MENGENAL BUDIDAYA IKAN SIDAT (Angguila sp)
Sidat
mempunyai bentuk yang relatif serupa dengan belut tetapi keduanya memiliki ordo
yang berbeda. Menurut Bleeker, sidat mempunyai kasifikasi sebagai berikut
Filum : Chordata
Klas : Pisces
Ordo : Apodes
Famili : Anguillidae
Genus : Anguilla
Spesies :
Anguilla sp
Ciri utama sidat dewasa adalah bentuk
tubuhnya menyerupai belut, namun jika diperhatikan ada beberapa perbedaan
morfologi yaitu, sidat memiliki sirip ekor, sirip punggung, dan sirip dubur
yang sempurna. Sedangkan belut tidak memiliki sirip sama sekali. Sirip sidat
dilengkapi dengan jari-jari lunak yang dapat dilihat dengan mata biasa.Ketiga
sirip yang dimiliki saling berhubungan menjadi satu mulai dari punggung keekor
dan berakhir dibagian ventral tubuhnya.
Sidat mempunyai kulit lembut dan sangat
berlendir.Sidat memiliki sisik yang ukurannya kecil yang terletak dibawah
kulit. Dengan tidak adanya sisik yang besar, kemampuan sidat bernafas melalui
permukaan kulit sama baiknya dengan melalui insang.
Sidat memiliki bagian tubuh yang sangat
sensitif terhadap getaran terutama dibagian samping.Bagian tubuh yang sensitif
ini membantu pergerakan sidat sebab kemampuan penglihatannya kurang
baik.Disampnng itu organ penciuman, yang sangat pekah juga membantu mengatasi
kelemahan daya penglihatannya.
Sidat merupakan hewan yang bersifat katadrom
yaitu mampu hidup diair tawar dan air asin.Sidat kecil hidup diar tawar dan
setelah dewasa bermigrasi ke laut untuk memijah. Pada proses migrasi pertama,
elver berukuran panjang sekitar 7 cm dan pada migrasi tahap kedua yaitu
berukuran 15-20 cm dan besarnya seperti pensil.
Larva sidat (Leptocephalus)
berukuran 5 mm secara fasif terapung mendekati pantai dan muara sungai. Setelah
berumur 4 tahun hingga 8 tahun, sidat sudah matang kelamin dan akan berusaha
mencapai perairan yang dapat mengantarkannya kelaut dalam untuk memijah.
Perpindahan sidat (migrasi)
sidat menuju daerah baru yang cocok
untuk melakukan pemijahan dikenal dengan ruaya yang merupakan kebutuhan dasar
dan merupakan mata rantai dalam mempertahankan kelestariaannya. Ruaya tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan sidat dengan tujuan tertentu yaitu, untuk
mengadakan aktivitas pemijahan dan untuk mencari makan dan menuju daerah asuhan
serta mendapatkan lingkungan baru karena lingkungan asalnya tidak menunjang
lagi.
Dalam beruaya untuk mengadakan
aktivitas pemijahan, sidat yang telah matang kelamin menuju kelaut yang dalam
antara 4.000.- 5.000 m. telur sidat
melayang dan bersifat planktonis.
Telur sidat yang berhasil menetas akan menghasilkan larva yang di kenal
dengan sebutan lepthocephalus yang bergerak kepermukaan air sesuai dengan
perkembangan tubuhnya dan menyebar keberbagai arah dengan menghanyutkan diri
mengikuti arus permukaan laut.
Pada saat memasuki perairan tawar, terjadi perubahan
bentuk tubuh larva sidat yang berbentuk pipih dan transparan menjadi elver yang
tubuhnya berbentuk silinder. Bersamaan dengan itu sidat akan berubah menjadi
lebih pendek, bertambah gelap, dan terjadi pergantian gigi susu menjadi gigi
permanen.
Elver yang berhasil mengatasi semua
hambatan akan hidup di air tawar dan tumbuh menjadi dewasa. Setelah mencapai
matang kelamin, sidat dewasa secara naluri akan berusaha kembali ke laut dalam
melakukan aktivitas pemijahan.
Di air tawar sidat hidup dihabitat bebatuan yang digunakan sebagai tempat
perlindungan terutama dari terik matahari. Dan sering dijumpai didaerah
berlubang-lubang gelap atau membenamkan dirinya dalam Lumpur di dasar perairan.
Matang kelamin sidat jantan relatif
lebih cepat daripada induk betina. Sidat jantan matang kelamin pada usia 3 thn
– 4 thn dan betina pada umur 7 – 8 tahun. Sidat yang matang kelamin panjang
tubuhnya 60 – 160 m cm dan ditandai dengan perubahan tubuhnya yang semakin
gelap, bagian perutnya berwarna orange terang, dan dasar sirip dada berwarna
kuning keemasan.
Sidat jantan dan betina yang telah
matang kelamin akan berusaha mencari jalan keluar untuk beruaya menuju laut.
Dalam upaya menuju kedaerah pemijahan, sidat akan berenang dibawah permukaan
air. Ruaya sidat ini biasanya dilakukan pada malam hari, saat suasana
lingkungan disekitarnya sudah cukup gelap.
Jumlah gerombolan sidat yang akan
beruaya dapat mencapai ribuan sehingga sering menimbulkan perubahan warna
perairan yang dilaluinya. Mereka bergerak secara berpasang-pasangan, sebab
telur sidat yang telah dikeluarkan oleh induk betina harus segera dibuahi oleh
sperma dari induk jantan.
Selama perjalanan ketempat pemijahan,
induk sidat menghentikan aktivitas makan sehingga warna tubuhnya yang semula
cokelat kehitam-hitaman berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi
keperak-perakan. Akibat lain yang timbulkan karena berhenti makan adalah
rusaknya saluran pencernaan sehingga setelah melaksanakan aktivitas pemijahan
induk sidat akan menemui ajalnya.
PEMELIHARAAN SIDAT
Di Indonesia pemeliharaan sidat masih tergolong baru, sehingga
teknologinya belum banyak dikuasai petani ikan secara benar.Pemeliharan sidat
pada umumnya masih merupakan usaha pembesaran, yaitu benih yang ditangkap
dialam dipelihara dikolam hingga mencapai ukuran tertentu sesuai
dengan permintaan konsumen.
Benih sidat berasal dari alam biasanya ditangklap oleh petani saat
akan menuju perairan tawar. Penangkapan elver biasanya dilakukan di mulut
sungai pada saat air sedang pasang. Ukuran panjang benih sidat bervariasi antara 5 cm – 7 cm,
tergantung pada benih sidat. Tubuh benih sidat umumnya berwarna bening dan
beratnya antara 0,15 g – 2,0 g.
Tahap Pemeliharaan
Sidat
Ada dua tahap pemeliharaan sidat ,
yaitu pemeliharaan impunan dan pemeliharaan lanjutan. Pemeliharaan impunan adalah
pemeliharaan sidat yang dilakukan dikolam elver sejak ditangkap dari perairan
hingga siap ditebar dikolam pemeliharaan pertama.Pemeliharaan lanjutan adalah
pemeliharaan sidat dikolam kedua, yaitu sejak sidat dipanen dari hasil
pemeliharaan dikolam elver atau kolam pemeliharaan pertama.
1. Pemeliharaan di Kolam Elver
Pemeliharaan
sidat dikolam elver adalah pemeliharaan benih sidat yang baru diperoleh dari
alam (elver). Benih yang akan ditebarkan diperiksa untuk mengetahui dan
mencegah terjadinya luka, penyakit, atau lemah.
Padat
penebaran benih sidat biasanya antara 150 g – 300 g/m2. pada pemeliharaan sidat
secara intensif maka padat penebarannya dapat ditingkatkan hingga mencapai 600
g – 1.200 g/m2. tingkat kelangsungan hidup benih pada pemeliharaan intensif
adalah berkisar antara 80% - 90% setelah benih sidat mencapai ukuran 1 gram.
Pakan yang
terbaik pada saat pemeliharaan elver adalah cacing tubifex. Pada lima hari pertama pakan diberikan dengan
ditebarkan disekitar dinding kolam. Selanjutnya areal pemberian pakan tersebut
dipersempit hingga akhirnya pemberian pakan dipusatkan pada satu tempat
tertentu. Dengan cara ini sidat diperbiasakan makan pada tempat tertentu dan
waktu tertentu.
Pemberian
pakan pada dua minggu pertam adalah dua kali yaitu pagi dan sore hari pada
minggu ketiga dan keempat pemberian pakan mmulai dilakukan dengan
mengkombinasikan pakan alami dan pakan buatan. Secacra pelan-pelan, jumlah
pakan buatan ditingkatkan sehingga pada akhirnya seluruh pakan benih sidat
adalah pakan buatan.
Lama
pemeliharaan elver dikolam impunan kurang lebih satu bulan. Benih sidat
diseleksi dan dipelihara dikolam berikutnya. Kolam pemeliharaan sebaiknya
ditebari elver yang berukuran relatif sama untuk menghindari kanibalisme elver
yang lebih besar tehadap elver yang kecil.
2. Pemeliharaan
Dikolam Pertama
Pemeliharaan dikolam pertama adalah
pemeliharaan sidat hasil panen dari kolam pemeliharaan elver. Lama pemeliharaan
dikolam pertama berkisar antara empat bulan sampai enam bulan, tergantung pada
ukuran sidat yang dikehendaki.
Cara
pemliharaan dikolam pertama pada prinsipnya merupakan lanjutan dari cara
pemeliharaan kolam elver, tetapi tingkat kepadatannya ditambah yaitu 3 kg – 6
kg/m2. benih yang diperoleh dari kolam elver diseleksiberdasarkan bobot tubuh.
Benih sidat yang ukurannya relatif sama dipelihara dalam satu kolam dan yang
lainnya dipelihara dalam kolam terpisah.
3.
Pemeliharaan di Kolam Kedua
Pemeliharaan
dikolam kedua adalah pemeliharaan sidat yang diperoleh dari kolam pemeliharaan
pertama. Lam pemeliharaan dikolam kedua biasanya dilakukan hingga sidat
mencapai usia atu tahu atau lebih.
Pada suatu
peride pemeliharaan selalu dijumpai sekelompok sidat yang mempunyai
lajupertumbuhan relatif lebih baik dibanding dengan yang lain. Pemeliharaan
sidat dikolam kedua ini sebaiknya dilakukan seleksi kembali terhadap benih yang
diperoleh dari kolam pemeliharaan pertama.Tujuan dilakukan seleksi ini adalah
menghindari pemeliharaan sidat dengan ukuran yang berbeda.
Padat
penebaran sidat pada pemeliharaan kolam kedua ini sedikit lebih tinggi daripada
pemeliharaan sebelumnya, yaitu 9 kg – 21 kg/m2.
DAFTAR PUSTAKA
Daelani, Deden. 2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya. Jakarta.
Ghufron, M.2004. Hama dan Penyakit Ikan. Penerbit PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
Hermanto, Ning, 2004. Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan
Mahkota Dewa. Penebar Swadaya, Jakarta.
Liviawaty, E dan Afrianto, Eddy, 1998. Pemeliharaan Ikan Sidat.
Penerbit, Kanisius, Yokyakarta.
Mangayu S. dan Syafei
L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Sidat Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah
Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar