Selasa, 24 September 2019

MENGENAL IKAN TAWES (Puntius javanicus)



MENGENAL IKAN TAWES (Puntius javanicus)




I. PENDAHULUAN
Ikan Tawes (Puntius javanicus) merupakan ikan peliharaan yang berasal dari sungai, tergolong dalam marga Cyprinidae seperti ikan mas dan nilem. Bentuk tubuh ikan tawes mirip dengan ikan mas, tetapi badannya lebih memanjang dengan sirip punggung relatif lebih panjang. Pada mulutnya terdapat dua kumis dan bibirnya berkeruk-keruk sebagai tanda pemakan jasad penempel.
          Ciri-ciri ikan tawes yaitu bentuk badannya memanjang dan kecil, sedangkan sisiknya berwarna putih keperak-perakan. Panjang batang ekor ikan tawes dan tinggi badannya yang terenda adalah sama. Ikan tawes mempunyai tanda hitam pada pangkal ekor.
3
 
          Di perairan umum ikan tawes berkembang biak pada akhir musim penghujan, sedangkan di kolam berkembang biak sepanjang tahun jaka terdapat cukup air jernih. Kematangana kelamin dicapai pada akhir musim pertama berukuran 15-20 cm, telur transparan demersal. Fekunditas bervariasi antara 50.000-94.000 butir dari induk beratnya 130-255 gr. Untuk ketinggian tempat yang cocok dalam pemeliharaan 800 m di atas permukaan laut, suhu 18-28 oC.

II. DESKRIPSI IKAN
2.1.      Sistematika
          Sistematika ikan tawes adalah sebagai berikut:
Species         : Puntius javanicus
Gernus                   : Puntius
Sub famili     : Ciprininae
Famili           : Cyprinedae
Sub ordo      : Cyprinoidea
Ordo            : Ostariophysi

2.2.      Macam-macam Ikan Tawes
Sedikitnya ada empat macam ikan tawes yang biasa ditemukan yaitu:
  • Tawes biasa  : sisik berwarna putih kelabu
  • Tawes bule    : sisik albino, mulai terdapat pada tahun 1936
  • Tawes silap   : sisik berwarna putih kelabu bercampur dengan sisik keperak-
  perakkan.
  • Tawes kunpay         : sisik berwarna kelabu, ekornya terutama sirip dada dan ekor
  panjang.

2.3.      Sifat-sifat Ikan Tawes
          Ikan tawes merupakan ikan sungai, dapat hidup pada salinitas 7 ppm. Jenis ikan ini sangat cocok dipelihara dikolam-kolam, waduk dan sawah. Ikan tawes digolongkan termasuk sebagai herbivore. Pemijahan di kolam terjadi sepanjang tahun, tidak ada musim. Di sungai atau di perairan umum pemijahan terjadi pada permulaan musim penghujan.

III. PROSES BUDIDAYA

          Pemeliharaan ikan tawes biasanya dilauan secara tradisional, penanaman dilakukan baik dikolam ataupun di sawah. Pada umumnya pemeliharaan ikan tawes dilakukan secara poliultur dengan jenis-jenis ikan lainnya, yaitu dengan jenis ikan yang mempunyai sifrat maan yang berlainan seperti ikan mas yang memaan jasad-jasad dasar, tambakan pemakan plankton, nilem pemakan jasad-jasad penempel (periphiton). Susunan campuran pemeliharaan bervariasi bergantung kepada ian utama yang diehendaki dan esuburan kolam.
4
 
          Penyakit pada ikan tawes adalah Icthyophirius, Dacthylogyrus dan gyrodctylus, penyakit ini tidak berbahaya dan belum pernah di amati terjadi ematian masal. Dacthylogyrus dapat menyebabkan kerusakan pada ujung-ujung filament insang. Pada benih-benih yang di berok sering dijumpai Cyclochaeta. Pada ikan yang terserang ini pada insang umimnya merana menyebabkan ikan menjadi kurus. Myxobolus merupakan penyakit yang berbahaya yang dapat menyebabkan kematian masal. Lernaea jarang menyerang benih dan ikan dewasa.

IV.  PENANGANAN PENYAKIT
          Penyakit yang menyerang Ikan Tawes antara lain Gyrodactylus dan Mixobolus spp yang kerap menyerang pada benih sampai ikan dewasa.

GYRODACTYLIASIS
Penyebab               :Parasit ini termasuk monogenia; Menyerang pada bagian tubuh dan sirip ikan.
Jenis dan ukuran     :Hampir semua jenis ikan air tawar,terutama ukuran benih.
Gejala klinis           :Ikan menjadi lemah, nafsu makan berkurang, frekuensi pernapasan meningkat dan produksi lendir meningkat.
Faktor pendukung   :Kualitas air yang menurun, kekurangan pakan, padat tebar tinggi dan fluktuasi suhu air selalu berubah.
Penularan               :Melalui air dan kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi.
Verifikasi                :Pengamatan melalui microkopis.
Pencegahan            : - Meningkatkan kualitas air
-   Pemberian pakan tepat mutu dan jumlah yang diperlukan
-   Pengendapan aira dan pemasangan saringan pada pintu pemasukan
Pemberantasan       : - Perendaman dengan larutan larutan garam dapur,
    dosis 12,5-13 gr/m2 selam 24-36 jam
-   Perendaman dengan larutan formalin 40 ppmselama 24 jam

MYXOSPOREASIS
Penyebeb               : Mixobolus spp, parasit ini; termasuk kelompok myxosporea
Jenis dan ukuran     :Myxobolus spp biasanya; menyerang pada bagian insang saat benih, mulai berumur 1 bulan
Gejala klinis           :Adanya benjolan menyerupai tumor pada insang ikan, bahkan sering disebut penyakit amandel
Faktor pendukung   : Kualitas air menurun dan padat tebar yang tinggi
Penularan               : Melalui air dan ikan yang mudah terinfiksi.
Verifikasi                : Pengamatan mikroskopis
Pencegahan            : - Pengendapan air dan pemasangan saringan pada pintu    pemasukan
-   Dilakukan pengapuran dan pengeringan kolam

ikan tawes (puntius javanicus) memiliki badan yang berbentuk hampir segitiga dan pipih, sisik relatif besar dengan warna keperak-perakan atau putih keabu-abuan. tinggi badan ikan tawes 1 : 2,4-2,6 kali panjang standar. mulut berbentuk runcing dan letaknya di tengah (terminal), selain itu mulut ikan tawes memiliki dua pasang sungut yang kecil. sisik ikan tawes berwarna putih keperakan. warna sisik di bagian punggung lebih gelap, sedangkan warna sisik di bagian perut lebih putih. dasar sisik berwarna kelabu sampai gelap. sirip ekor bercagak dalam dengan lobus membulat (susanto, 2007).
Habitat Ikan Tawes (Puntius Javanicus )
ikan tawes merupakan spesies asli indonesia yang banyak ditemukan hampir di semua perairan tawar khususnya di perairan mengalir ( lotic ). ikan tawes pertama ditemukan diperairan pulau jawa oleh karena itu ikan tawes diberi nama latin puntius javanicus. ikan tawes mulai banyak ditemukan tersebar di negara-negara asia dan mulai membentuk strain atau ras. pada awalnya ikan tawes merupakan jenis ikan liar yang hidup di sungai-sungai yang berarus deras. kemudian lama kelamaan ikan ini mulai dibudidaya dan dikembangbiakan (susanto, 2000).
ikan tawes memiliki beberapa nama daerah, yaitu putihan, bader (jawa); badir (madura); kandia, rampang (sulawesi selatan), taweh, baru (sumatera barat). dalam istilah bahasa inggris tawes dikenal sebagai java carp. di indonesia, ikan tawes banyak dibudidayakan baik di jawa, sumatra, kalimantan, sulawesi, irian jaya, bali, ntb, dan ntt. ikan tawes merupakan salah satu jenis ikan tawar yang memiliki penyebaran sangat luas di mana ikan ini mudah ditemukan di perairan bebas di pulau jawa (kottelat et al., 1993).
ikan tawes merupakan ikan air tawar yang mampu hidup di air payau dengan salinitas 7 per mil. oleh karena itu, ikan tawes dapat dibudidayakan di kolam budidaya, tambak, sawah, waduk, bendungan, dan perairan umum lainnya. budidaya di perairan umum dapat dilakukan dengan sistem jaring terapung dan karamba (santoso & wikatma, 2001). ikan tawes dapat hidup dengan baik pada daerah dengan ketinggian 50-800 m dpl. namun demikian, yang terbaik adalah di tempat yang tingginya 50-500 m dpl. suhu ideal untuk kehidupan ikan tawes berkisar 20-33 0 c, dengan ph air berkisar antara 6,7 – 8,6 (evi, 2001).

DAFTAR PUSTAKA
Daelani Deden A.S. Agar Ikan Sehat, Penebar Swadaya Cianjur, 2001.
Dinata Sumanta, K. Pengembang biakan Ikan-ikan Peliharaan di Indonesia. PT Sastra Hudaya, Bogor 1983.
Harja, M.A. Budidaya Ikan Nilem untuk SUPM Budidaya Bogor. Departemen Pertanian Badan Pendidikan dan Latihan Penyuluh Pertanian. Bogor 1978.
Razi Fahrur, 2013. Penanganan Hama dan Penyakit ikan Tawes.
Rohmat C. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Tawes Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Sachlan, M. Parasit ,Penyakit dan Hama Buraya Ikan SUPM (Jurusan Budidiya) Bogor, Juni 1975.


Rabu, 04 September 2019

MENGENAL IKAN BAUNG (Mystus Nemurus)


MENGENAL IKAN BAUNG
(Mystus Nemurus)



Ikan Baung merupakan salah satu jenis ikan yang sangat potensial untuk dibudidayakan. Ikan baung adalah sejenis lele (catfish) yang hidup di perairan umum, seperti dari hulu sungai sampai ke muara dan danau. Di Indonesia, ikan baung cukup populer dan amat digemari oleh konsumen, khususnya di  Kalimantan selatan karena berdaging tebal dan memiliki rasa yang khas.

Harga satu kilogram ikan baung ukuran konsumsi (1/4 kg - 1 kg) adalah Rp 15.000,00 sampai Rp 40.000,00. Karena nilai ekonomisnya tinggi, ikan baung senantiasa diburu dan ditangkap. Sampai saat ini, penyediaan ikan baung untuk konsumsi masih diperoleh dari penangkapan di alam. Ekploitasi alam tanpa memperhatikan kelestarian tentu akan menurunkan populasi ikan baung, bahkan dapat mengakibatkan kepunahan. Gejala kepunahan ikan baung sudah dirasakan oleh masyarakat Sumatra Tengah (Riau, Jambi, dan Bengkulu), Sumatra Selatan, dan Kalimatan.

Klasifikasi Ikan Baung
Ikan baung diklasifikasikan ke dalam Phylum Chordata, Kelas Pisces, Sub-kelas Teleostei, Ordo Ostariophysi, Sub-ordo Siluroidea, Famili Bagridae, Genus Macrones, dan Spesies Macrones nemurus CV. (Saanin, 1968). Menurut Imaki et al. (1978), ikan baung dimasukkan dalam Genus Mystus dengan spesies Mystus nemurus CV.
Sinonim Mystus nemurus adalah Bagrus nemurus CV., Bagrus hoevenii Blkr., Bagrus sieboldi Bikr., Hemibagrus nemurusBikr., Macrones nemurus Gunther., Macrones bleekeri Volza., Macrones howony Popla., dan Macrones borga Popla (Weber and de Beaufort, 1965).
Di daerah Karawang, ikan baung dikenal dengan nama ikan tagih atau senggal, sedangkan di Jakarta dan Malaysia dikenal sebagai ikan bawon, senggal, singgah, dan singah (Sunda/Jawa Barat); tageh (Jawa); boon (Serawak); niken, siken, tiken, tiken-bato, baungputih, dan kendinya (Kalimantan Tengah); baong (Sumatra) (Weber and de Beaufort, 1965; Djajadiredja et al., 1977).

Morfologi Ikan Baung
Ikan baung mempunyai bentuk tubuh panjang, licin, dan tidak bersisik, kepalanya kasar dan depres dengan tiga pasang sungut di sekeliling mulut dan sepasang di lubang pemafasan; sedangkan panjang sungut rahang atas hampir mencapai sirip dubur.
Pada sirip dada dan sirip punggung, masing-masing terdapat duri patil. Ikan baung mempunyai sirip lemak (adipose fin) di belakang sirip punggung yang kira-kira sama dengan sirip dubur. Sirip ekor berpinggiran tegak dan ujung ekor bagian atas memanjang menyerupai bentuk sungut. Bagian atas kepala dan badan berwama coklat kehitam-hitaman sampai pertengahan sisi badan dan memutih ke arah bagian bawah

Daerah Penyebaran Ikan Baung
Distribusi ekologis ikan baung, selain di perairan tawar, sungai, dan danau, juga terdapat di perairan payau muara sungai dan pada umumnya ditemukan di daerah banjir. Ikan baung berhasil hidup dalam kolam yang dasarnya berupa pasir dan batuan (Madsuly, 1977). Di Jawa Barat, ikan baung banyak ditemukan di sungai Cidurian dan Jasinga Bogor yang airnya cukup dangkal (45 cm) dengan kecerahan 100 %. 
Distribusi geografis ikan baung, selain di perairan Indonesia, juga terdapat di Hindia Timur, Malaya, Indocina, dan Thailand.
Pakan dan Kebiasaan Makan Ikan Baung
Ikan pada umumnya mempunyai kemampuan beradaptasi tinggi terhadap makanan dan pemanfaatan makanan yang tersedia di suatu perairan. Dengan mengetahui kebiasaan makan ikan, maka kita dapat mengetahui hubungan ekologi organisme dalam suatu perairan, misalnya bentuk-bentuk pemangsaan persaingan makanan dan rantai makanan.
Beberapa penelitian menunjukan bahwa ikan baung termasukjenis ikan karnivora dengan susunan makanan yang terdiri atas ikan, insekta, udang, annelida, nematoda, detritus, sisa-sisa tumbuhan, atau organik lainnya. Susunan makanan ikan baung dewasa berbeda dengan susunan makanan ikan baung anakan. Makanan utama ikan baung dewasa terdiri atas ikan dan insekta, sedangkan makanan utama anakan ikan baung hanya berupa insekta. Tetapi, Djajadiredja et al. (1977) mengemukakan bahwa ikan baung termasuk jenis ikan omnivora dengan makanan terdiri atas anak ikan, udang, remis, insekta, moluska, dan rumput. Makanan utama ikan baung yang hidup di Waduk Juanda terdiri atas udang dan makanan pelengkapnya berupa ikan dan serangga air, sehingga digolongkan dalam jenis ikan kamivora.

Cara Berkembang Biak Ikan Baung
Berdasarkan laporan alawi et.al. (1990), ikan baung diperairan sungai Kampar (Riau) memijah pada sekitar bulan Oktober sampai bulan Desember.  Hal ini merupakan fenomena umum karena pada saat itu biasanya musim hujan dan sebagian besar ikan diperairan umum memijah pada awal atau sepanjang musim hujan.  Hal ini terjadi karena ikan yang akan memijah umumnya mencari kawasan yang aman dan banyak makanan.

Kawasan seperti ini didapatkan pada kawasan rerumputan yang digenangi air pada saat musim hujan tiba.  Demikian juga jenis ikan baung mencari tepat perlindungan dan membuat sarang bila melakukan pemijahan (Bardach et.al., 1972).

Ikan Baung suka bergerombol didasar perairan dan membuat sarang berupa lubang di dasar perairan yang lunak dengan aliran air yang tenang. Ikan baung menyukai tempat-tempat yang tersembunyi dan tidak aktif keluar sarang seblum petang. Setelah hari gelap, ikan baung akan keluar dengan cepat untuk mencari mangsa, tetapi tetap berada disekitar sarang dan segera akan masuk kesarang apabia ada gangguan. 
Nokturnal (aktif malam hari) juga merupakan sifat ikan baung. Ikan ini beraktivitas (mencari makan, dll) lebih banyak dilakukan pada malam hari. Selain itu, baung juga memiliki sifat suka bersembunyi di dalam liang-liang di tepi sungai tempat habitat hidupnya. Di alam, ikan baung temasuk pemakan segala (omnivora). Nmaun ada juga yang menggolongkannya ikan carnivora, karena lebih dominan memakan hewan-hewan kecil sepeti ikan-ikan kecil, udang, udang kecil, remis, insekta, mollusca dll.
Pola pertumbuhan ikan baung adalah allometrik (b>3), yaitu pertambahan berat lebih cepat dari pertambahan panjang badan. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin, ikan baung jantan berpola isometrik (b=3), di mana pertambahan berat sebanding dengan pertambahan panjang badan.

Ukuran ikan baung berhubungan dengan agresivitasnya dalam mencari makan dan kematangan gonad. Karena harga b di atas 3, maka pertumbuhan ikan baung lebih cepat dari pada panjang badan. Dengan demikian, faktor makanan memegang peranan yang sangat penting. Jika ikan baung semakin banyak mendapat makanan, pertumbuhan beratnya semakin tinggi. Karena itu ikan baung berukuran besar cenderung lebih agresif mencari makan sehingga pertumbuhannya berpola allometrik.

Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan ikan baung adalah kematangan gonad. Ikan baung betina memiliki pola pertumbuhan allometrik. Hampir 77% ikan baung betina mengandung telur, sehingga berat telur tersebut mempengaruhi pertumbuhannya. Hal ini juga menyebabkan pola pertumbuhan ikan baung (jantan dan betina) berpola allometrik. Pada waktu musim memijah, pola pertumbuhan ikan baung betina bisa berbeda dengan ikan baung jantan.

Jenis kelamin ikan baung dapat di ketahui dengan dua cara, yaitu dengan dengan membelah perut dan memeriksa gonadnya dan dengan mengamati ciri-ciri morfologis. Gonad ikan baung betina dan ikan baung jantan terletak di rongga perut bagian dorsal intestin. Gonad ikan baung dapat diperiksa setelah ikan baung tersebut berukuran 90 g atau kira-kira panjangnya 20 cm. Ikan baung yang lebih kecil dari ukuran tersebut dapat di bedakan dengan mengamati lobang genital (genital pore).



Pada ikan baung jantan, lobang genital agak memanjang dan terdapat bagian yang meruncing kearah caudal. Alat ini merupakan alat bantu untuk mentransfer sperma. Sedangkan Ikan baung betina, lobang genitalnya berbentuk bulat. Lobang genital ini akan berwana kemrah-merahan apabila ikan baung betina tersebut sudah mengandung telur pada Tingkat Kematangan Gonad (TKG) V. 




DAFTAR PUSTAKA
Khairul Amri dan Khairuman, 2008, Ikan Baung , Agromedia Pustaka

Supriatna aan, 2018. Mengenal ikan baung. Didownload dari laman https://www.lalaukan.com/2018/08/mengenal-ikan-baung.html 

https://www.dunia-perairan.com/2012/11/ikan-baung-hemibagrus-nemurus.html