil.
Larva sidat (Leptocephalus) berukuran 5 mm secara fasif terapung mendekati pantai dan muara sungai. Setelah berumur 4 tahun hingga 8 tahun, sidat sudah matang kelamin dan akan berusaha mencapai perairan yang dapat mengantarkannya kelaut dalam untuk memijah.
Perpindahan sidat (migrasi) sidat menuju daerah baru  yang cocok untuk melakukan pemijahan dikenal dengan ruaya yang merupakan kebutuhan dasar dan merupakan mata rantai dalam mempertahankan kelestariaannya. Ruaya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sidat dengan tujuan tertentu yaitu, untuk mengadakan aktivitas pemijahan dan untuk mencari makan dan menuju daerah asuhan serta mendapatkan lingkungan baru karena lingkungan asalnya tidak menunjang lagi.
Dalam beruaya untuk mengadakan aktivitas pemijahan, sidat yang telah matang kelamin menuju kelaut yang dalam antara 4.000.- 5.000 m. telur sidat   melayang dan bersifat planktonis.  Telur sidat yang berhasil menetas akan menghasilkan larva yang di kenal dengan sebutan lepthocephalus yang bergerak kepermukaan air sesuai dengan perkembangan tubuhnya dan menyebar keberbagai arah dengan menghanyutkan diri mengikuti arus permukaan laut.
Pada saat  memasuki perairan tawar, terjadi perubahan bentuk tubuh larva sidat yang berbentuk pipih dan transparan menjadi elver yang tubuhnya berbentuk silinder. Bersamaan dengan itu sidat akan berubah menjadi lebih pendek, bertambah gelap, dan terjadi pergantian gigi susu menjadi gigi permanen.
Elver yang berhasil mengatasi semua hambatan akan hidup di air tawar dan tumbuh menjadi dewasa. Setelah mencapai matang kelamin, sidat dewasa secara naluri akan berusaha kembali ke laut dalam melakukan aktivitas pemijahan.
Di air tawar sidat hidup dihabitat  bebatuan yang digunakan sebagai tempat perlindungan terutama dari terik matahari. Dan sering dijumpai didaerah berlubang-lubang gelap atau membenamkan dirinya dalam Lumpur di dasar perairan.
Matang kelamin sidat jantan relatif lebih cepat daripada induk betina. Sidat jantan matang kelamin pada usia 3 thn – 4 thn dan betina pada umur 7 – 8 tahun. Sidat yang matang kelamin panjang tubuhnya 60 – 160 m cm dan ditandai dengan perubahan tubuhnya yang semakin gelap, bagian perutnya berwarna orange terang, dan dasar sirip dada berwarna kuning keemasan.
Sidat jantan dan betina yang telah matang kelamin akan berusaha mencari jalan keluar untuk beruaya menuju laut. Dalam upaya menuju kedaerah pemijahan, sidat akan berenang dibawah permukaan air. Ruaya sidat ini biasanya dilakukan pada malam hari, saat suasana lingkungan disekitarnya sudah cukup gelap.
Jumlah gerombolan sidat yang akan beruaya dapat mencapai ribuan sehingga sering menimbulkan perubahan warna perairan yang dilaluinya. Mereka bergerak secara berpasang-pasangan, sebab telur sidat yang telah dikeluarkan oleh induk betina harus segera dibuahi oleh sperma dari induk jantan.
Selama perjalanan ketempat pemijahan, induk sidat menghentikan aktivitas makan sehingga warna tubuhnya yang semula cokelat kehitam-hitaman berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi keperak-perakan. Akibat lain yang timbulkan karena berhenti makan adalah rusaknya saluran pencernaan sehingga setelah melaksanakan aktivitas pemijahan induk sidat akan menemui ajalnya.

PEMELIHARAAN SIDAT

Di Indonesia pemeliharaan sidat masih tergolong baru, sehingga teknologinya belum banyak dikuasai petani ikan secara benar.Pemeliharan sidat pada umumnya masih merupakan usaha pembesaran, yaitu benih yang ditangkap dialam dipelihara dikolam hingga mencapai ukuran tertentu sesuai dengan permintaan konsumen.
Benih sidat berasal dari alam biasanya ditangklap oleh petani saat akan menuju perairan tawar. Penangkapan elver biasanya dilakukan di mulut sungai pada saat air sedang pasang. Ukuran panjang  benih sidat bervariasi antara 5 cm – 7 cm, tergantung pada benih sidat. Tubuh benih sidat umumnya berwarna bening dan beratnya antara 0,15 g – 2,0 g.
Tahap Pemeliharaan Sidat
Ada dua tahap pemeliharaan sidat , yaitu pemeliharaan impunan dan pemeliharaan lanjutan. Pemeliharaan impunan adalah pemeliharaan sidat yang dilakukan dikolam elver sejak ditangkap dari perairan hingga siap ditebar dikolam pemeliharaan pertama.Pemeliharaan lanjutan adalah pemeliharaan sidat dikolam kedua, yaitu sejak sidat dipanen dari hasil pemeliharaan dikolam elver atau kolam pemeliharaan pertama.
1.  Pemeliharaan  di Kolam Elver
Pemeliharaan sidat dikolam elver adalah pemeliharaan benih sidat yang baru diperoleh dari alam (elver). Benih yang akan ditebarkan diperiksa untuk mengetahui dan mencegah terjadinya luka, penyakit, atau lemah.
Padat penebaran benih sidat biasanya antara 150 g – 300 g/m2. pada pemeliharaan sidat secara intensif maka padat penebarannya dapat ditingkatkan hingga mencapai 600 g – 1.200 g/m2. tingkat kelangsungan hidup benih pada pemeliharaan intensif adalah berkisar antara 80% - 90% setelah benih sidat mencapai ukuran 1 gram.
Pakan yang terbaik pada saat pemeliharaan elver adalah cacing tubifex. Pada  lima hari pertama pakan diberikan dengan ditebarkan disekitar dinding kolam. Selanjutnya areal pemberian pakan tersebut dipersempit hingga akhirnya pemberian pakan dipusatkan pada satu tempat tertentu. Dengan cara ini sidat diperbiasakan makan pada tempat tertentu dan waktu tertentu.
Pemberian pakan pada dua minggu pertam adalah dua kali yaitu pagi dan sore hari pada minggu ketiga dan keempat pemberian pakan mmulai dilakukan dengan mengkombinasikan pakan alami dan pakan buatan. Secacra pelan-pelan, jumlah pakan buatan ditingkatkan sehingga pada akhirnya seluruh pakan benih sidat adalah pakan buatan.
Lama pemeliharaan elver dikolam impunan kurang lebih satu bulan. Benih sidat diseleksi dan dipelihara dikolam berikutnya. Kolam pemeliharaan sebaiknya ditebari elver yang berukuran relatif sama untuk menghindari kanibalisme elver yang lebih besar tehadap elver yang kecil.
2.  Pemeliharaan Dikolam Pertama
Pemeliharaan dikolam pertama adalah pemeliharaan sidat hasil panen dari kolam pemeliharaan elver. Lama pemeliharaan dikolam pertama berkisar antara empat bulan sampai enam bulan, tergantung pada ukuran sidat yang dikehendaki.
Cara pemliharaan dikolam pertama pada prinsipnya merupakan lanjutan dari cara pemeliharaan kolam elver, tetapi tingkat kepadatannya ditambah yaitu 3 kg – 6 kg/m2. benih yang diperoleh dari kolam elver diseleksiberdasarkan bobot tubuh. Benih sidat yang ukurannya relatif sama dipelihara dalam satu kolam dan yang lainnya dipelihara dalam kolam terpisah.
3.  Pemeliharaan di Kolam Kedua
Pemeliharaan dikolam kedua adalah pemeliharaan sidat yang diperoleh dari kolam pemeliharaan pertama. Lam pemeliharaan dikolam kedua biasanya dilakukan hingga sidat mencapai usia atu tahu atau lebih.
Pada suatu peride pemeliharaan selalu dijumpai sekelompok sidat yang mempunyai lajupertumbuhan relatif lebih baik dibanding dengan yang lain. Pemeliharaan sidat dikolam kedua ini sebaiknya dilakukan seleksi kembali terhadap benih yang diperoleh dari kolam pemeliharaan pertama.Tujuan dilakukan seleksi ini adalah menghindari pemeliharaan sidat dengan ukuran yang berbeda.
Padat penebaran sidat pada pemeliharaan kolam kedua ini sedikit lebih tinggi daripada pemeliharaan sebelumnya, yaitu 9 kg – 21 kg/m2.



DAFTAR  PUSTAKA

Daelani, Deden. 2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ghufron, M.2004. Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Hermanto, Ning, 2004. Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa. Penebar Swadaya, Jakarta.
Liviawaty, E dan Afrianto, Eddy, 1998. Pemeliharaan Ikan Sidat. Penerbit,  Kanisius, Yokyakarta.
Mangayu S. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Sidat Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar